Mohon tunggu...
Ria Suzanne
Ria Suzanne Mohon Tunggu... Jurnalis - Travel Enthusiast 🐾🕊

I Only Live Once

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bidadari Jawaku

29 September 2019   19:42 Diperbarui: 29 September 2019   19:49 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain mengunjungi beragam tempat wisata menarik, kami juga sering melakukan aktifitas bersama seperti saling meminjam duit satu samalain jika melihat ada salah satu yang sedang tidak berduit saat itu (aliasnya tidak ada fulus wkwkwk), sering berburu kentang krispy (mengingat makanan tersebut ialah salah satu makanan favorit sahabatku), berburu siomay (kalau yang satu ini asli makanan kesukaanku sampai kapanpun), berburu soto ayam (ini favoritku bangeettt) dan berburu makanan lezat lainnya (mengingat hobi kami mengeksplor kuliner lezat yang ada di Surabaya) hehehe.

Kami dulu juga sering menghabiskan waktu kosong (jam kosong jika guru-guru sedang rapat atau ada kegiatan lainnya) untuk menonton movie di bioskop yang ada di Royal Plaza (iyah kami cari yang terdekat saja yaah hehe). Sepanjang jalan menuju ke mall Royal, kami sering tertawa terbahak-bahak berdua, mengapa? Karena kami iseng berbohong ke bapak penjaga atau satpamnya wkwk. Kami mengatakan ingin pergi sebentar untuk fotokopi beberapa dokumen penting wkwk aslinya mah meluangkan waktu kosong untuk merefreshingkan diri sejenak. Biasa laah sebuah kenakalan yang masih bisa ditolerir kan, asal tidak melanggar aturan hukum, agama dan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat.

Well, yang paling aku sukai saat menghabiskan waktu berdua dengannya ialah saat sesi curhat. Dia sering bercerita banyak padaku, mulai tentang keluarganya, kekasihnya, hingga hal-hal yang membuat beban di hidupnya. Sedikit banyak alhamdulillah aku bisa meringankan beban yang ia hadapi dan sangat senang jika diri ini mampu menebar kebaikan dan bermanfaat bagi orang-orang di sekeliling.

Tak terasa hari demi hari, bulan demi bulan hingga berganti tahun ke tahun pun telah kami lewati bersama. Setelah menjalani serangkaian cobaan mulai dari persiapan Ujian Nasional dan persiapan untuk masuk ke Perguruan Tinggi favorit, tibalah kami di detik-detik penghujung, yaitu persiapan untuk perpisahan dan wisuda. Rasanya sangat menyedihkan bukan dikala mendengar ataupun membayangkan sebuah kata "Perpisahan" :((

Namun, perpisahan bukanlah segalanya. Perpisahan juga bukanlah alasan bagi kami untuk tidak saling menyambung silaturrahmi. 

Setelah kami masuk di Perguruan Tinggi, kami pun mulai jarang berkomunikasi. Mungkin hanya berkomunikasi sebatas lewat chatting ataupun via SMS (intinya hanya lewat sosial media). Rasanya tidak nyaman sekali karena tidak bisa dipertemukan dengannya, mengingat kami berbeda universitas. Dia di kampus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) sedangkan aku di Universitas Airlangga (Unair). Disamping itu juga karena ada faktor kesibukan masing-masing karena telah mengemban status menjadi seorang "Mahasiswa" kan? Ceilaahh :))

Saat semester 6 (menjelang detik-detik terakhir), kami disatukan kembali dan betapa senangnya diri ini saat dipertemukan lagi dengannya. Seakan tersambung kembali dengan bagian jiwa lain yang selama ini hilang ^_^

Akhirnya kami pun mengenang memori saat-saat SMA itu kembali dan kami mulai menjelajah tempat wisata menarik yang ada di Surabaya.

Tak lama setelahnya, kurang lebih 1tahun setelahnya aku mendapat kabar darinya bahwa ia akan menikah.

bunga-pernikahan-5d90964e097f363fbc1d1d82.jpg
bunga-pernikahan-5d90964e097f363fbc1d1d82.jpg
Setelah mendengar kabar gembira tersebut, tak lama mendarat sebuah undangan pernikahan ke rumahku, dan dari bapak pos lah yang sudah bersedia mengantarnya. Dari kejauhan aku mendoakan yang terbaik untuk sahabat tercintaku, namun di dalam hati ini seperti ada jiwa yang hilang karena kami telah mengukir sejuta kenangan manis selama 6tahun lebih bersama. Dia dulu yang kukenal sebagai seorang gadis polos, kini akan berubah menjadi istri sah seseorang. Semenjak itu perlahan aku menjauh darinya, karena aku tak ingin mengganggu kebahagiaannya yang telah resmi menjadi istri seseorang. Kehidupannya pun pasti telah berbeda, tidak sama seperti sosok "gadis polos" yang kukenal. Bagaimanapun, aku tetap harus terlihat tegar di hadapannya. Aku tak boleh melemah ataupun menitihkan air mata, walaupun dibalik itu semua aku menyadari bahwa hidupku terasa hampa tanpanya. Rasanya, dia seperti belahan jiwaku. Tekadku bulat untuk mengahadiri hari istimewanya, karena aku hanya ingin melihatnya bahagia.

Mehendi
Mehendi
Mehendi
Mehendi
HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun