Mohon tunggu...
Suyono Apol
Suyono Apol Mohon Tunggu... Insinyur - Wiraswasta

Membaca tanpa menulis ibarat makan tanpa produktif.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ahok vs Sandiaga Uno, Bukan tentang Yusril

7 Maret 2016   19:30 Diperbarui: 7 Maret 2016   21:39 2866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yusril pasti memiliki popularitas sangat tinggi baik di DKI maupun secara nasional, tapi elektabilitasnya gurem. Ia terkenal sebagai pakar hukum tata negara yang berbobot dan menteri di era Gus Dur, Megawati, dan SBY, tapi gagal total dalam memimpin partai yang didirikannya, jangankan membesarkannya, menembus ambang batas parlemen (parliamentary threshold) saja tidak mampu. Kalau dibilang bahwa ia bisa mendulang suara kelompok-kelompok tertentu dari warga yang beragama Islam, mungkin benar tapi tidak perlu Yusril. Siapa pun calonnya akan dipilih oleh mereka, asal bukan Ahok. Justru resistensi terhadap Yusril dan orang-orang seperti dia tinggi sekali. Buktinya, partainya praktis nyungsep di DKI. Yusril menyadari, setelah banyak berwacana, pada ujungnya parpol-parpol itu tidak akan mengusung dia. Ia punya pengalaman panjang pada pilpres-pilpres sebelumnya. Oleh karena itu, ia berkutat di kancah jalur independen.

Adalah wajar kalau Gerindra mengajukan kadernya sendiri untuk menduduki jabatan strategis seperti gubernur DKI Jakarta ini. Seorang teman Prabowo Subianto yang juga berstatus sebagai pengusaha dan menjadi Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, yaitu Sandiaga Uno, adalah orang yang layak mendapat kepercayaan tersebut. Keseriusannya terjun ke dunia politik ditandai dengan mundurnya ia dari jabatan Direktur Utama PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) pada 10 Juni 2015 dengan alasan ingin fokus di Gerindra. Selanjutnya, pada 12 Oktober 2015 ia terpilih sebagai Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) menggantikan Prabowo Subianto. 

Kader Gerindra lainnya seperti M Taufik yang merupakan Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta dan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta tentu merupakan kader Gerindra yang paling berpengalaman mengenai kegubernuran DKI Jakarta. Namun ia tidak memiliki karisma dan dinilai kontroversial, M Taufik terjerat kasus pidana korupsi logistik pemilu dan divonis 18 bulan penjara pada 27 April 2006.

Kalau Gerindra dan PKS jadi berkoalisi, hampir dapat dipastikan calon gubernurnya adalah kader Gerindra dan wakilnya kader PKS. Gerindra tidak mau jabatan tersebut dibalik, demikian juga PKS tidak mau kader partai lain yang menjadi calon wakil gubernur, PKS minta jatah kursi DKI-2. Adhyaksa Dault bukanlah kader inti PKS dan praktis tidak ada kontribusinya kepada PKS sejak PKS tidak mengusulkan Adhyaksa untuk menjadi menteri kabinet SBY jilid dua. 

Kader PKS yang paling pas mendampingi Sandiaga adalah Triwisaksana Sani, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Pada Pilgub DKI 2012 sesungguhnya Triwisaksanalah yang dipersiapkan untuk menjadi calon (Wakil) Gubernur DKI Jakarta. Mereka telah mencoba untuk menjualnya menjadi calon wakil Fauzi Bowo. Itu adalah calon pasangan yang dinilai terkuat saat itu. Namun Partai Demokrat merasa sangat percaya diri, meracik pasangan all Democratic Candidates: Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Dan pada saat-saat terakhir, PKS membuat kejutan dengan mendepak Triwisaksana dan memunculkan Hidayat Nur Wahid yang dipasangkan dengan calon yang tidak jelas pendukungnya (PAN mengusung Fauzi Bowo), Didik J Rachbini. Itulah pasangan lemah yang hanya mendapat 11,72% suara. Jadi jangan heran kalau sekarang nama Triwisaksana muncul lagi, dan pernahkah Anda melihat gambar berikut ini yang banyak beredar di kalangan netizen?

[caption caption="Sandiaga Uno-Triwisaksana Sani - Sumber Gambar: jakartakita.com"]

[/caption]
Sumber Gambar:
1. Header kiri: cdn.tmpo.co
2. Header kanan: cdn1-a.production.liputan6.static6.com
3. Bawah: jakartakita.com

— •oo 0θ Φ θ0 oo• —

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun