Dalam tulisan kali ini akan dipertajam mengenai pemilihan Sandiaga Uno atas Yusril Ihza Mahendra dan Adhyaksa Dault sebagai calon gubernur, serta pemilihan Triwisaksana (Sani) atas Hidayat Nur Wahid (HNW) sebagai calon wakil gubernur.
Sandiaga adalah pengusaha sukses yang untuk periode yang cukup lama pernah berada dalam daftar top-50 pengusaha terkaya di Indonesia versi Forbes Magazine. Suatu capaian yang diperolehnya dari nol, bukan hasil warisan seperti pada Aburizal Bakrie (ARB) dan Jusuf Kalla (JK). Ia kini memfokuskan perhatiannya sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.
Sedang Yusril cocoknya sebagai pengacara, pintar ngomong, dibayar untuk memenangi perkara. Ketika menjadi menteri dulu ia cenderung diberhentikan karena loyalitasnya rendah. Sebagai Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia pada pemerintahan Abdurrahman Wahid ia diberhentikan setelah 15 bulan, digantikan oleh Baharuddin Lopa. Sebagai Menteri Sekretaris Negara pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ia diberhentikan di tengah jalan, digantikan oleh Hatta Rajasa.
Adhyaksa pun bukan menteri berprestasi menonjol. Baik PKS maupn SBY sama-sama tak berminat menempatkannya sebagai menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu II. Jadi tidaklah mengherankan apabila pada saat ini hampir mustahil ada parpol yang mau mengusung Yusril atau Adhyaksa sebagai calon Gubernur DKI. Yusril dan Adhyaksa tahu persis hal itu maka mareka hanya bisa saling curhat satu sama lain sambil membina persekutuan mereka selaku sesama orang-orang yang tersisihkan.
HNW adalah mantan Presiden PKS dan mantan Ketua MPR yang bersedia saja dicalonkan, yang penting asal ada jabatan, tidak ada istilah turun kasta, apalagi gengsi. HNW terkenal dengan ucapan-ucapannya yang ngawur dan penuh prasangka. Pernah (1/2/2013) HNW menyatakan ada konspirasi besar, bahkan bisa melibatkan zionis, terkait penetapan Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) sebagai tersangka oleh KPK. PKS akan membentuk tim investigasi, katanya.
HNW juga pernah meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mengeluarkan fatwa pengharaman golput. Selain itu, dari pemilu ke pemilu ia paling suka mengomentari negatif penuh prasangka mengenai hasil-hasil dari lembaga-lembaga survei. Namun, hasil Pilgub 2012 menghancurkan argumennya.
Tentu saja ia adalah kader PKS yang paling populer, tapi kalau elektabilitas akan lebih tergantung pada mesin partai, di mana kader PKS terkenal militan. Jadi, pengajuan Sani akan memberikan hasil yang relatif sama. Sani adalah kader PKS yang paling mumpuni untuk urusan pemerintahan DKI Jakarta. Jadi, inilah calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta versi Gerindra-PKS (lihat gambar).
[caption caption="Sandiaga-Triwisaksana - Sumber Gambar: 1.bp.blogspot.com dan 4.bp.blogspot.com"]
Ahok adalah mastermind ketiga, dan itu menyangkut pencalonannya bersama Heru Budi Hartono. Ia terpaksa memilih jalur perseorangan karena izin dari PDI-P untuk pencalonan Djarot Saiful Hidayat tak kunjung turun, seperti telah dijelaskan pada artikel sebelumnya, di sini.
Di pemerintahan DKI Jakarta, Sekretaris Daerah (sekda) DKI Jakarta Saefullah jelas lebih berkuasa dan terkenal dibandingkan dengan Heru. Saefullah adalah tokoh Betawi dan orang kaya. Tapi Saefullah dinilai berpotensi terlibat kasus dugaan korupsi pengadaan UPS maka Ahok tidak mau mengambil risiko menggandengya sebagai calon wakil gubernur.
Namun, apakah keputusan Ahok sudah final? Dengan konstrain yang ada sekarang, jawabnya "ya", tetapi apabila suatu saat PDI-P menyatakan mendukung Ahok, iapun bisa kembali ke keadaan awal, yaitu menempatkan jalur parpol sebagai pilihan utama. Itupun dengan persyaratan, calon wakilnya adalah Djarot atau Heru, tidak yang lain.Â