Mohon tunggu...
Suyono Apol
Suyono Apol Mohon Tunggu... Insinyur - Wiraswasta

Membaca tanpa menulis ibarat makan tanpa produktif.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[PDKT] Kiat Jurus Cinta Fahmi yang Canggih

4 April 2015   19:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:32 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1428392455449600592

[caption id="attachment_408433" align="aligncenter" width="640" caption="Jakarta, Gambir Station by flickr/rapsak"][/caption]

Suyono Apol, No. 89

Fahmi dan Mr Spencer baru turun dari KA 29, Kereta Api Argo Parahyangan, di Stasiun Gambir pada pukul 19 lebih sedikit. Mr Spencer adalah project manager dari London yang dikirim oleh vendor dari perusahaan swasta tempat Fahmi bekerja. Mereka langsung bergegas ke jalur keberangkatan untuk bertemu dan memberikan pengarahan kepada Ir Budiman dan Ir Joko yang dijadwalkan akan berangkat ke Bandung dengan KA 32 pada pukul 19.50. Budiman dan Joko adalah anak buah Fahmi yang akan membantu menginstal suatu peralatan telekomunikasi di PT Telkom Bandung.

Pengarahan dan penyerahan beberapa dokumen hanya berjalan singkat saja. Fahmi dan Mr Spencer berjalan di sisi kereta yang beberapa menit lagi akan berangkat. Tanpa disengaja, mata Fahmi terpaku pada satu wajah ayu berhias senyum tipis malu-malu di balik kaca jendela kereta. Beberapa kejap, Fahmi kehilangan orientasi, jantungnya berdebar-debar, entah beraturan atau tidak, ia bingung. Ia yang biasanya tenang dan rasional, kini berada di zona jatuh hati pada tatapan pertama.

Tapi Fahmi bertindak cepat dan taktis. Ia meletakkan tas kantornya di atas lantai stasiun. Dengan sigap, tangan kanannya mengeluarkan spidol bekas pengarahan tadi, sementara tangan kirinya masih menggenggam beberapa dokumen penting seusai bertemu Budiman dan Joko tadi. Ia menulis di balik salah satu kertas dokumen tersebut, "JUMAT DEPAN PUKUL 19.00 KETEMU DI SINI. KUTUNGGU", terus menunjukkan tulisan itu ke arah wajah ayu di balik kaca itu, sementara kereta tersentak dan mulai bergerak ke arah selatan menembus kegelapan malam.

Kejadiannya begitu cepat dan tergesa-gesa. Ia tidak sempat berpikir untuk menulis nama, akun twitter/facebook, ataupun nomor HP. Kalaupun sempat menuliskannya, bagaimana kalau wanita itu lupa? Hari itu adalah hari Jumat, jadi ia dan wanita itu punya waktu seminggu untuk mengevaluasi pertemuan singkat dan penuh kejutan itu. Mr Spencer dari tadi hanya tercengang-cengang saja, hampir tidak percaya atas apa yang terjadi. Blitzkrieg, katanya.

Selama seminggu, tiada hari Fahmi tanpa ingatan akan wanita ayu itu, dan tiada malam tanpa bayang-bayang wajah ayu itu. Ia banyak membaca untuk mempersiapkan diri bertemu wanita ayu itu. Ia juga mencari-cari buku novel yang "happy ending" untuk kado perkenalan, sampai akhirnya ia menemukan buku "The Statistical Probability of Love at First Sight" oleh Jennifer E. Smith.

Setelah melalui hari-hari penuh penantian, ketidakpastian, harapan, dan gairah, tibalah hari Jumat penentuan, Jumat di mana matahari bergerak dalam mode "slow motion". Pada pukul 18.05 ia sudah tiba di titik perjanjian. Ia datang lebih cepat karena tidak sabar dan ingin menguasai medan sebelum pertemuan. Akankah si wanita ayu datang pada pukul 19.00? Ternyata tidak! Karena wanita itu datang pada pukul 18.10. Oh, so sweet!

Wanita ayu itu bernama Putri, ternyata tinggal sendiri dan bekerja di Jakarta, kalau akhir pekan ia biasa pulang ke Bandung ke rumah orang tuanya. Akhir pekan ini ia tidak ke Bandung karena rasa rindu, gairah, bingung, dan ingin tahu bercampur aduk untuk bertemu Fahmi yang sama sekali belum dikenalnya. Ia pun selama seminggu bagaikan kena mantra amor yang membuatnya gundah dan penuh harap untuk cepat-cepat menjalani Jumat rendezvous antara ia dan Fahmi. Ia juga sudah menyiapkan kado perkenalan berupa keping DVD film berjudul "Sabrina" (1995) yang dibintangi oleh Harrison Ford.

Menurut Putri, pada Jumat sebelumnya, ketika itu ia sedang melihat ke luar jendela dan kebetulan melihat Fahmi dan Mr Spencer berjalan dari arah depan sambil ngobrol serius. Entah mengapa, mata Fahmi tiba-tiba menatapnya, dan berhenti melangkah. Hal mendadak itu membuatnya kaget, tapi tidak sempat menggerakkan kepalanya, ia pun balas menatap. Rasa ingin tahunya lebih tergerak ketika Fahmi mulai menulis, dan ... menunjukkan tulisan itu kepadanya.

Ia tersentak dan terkejut, tapi juga senang dan bergelora. Untunglah kereta mulai bergerak pergi meninggalkan titik kenangan sehingga Fahmi tidak melihat kalau ia tersenyum lebar dan salah tingkah. Tapi entah mengapa ia berbahagia ...

·NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community

·Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun