[caption caption="Kompasiana Award 2015"][/caption]
Seminggu yang lalu seorang kompasianer menulis bahwa juara itu sebenarnya palsu atau tidak ada. Sekarang menang, seandainya besok diadakan pertandingan ulang, belum tentu menang. Tak ada tulisan yang istimewa, yang ada hanyalah nasib baik. Begitu menurutnya.
Itu adalah kesimpulan yang dibuat tergesa-gesa. Dalam hal Kompasiana Award, penilaian bukan berdasarkan satu atau dua tulisan (istimewa atau tidak), tapi merupakan akumulasi hasil kerja selama setahun dan dinilai secara bebas oleh ribuan kompasianer yang memiliki hak memilih. Juara tahun 2015 dipilih pada tahun 2015, sekali pilih saja, jadi bukan semata bernasib baik, tapi secara ilmu statistika bisa dipertanggungjawabkan.
Penulis tersebut mengimbau agar pembacanya tidak memilih dirinya yang merupakan salah satu nomine. Agak aneh, karena kalau ia sudah menulis banyak tulisan yang ia rasa terbaik untuk pembacanya, tentu ia akan bangga dan berterima kasih kalau para pembaca mengapresiasi dengan memilihnya. Untuk menang bukan soal keberuntungan dan bernasib baik saja karena harus bisa mendapatkan suara terbanyak mengalahkan empat nomine lainnya. Entahlah kalau ia menggunakan reverse psychology.
Dalam hal pilih-memilih, beruntunglah mereka yang memiliki hak tersebut, jadi sebaiknya digunakan. Memilih, tidak hanya kalau jagoan kita ada di antara para nomine, tapi kita mau memilih yang menurut kita terbaik dari semua nomine yang ada.
Sudah banyak opini yang ditulis di Kompasiana ini mengenai siapa yang diharapkan menjadi pemenang Kompasiana Awards kali ini. Memberikan opini juga merupakan kontribusi positif untuk mengingatkan perlunya memilih jagoan masing-masing pembaca. Penulisan opini bukanlah kampanye karena para kompasianer di sini semuanya cerdas dan berpendirian mantap, jadi adanya berbagai opini hanya dianggap sebagai pendapat lain saja, tidak mengubah pilihan mereka. Meskipun demikian, masukan-masukan tetaplah perlu untuk mendorong agar para kompasianer menjadi lebih serius dalam menggolkan jagoan mereka masing-masing. Berikut ini adalah preview versi penulis.
Lifetime Achievement and Community Award
[caption caption="Lifetime Achievement and Community Award"]
Nama yang otomatis muncul di benak untuk penghargaan ini adalah Tjiptadinata Effendi yang berusia 72 tahun dan tiap hari dengan serius dan setia menulis di Kompasiana. Ia bagaikan mata air rahasia kehidupan yang mengalir tanpa henti merekahkan dan mewarnai bunga-bunga di taman Kompasiana. Dengan bekal pengalaman hidup dan spiritualnya yang berliku, ia tetap dengan tekun mengamati dan menganalisis tanda-tanda zaman dan membagikannya secara cuma-cuma kepada para kompasianer.
Ia memindahkan keindahan, keunikan, dan dinamika dari seluruh penjuru dunia tempat ia menapak, ke layar monitor, terus ke hati dan pikiran para pembacanya. Dengan cara itu ia memotivasi dan menginspirasi para pembacanya, seolah para kompasianer baru saja menemui seorang konsultan atau motivator yang relevan dengan hidup mereka.
Rookie of the Year 2015
[caption caption="Rookie of the Year 2015"]
Johanis Malingkas yang belum setahun (mulai 9 Maret 2015) bergabung dengan Kompasiana ini luar biasa dedikatif, serius, kreatif, dan konsisten dalam berkontribusi kepada Kompasiana. Jumlah tulisan, dikomentari, dan dinilainya sudah masuk kelas elite. Silakan klik profilnya untuk melihat statistiknya yang menakjubkan. Sebagai seorang rookie, ia sudah pantas menerima penghargaan jika melihat hasil-hasil yang dicapainya.