Mohon tunggu...
Suyono Apol
Suyono Apol Mohon Tunggu... Insinyur - Wiraswasta

Membaca tanpa menulis ibarat makan tanpa produktif.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Ahmad Heryawan (Aher) sebagai Cawapres untuk Prabowo

27 April 2018   08:52 Diperbarui: 27 April 2018   09:35 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://commons.wikimedia.org

Pilpres 2019 tinggal setahun lagi. Pemungutan suara akan dilaksanakan pada 17 April 2019, sedang pendaftaran calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) adalah pada 4-10 Agustus 2018.Sejauh ini perkiraan bahwa Pilpres 2019 akan merupakan pertarungan antara Joko Widodo (Jokowi) dan pasangannya versus Prabowo Subianto dan pasangannya makin menguat. Secara matematis masih terbuka peluang terbentuknya Poros Ketiga tapi kemungkinannya tidak besar.

Gatot cawapresnya Prabowo?

Banyak diberitakan bahwa yang memiliki elektabilitas tertinggi sebagai cawapresnya Prabowo adalah Anies Baswedan dan Gatot Nurmantyo. Karena belum dideklarasikan secara resmi, pengaruh cawapres itu tidak terlalu signifikan dan sangat lebih tergantung pada elektabilitas Prabowo.
Pasangan Prabowo-Gatot hampir dapat dipastikan tidak optimal.

Semua yang dimiliki Gatot, Prabowo juga sudah punya, bahkan Gatot tidak punya partai, tidak punya pengalaman berpolitik praktis, tidak punya keahlian khusus di luar militer. Dua jenderal purnawirawan angkatan darat menjadi paslon presiden, tentu akan menggetarkan dunia perpolitikan Indonesia, tidak dalam konotasi positip.

Selain itu, kesamaan visi dan platform adalah penting. Gatot tidak punya rekam jejak kesetiaan terhadap parpol manapun. Gatot tidak menolak kalau jadi cawapres Jokowi atau Prabowo, juga bersedia jadi capres kalau ada parpol yang mengusungnya. Visi dan misinya? Terserah ke mana ia nyangkutnya. Lalu ia memperjuangkan apa? Terserah, pokoknya NKRI.

Lalu, mengapa Prabowo membiarkan Gatot berakrobat bolak balik seolah sudah berada satu panggung dengannya? Jangan lupa, dulu La Nyalla Mattalitti juga boleh pasang baliho dan menguar-uarkan tentang ambisi politiknya di Jawa Timur.

Tawaran Gerindra adalah, kalau ingin membantu Gerindra, silakan menjadi sebagai anggota, akan kami berikan tempat yang terhormat. Itu saja.

Anies cawapresnya Prabowo?

Anies Baswedan bisa menjadi Gubernur DKI Jakarta sebagai suatu kejutan yang tidak terpikirkan setahun sebelumnya tapi itu bisa terjadi karena adanya hal-hal yang luar biasa menimpa Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Ternyata kemudian, setelah menjadi gubernur, Anies tidak menunjukkan kinerja yang menonjol ataupun spektakuler sesuai janji-janjinya. Sebelumnya, sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pun kinerjanya tidak bagus sehingga diberhentikan oleh Jokowi padahal baru setahun sembilan bulan dari seharusnya lima tahun masa jabatannya.

Dulu Prabowo tidak punya visi atau rencana atas masa depan Anies karena Sandiaga Uno (Sandi)-lah yang mengajak Anies menjadi Cawagub DKI dan saat itu Prabowo terkejut karenanya.

Pencawapresan Anies tidak membantu banyak buat Prabowo. Anies tidak punya partai dan tidak ada indikasi cukup kuat bahwa ia adalah orang yang punya loyalitas. Kalau ia bisa membelakangi Jokowi, ia tidak akan canggung untuk melakukan yang sama kepada Prabowo.

Kalau kinerja Anies sebagai Gubernur DKI dinilai tidak memenuhi harapan dan Sandi sudah cukup matang untuk menggantikan Anies, akan ada jalan bagi Prabowo untuk memberhentikan Anies. Anies tidak punya partai dan banyak hal yang bisa diekspos sebagai kesalahannya. Hanya saja, saat ini Sandi masih menikmati sebagai wagub dan masih terlihat norak, misalnya bangga dengan pose crane kick (tendangan bangau)-nya itu.

Ahmad Heryawan (Aher) cawapres

Seyogyanya cawapres terbaik untuk Prabowo adalah dari PKS karena loyalitas dan komitmen partai ini terhadap koalisinya tinggi dan konsisten. Pada Pilpres 2014 PKS termasuk parpol yang paling sungguh-sungguh berkampanye dan berjuang mati-matian memenangkan paslon Prabowo-Hatta. Setelah Jokowi memegang kekuasaan, Koalisi Merah Putih praktis berantakan karena parpol-parpolnya berkerumun di istana untuk ikut minta kue hiburan. Hanya Gerindra dan PKS yang setia dengan komitmen awal dan tetap menjadi oposisi meskipun hujan emas di kubu seberang.

Ada banyak pihak, parpol dan non-parpol menawarkan nama untuk bisa disandingkan dengan Prabowo sebagai calon wakilnya. PKS pun --sejalan dengan keputusan Majelis Syuronya-- menawarkan sembilan kadernya. Mereka adalah: Ahmad Heryawan (Aher), Hidayat Nurwahid (HNW), Anis Matta, Irwan Prayitno, M Sohibul Iman, Salim Segaf Aljufri, Tifatul Sembiring, Muzammil Yusuf, dan Mardani Ali Sera.

Ahmad Heryawan (Aher) mendapat perhatian khusus karena ia memiliki pengalaman di bidang pemerintahan. Ia anggota DPRD DKI Jakarta dua periode sejak 1999 kemudian menjadi Gubernur Jawa Barat dua periode (2008-2018).

Pasca sarjananya pun di Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, yang sangat berguna untuk melengkapi Prabowo yang berlatar belakang militer. Dan yang sangat penting juga, ia diharapkan bisa memenangi Jawa Barat dalam Pilpres nanti. Itu potensi riil dan sudah terbukti dalam dua pilgub. Dan kebetulan, masa baktinya sebagai Gubernur Jawa Barat akan habis pada tahun ini. (Catatan: Pilkada Serentak 2018 hanya ada satu putaran, yang pemungutan suaranya adalah pada 27 Juni 2018.)

o0O0o

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun