[caption caption="Ahok dan Boy"][/caption]
Permohonan mundur Boy Sadikin dari jabatan Ketua DPD PDI-P DKI membuka babak baru dalam Pemilihan Gubernur DKI 2017. Permohonan belum dikabulkan oleh PDI-P tetapi partai pesaing, Gerindra, sudah membuka pintu lebar-lebar sambil menyanyikan lagu penyambutan.
Boy mundur pasti bersebab
Banyak kemungkinan bisa menjadi spekulasi, bahkan yang paling ekstrem adalah menduga bahwa ini adalah permainan PDI-P memancing reaksi dengan mengamati riak air, sedang permohonan pengunduran diri itu berakhir dengan penolakan. Namun, spekulasi ini sebaiknya dikesampingkan jika melihat reaksi kilat PDI-P dan jual mahalnya Boy. Sekjen PDI-P Hasto Kristianto dan Wasekjen Eriko Sotarduga ingin bertemu Boy tetapi "mungkin karena belum jodoh, jadinya belum sempat ketemu," kata Boy di sini.
Lebih masuk akal adalah menerima pendapat bahwa Boy mundur karena ia mengendus bahwa PDI-P akan mengusung Basuki T Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat sebagai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dalam pilgub mendatang. Ahok memang sudah mengumpulkan KTP dukungan tapi ia membuka peluang maju dari PDI-P dan menyatakan bersedia menggandeng Djarot dalam pilgub tersebut. Djarot pun menyatakan siap dicalonkan kembali menjadi pendamping Ahok asalkan memperoleh penugasan resmi dari DPP PDI-P, seperti katanya di sini.
Ahok sudah tahu susahnya jadi gubernur tanpa dukungan partai. Tanpa dukungan PDI-P selama ini, kemungkinan besar ia sudah dimakzulkan. Dalam pilgub mendatang, pertempuran sengit adalah antara calon dari PDI-P lawan calon dari Gerindra + PKS. Tanpa dukungan PDI-P, Ahok sebagai calon independen bakal kalah.
Apakah Boy tidak berharap PDI-P memasangnya sebagai wakil Ahok? Ia paham betul kemungkinan itu tidak bisa diharapkan. Ia sudah kalah dari Djarot pada tahun 2014 dan selama ini Djarot tidak melakukan hal-hal negatif yang bisa membuatnya didepak. Djarot adalah kader setia PDI-P, ia tidak berani bicara tentang kesiapannya menjadi wakil Ahok 2017-2022 kalau belum mendapat sinyal hijau dari Megawati. Selain itu, Ahok yang tahu tentang karakter dan kualitas pimpinan dan anggota (dan mantan) DPRD DKI memang tidak mau Boy menjadi wakilnya, dulu dan sekarang.
Boy ingin jadi gubernur
Dari tahun 2012 pun Boy memang sudah berniat menjadi calon Gubernur DKI. Saat itu Nono Sampono, Jokowi, dan Boy Sadikin mengikuti fit and proper test yang dilakukan oleh PDI-P, seperti ditulis di sini, malah katanya justru Boy yang diunggulkan, seperti ditulis di sini.
Kemudian pada tahun 2014 ia bersedia menjadi Wakil Gubernur DKI, bahkan teman-temannya di DPRD senang dan menyatakan dukungannya, namun Ahok yang berkonsultasi dengan PDI-P memilih Djarot.
Kini Pilgub 2017 sudah di depan mata, Boy, yang masih berkeinginan menjadi gubernur menilai PDI-P adalah jalan buntu. Ia merasa memiliki kemampuan yang cukup untuk menjadi gubernur, menilai sekaranglah saatnya untuk tampil sebagai leading player. Sebagai mantan Wakil Ketua DPRD DKI ia tahu tentang kegubernuran dan ia juga pernah menjadi Ketua Tim Sukses Jokowi-Ahok 2012. Ia dengan mudah menganalisis bahwa di luar PDI-P, kekuatan yang layak diperhitungkan adalah Gerindra + PKS. Jadi, kalau mau melawan Ahok yang didukung PDI-P, mau tidak mau ia harus merapat ke Gerindra.
Sementara itu, dari sisi Gerindra ada beberapa opsi seperti: Adhiyaksa Dault, Biem Benyamin, Boy Sadikin, Lulung, Nachrowi Ramli, Ichsanuddin Noorsy, Isnaeni, M Sanusi, Marco Kusumawijaya, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Yusril Ihza Mahendra, dan Ahmad Dhani untuk ditimbang-timbang, seperti ditulis di sini.
Dari semua nama itu, Boy Sadikin, Lulung, dan M Sanusi yang memiliki pengalaman menghadapi Ahok di ajang kegubernuran DKI. Nilai tambah Boy adalah pernah menjadi Ketua Tim Sukses Jokowi-Ahok 2012. Selain itu sebagai (mantan?) Ketua DPD PDI-P DKI ia pasti memiliki akar di DKI ini. Jadi, sangat wajar kalau Gerindra tidak mau melewatkan kesempatan emas merekrut Boy dan menciptakan pertarungan sengit Ahok vs Boy.
Sumber Gambar: wartabuana.com
— •oo 0θ Φ θ0 oo• —
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H