Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Insiden di Saat Perang Kembang

20 Januari 2025   17:51 Diperbarui: 20 Januari 2025   17:51 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siap siaga berperang (Sumber: Dokumen Pribadi)

Nah pada saat seorang raksasa itu menunjukkan kelincahannya.  Mungkin saking semangatnya, gerakan salah satu tangannya  menyenggol rahangnya yang panjang, sehingga "rahang" raksasa Cakil yang panjang itu menjadi terlepas.  Raksasa Cakil itu kemudian menghadap ke layar, membelakangi panggung sambil berjongkok, membenahi "propertinya" yang rusak.  Sementara raksasa Cakil yang lain, melakukan penyerangan kepada kesatria itu.  Sehingga "insiden" rahang Cakil yang rusak itu tidak begitu diperhatikan oleh penonton.

Setelah "rahang" bisa diperbaiki, maka kembalilah raksasa Cakil itu membantu temannya menyerang kesatria yang tangkas meladeni pengeroyokan itu.  Lagi ramai-ramainya mereka berkelahi, tiba-tiba musik, gendhing  pengiring tari terhenti.  Berbunyi lagi gendhing itu, tapi kemudian berhenti lagi.  Yang sedang pentas di panggung, berharap  gendhing iringan tersebut kembali berbunyi, mereka tetap melakukan gerakan-gerakan tarian.  Tetapi tidak dalam keadaan mereka bertarung, tetapi hanya semacam melakukan dialog dengan tangan-tangan  yang digerakkan atau dalam gerak tari disebut "ulap-ulap".

Setelah menunggu beberapa saat, musik gendhing tari tidak kunjung berbunyi, akhirnya pemeran kesatria dan dua raksasa Cakil akhirnya turun panggung.  Kutebak saja, kemungkinan musik yang digunakan menggunakan iringan musik YouTube, dan di saat sinyal HP lemah, maka musik akan terjeda atau bahkan terhenti.  Padahal perkelahian kesatria dan raksasa Cakil baru tahap awal, Cakil belum kena hantaman tangan kesatria dan raksasa Cakil belum mengeluarkan keris dan belum juga ada adegan mereka mati oleh keris mereka sendiri.  Eh, pertunjukan sudah bubar, secara filosofi, kebenaran belum sempat memenangkan kejahatan.  Berarti apakah  itu  gambaran bahwa kejahatan masih merajalela?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun