Pdt. Sumbut Yermianto, Th.D. (61) Ketua STTII Yogyakarta saat ini, yang mengenal Parlaungan Gultom, Ph.D sejak Parlaungan Gultom sebagai mahasiswa S1 dimana Sumbut Yermianto sebagai adik kelasnya, memberi kesan bahwa Parlaungan Gultom adalah pekerja keras serta belajar keras. Parlaungan Gulton disebut fokus dan tekun sekali saat belajar.  "Oleh karena itulah Dr. Chris Marantika sebagai pendiri dan Ketua STTII pada waktu itu, memberi Parlaungan Gultom kesempatan studi di Korea Selatan dan di Amerika, itu tanda bahwa Parlaungan Gultom sangat berkualitas.  Hanya segelintir orang saja yang bisa mendapat peluang studi lanjut ke luar negeri seperti Parlaungan Gultom ini," demikian ujar Sumbut Yermianto yang sebelumnya adalah Ketua STTII Bali itu.Â
Saya pribadi menilai, bahwa Parlaungan Gultom sebagai pria yang menyandang marga yang menunjukkan bahwa beliau adalah orang Batak, tetapi cara berbicara beliau sangat santun dan terkesan hati-hati. Â Kalau orang belum tahu nama beliau yang memakai marga, maka orang pikir beliau ini orang Jawa.
Pdt. Andreas Sayat, salah satu lulusan STTII Yogyakarta yang saat ini melayani di sebuah gereja di Salatiga sangat terkesan dengan cara mengajar Parlaungan Gultom, menurutnya,"Sebagai dosen Perjanjian lama khususnya nabi- nabi kecil saya senang cara membawa materinya sangat bagus mantap tidak bosen tapi membuat  saya sampai hari ini saya senang sekali." Â
Pdm. Daniel Minarso, alumni STTII Yogyakarta lainnya juga memberi penilaian yang positif. Â Menurut Pdt. Daniel Minarso yang saat ini melayani sebuah gereja di daerah Tambakboyo Ambarawa ini,"Pak Gultom mengajar dengan sabar, beliau sangat mengusai teologi PL, mengupas secara rinci dari latar belakang, teologi dan pengajaran-pengajaran kitab PL yang relevan dengan gereja dalam PB serta gereja masa kini. Sangat menginspirasi dan memberi pencerahan bagi saya secara pribadi bagaimana Yesus Kristus dinubuatkan dalam PL dan digenapi dalam PB. Beliau salah satu dosen STTII yang luar biasa."
Ojax Mauli Hutabarat, S.Th. salah satu lulusan STTII Yogyakarta, meskipun mengaku belum pernah diajar oleh Parlaungan Gultom namun menurut penilaian Ojax yang saat ini menjadi guru PAK di sebuah SMK di Salatiga ini mengatakan,"Beliau  seorang yang berwibawa, ramah, dan andap asor. Meskipun beliau orang Batak tapi tidak kalah santun, halus dibanding orang Jawa, secara khusus dalam lingkungan keluarga STTII Yogyakarta."
Saya pribadi sebagai mahasiswanya kemudian menjadi rekan pengajar yunior, tidak pernah melihat beliau berbicara meletup-letup menunjukkan rasa emosinya. Â Mungkin beliau ini kalau dalam ilmu psikologi bertemperamen flegmatik dan lebih kepada pribadi yang introvert.
Saya bertemu beliau terakhir saat saya diminta mendemontrasikan pelayanan dengan menggunakan wayang kulit, di acara seminar tahunan yang diadakan STII Yogyakarta pada 29 Juni tahun 2022 yang baru lalu. Â Yang saya ingat beliau masih setia dengan mobil daihatsu zebra kampus yang berwarna biru itu.
Istri Pak Parlaungan Gultom, ibu Pujiati yang mengajar di Universitas Kristen Immanuel (UKRIM) di Fakultas Pendidikan Agama Kristen, asli Jawa kelahiran Cepu, Blora Jawa Tengah. Â Pak Parlaungan Gultom bersama Ibu Pujiati memiliki anak semata wayang, yang memiliki panggilan singkat Natan. Â Saat remajanya, Natan pintar sekali bermain biola.
Buku Teori Penciptaan
Parlaungan Gultom menerbitkan sebuah buku yang berjudul Pendekatan Fenomenologis Terhadap Teori Penciptaan. Â Buku yang diterbitkan oleh penerbit Andi Offset Yogyakarta ini 16 November 2017 ini memiliki tebal buku 342 halaman.
Oleh penerbit, buku tersebut dideskripsikan sebagai berikut: Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, phenomenon, yaitu sesuatu yang tampak, yang terlihat karena berkecukupan. Dalam bahasa indonesia biasa dipakai istilah gejala. Secara istilah, fenomenologi adalah ilmu pengetahuan (logos) tentang apa yang tampak. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena atau segala sesuatu yang tampak atau yang menampakkan diri.