"Okei Ed. Beri aku waktu dua minggu. Kuharap semua pertanyaan terjawab, solusinya akurat, persoalan menjadi jernih."
Aku tak mau menjadi sibuk memikirkan prakasus Kartono vs Brenda ini. Cepat kuberitahu dan serahkan pekerjaan ini kepada ahlinya, yaitu siapa lagi kalau bukan Sherlik Holmah. Kuperhitungkan, Sherlik tidak akan menemukan selingkuhan Brenda meskipun ia membuntuti Brenda setiap saat sampai ke lubang semut sekali pun karena selingkuhan Brenda, yaitu aku, tak ada di tempat. Aku juga belum merasa perlu memberi tahu Brenda tentang kegiatan yang diinisiasi Kartono itu. Semua tenang terkendali.
Akhirnya tibalah hari yang telah ditentukan untuk kami kumpul bertiga: Edward, Sherlik, dan aku, di rumahku. Edward datang duluan, sepuluh menit sebelum waktu yang disepakati. Kami berdua ngobrol-ngobrol dan bercanda sambil menunggu Sherlik.
Entah karena karena aku terlalu sibuk atau Sherlik yang terlalu asyik mengerjakan tugasnya, kami tak pernah saling kontak. Di awal, aku mengatakan kepadanya agar menghubungiku kalau ada masalah. Tidak ada kabar berarti semuanya lancar, begitu perkiraanku. Aku sudah tahu profesionalitasnya. Pasti beres.
Setengah menit sebelum waktunya, Sherlik datang. Ia telah siap dengan laporannya yang langsung ia serahkan kepadaku. Orisinalnya kuserahkan kepada Edward, yang langsung dibacanya; kopi dokumennya kubiarkan tergeletak di atas meja di hadapanku. Aku dan Sherlik menyelesaikan persoalan administrasi yang diperlukan.
"Oh, ini adalah laporan profesional yang kuharapkan. Lengkap, rinci, akurat, dan relevan. Luar biasa. Selingkuhannya tak cukup satu rupanya," Edward memecah ketenangan.
Aku terhenyak kaget. Rasanya bakal ada yang terluka parah oleh tsunami ini. Kubertanya dengan gaya seolah sudah baca laporan itu, biar tidak kelihatan telat mikir di mata Edward, "selingkuh lahir dan batin ya?"
"Gile, dia bisa manage dua selingkuhan secara bergantian, satu dengan Nikolas, satunya lagi lesbian bernama Luna!"
Mataku berkunang-kunang.
-
Cerpen ini diikutsertakan dalam event fiksi Luka