Mohon tunggu...
shiva nur aisyah
shiva nur aisyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya seorang mahasiswa baru tahun 2024 yang memiliki hobi menonton film dan scrol sosial media

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Komunikasi Organisasi Pada Masa Krisis

6 Januari 2025   19:55 Diperbarui: 6 Januari 2025   19:55 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam konteks organisasi, realisasi berarti kemampuan untuk melaksanakan rencana dan strategi yang telah ditetapkan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk mencapai realisasi yang optimal, organisasi harus memperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kapasitas mereka dalam menghadapi situasi krisis serta dalam memulihkan diri dari dampak yang ditimbulkan (Mustofa et al. , 2021). Penelitian yang dilakukan oleh Sutanto menunjukkan bahwa pengelolaan risiko dapat berperan dalam membangun ketahanan organisasi dan memperkuat kemampuan mereka dalam menghadapi krisis (Mustofa et al. , 2021). Oleh karena itu, organisasi perlu fokus pada pengelolaan risiko dan mengembangkan kapabilitas untuk menghadapi berbagai situasi krisis demi mencapai realisasi yang efektif (Sutanto et al. , 2020).

Komunikasi krisis juga merupakan aspek yang sangat penting dalam setiap organisasi untuk menangani berbagai potensi masalah yang mungkin muncul. Komunikasi krisis tidak hanya krusial dalam menyelesaikan masalah di dalam organisasi, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan resiliensi organisasi dalam menghadapi krisis di masa mendatang (Putri, 2021). Dalam situasi krisis, organisasi yang memiliki strategi komunikasi yang baik akan lebih cepat beradaptasi dan merespons dengan efektif. Hal ini dapat membantu mengurangi dampak negatif yang mungkin timbul akibat krisis dan mempercepat proses pemulihan (Silviani, 2020).

Di era yang penuh tantangan ini, organisasi di Indonesia dan seluruh dunia sering dihadapkan pada berbagai krisis, termasuk krisis keuangan, keterbatasan sumber daya manusia, serta sifat pragmatis yang dimiliki oleh sebagian anggota organisasi---semuanya dapat menjadi sumber krisis bagi suatu organisasi. Dalam menghadapi krisis tersebut, komunikasi krisis dan resiliensi organisasi memainkan peran integral. Komunikasi krisis mencakup strategi yang digunakan untuk mengelola dan menghadapi krisis, sementara resiliensi organisasi merujuk pada kemampuan mereka untuk bertahan dan pulih setelah mengalami krisis atau perubahan signifikan. Mengelola krisis komunikasi dalam organisasi adalah tantangan yang tidak bisa diabaikan. Krisis yang tidak tertangani dengan baik dapat merusak reputasi dan kepercayaan yang telah dibangun dengan susah payah. Namun, dengan persiapan yang matang dan strategi yang tepat, krisis ini juga bisa menjadi peluang untuk memperkuat hubungan dengan pemangku kepentingan dan meningkatkan citra organisasi.

Dalam suatu organisasi, komunikasi krisis memiliki peranan yang sangat penting untuk menjaga reputasi dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Upaya ini tidak hanya melibatkan pembentukan karakter anggota, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan yang memerlukan respons yang cepat dan transparan. Melalui komunikasi krisis, organisasi dapat menyampaikan pandangan mereka, mengatasi kesalahpahaman, dan mengelola ekspektasi masyarakat terkait dengan berbagai kegiatan dan program yang dilaksanakan. Selain itu, komunikasi yang efektif juga berkontribusi dalam menghadapi situasi sulit, menjaga hubungan baik dengan pemerintah dan masyarakat, serta memastikan keselamatan dan keamanan anggota yang terlibat dalam aktivitas organisasi.

Teori komunikasi krisis merupakan kerangka konseptual yang digunakan untuk memahami, menganalisis, dan mengatasi situasi krisis secara efektif. Teori ini membahas berbagai strategi komunikasi yang dapat membantu organisasi meminimalkan dampak negatif dari krisis dan memulihkan kepercayaan publik. Salah satu teori yang sering diterapkan dalam konteks organisasi adalah Situational Crisis Communication Theory (SCCT) yang dikembangkan oleh W. Timothy Coombs. Teori ini mengidentifikasi beberapa variabel kunci yang mempengaruhi respons publik terhadap situasi krisis, seperti sumber krisis, jenis krisis, dan reputasi organisasi itu sendiri. SCCT memberikan panduan strategis untuk memilih pesan krisis yang tepat serta cara penyampaian yang efektif. Tujuan utama dari SCCT adalah membantu organisasi dalam merumuskan strategi komunikasi yang tepat selama krisis, sehingga dapat mengurangi kerusakan reputasi dan mempertahankan kepercayaan publik. Teori ini juga mengakui bahwa setiap krisis memiliki karakteristik dan konteks yang unik, sehingga respons komunikasi harus disesuaikan dengan situasi yang dihadapi. SCCT mencakup empat konsep utama, yaitu:

1)Komunikasi Wajah (Keterampilan Komunikasi Krisis): Konsep ini merujuk pada tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh organisasi saat berkomunikasi dalam situasi krisis. Teori SCCT menunjukkan bahwa komunikasi yang berlebihan dapat mengganggu kemampuan organisasi untuk menyampaikan pesan secara efektif.

2)Ancaman Reputasi: Ini mencakup dampak negatif yang dialami oleh reputasi organisasi selama masa krisis. SCCT telah mengidentifikasi empat jenis ancaman reputasi, yaitu konflik, kegagalan, bahaya, dan ketidakadilan, yang dapat mempengaruhi cara organisasi merespons secara komunikatif terhadap krisis.

3)Tanggapan Strategis: SCCT menawarkan beragam strategi respons komunikasi yang dapat diadopsi oleh organisasi dalam menghadapi krisis. Strategi-strategi ini meliputi penyangkalan, pengurangan, rekonstruksi, dan penguatan, tergantung pada tingkat ancaman dan kondisi reputasi mereka.

4)Saluran Komunikasi: Ini berkaitan dengan pemilihan saluran komunikasi yang akan digunakan oleh organisasi untuk menyampaikan pesan selama keadaan darurat. SCCT menggarisbawahi pentingnya memilih saluran yang tepat agar dapat menjangkau audiens yang relevant dan efektif. Dengan menerapkan pendekatan SCCT, organisasi diharapkan dapat mengelola komunikasi mereka dengan lebih baik saat krisis, meminimalkan kerugian reputasi, serta membangun atau mempertahankan kepercayaan publik.

Teori Resiliensi Organisasi merujuk pada kemampuan suatu organisasi untuk bertahan, beradaptasi, dan pulih dari gangguan atau perubahan yang tidak terduga. Ketahanan ini mencakup kemampuan organisasi untuk menghadapi tekanan, baik yang berasal dari lingkungan eksternal maupun faktor internal, seperti menurunnya sikap dan loyalitas anggota, krisis, masalah keuangan, serta tantangan dalam manajemen. Tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat dan publik. Organisasi yang baik akan membantu menciptakan hubungan yang bermakna, hubungan harus vertikal dan horizontal di antara anggota dan di berbagai divisi. Struktur organisasi harus dirancang agar dapat memotivasi anggota untuk melakukan bagian pekerjaan masing-masing.  https://bk.fip.unesa.ac.id/

Konsep resiliensi organisasi berlandaskan pada keyakinan bahwa organisasi yang kuat dapat menghadapi ketidakpastian dan perubahan secara efektif, sambil tetap menjaga kelangsungan operasional dan memanfaatkan peluang baru. Organisasi yang fleksibel memiliki kemampuan untuk beradaptasi, berinovasi, dan pulih dari gangguan maupun krisis yang mungkin terjadi.Salah satu pelopor utama dalam mengembangkan Teori Resiliensi Organisasi adalah Kathleen Sutcliffe dan Karl Weick. Dalam karya mereka yang terkenal, "Managing the Unexpected: Resilient Performance in an Age of Uncertainty," mereka merumuskan kerangka kerja yang mengidentifikasi faktor-faktor kunci dalam membangun resiliensi yang efektif di sebuah organisasi.Dalam konteks ini, komunikasi organisasi memainkan peran penting. Komunikasi organisasi mengacu pada berbagai cara penyampaian pesan dan informasi di dalam suatu organisasi, baik antar individu maupun kelompok, untuk mencapai tujuan bersama. Proses ini mencakup berbagai bentuk komunikasi, mulai dari komunikasi formal, seperti memo, laporan, dan presentasi, hingga komunikasi informal melalui percakapan sehari-hari, email, dan media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun