Suara Toa di Gereja dan Sarana Kerukunan Umat Beragama
Oleh: Suyito Basuki
Jam menunjukkan 07.30, hujan mereda tetapi gerimis masih terasa. Â Dingin menyelimuti tubuh, ada keengganan untuk bergerak. Â Tiba-tiba terdengar alunan lagu dari kantor gereja yang disuarakan oleh pengeras suara toa yang diletakkan di atas teras gereja.
Lagu awal yang terdengar bersyair: karna begitu besar Allah cinta dunia/ hingga dikorbankan anak-Nya yang tunggal/ supaya yang percaya jangan binasa/ melainkan dapat hidup kekal. Â Lagu ini bersumber dari ayat alkitab Yohanes 3:16.
Setelah lagu itu berakhir berlanjut dengan lagu-lagu tema natal. Â Saat tulisan ini dibuat, lagu yang mengalun adalah: Hai Dunia Gembiralah...Rajamu tlah datang...
Baru Beberapa Tahun
Mengalunkan musik melalui toa di gereja berlangsung belum lama, baru beberapa tahun yang lalu dimulainya.  Hal ini sudah dibicarakan dalam rapat di gereja, bahwa perlu memberi suasana bulan Desember dengan aroma  natal melalui musik gereja yang diperdengarkan kepada jemaat.
Sedikit info saja, di dusun kami Kedung Penjalin Jepara terdapat 95 persen warga yang berjemaat di GITJ Kedung Penjalin. Â Dusun Kedung Penjalin adalah salah satu pedusunan di desa Karanggondang Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara.Â
Di desa Karanggondang terdapat pedusunan: Kedung Penjalin, Pailus, Ploso, Balong Arto, Kedung Mulyo, dan Ngemplik. Jumlah jemaat dengan beberapa denominasi gereja hampir imbang dengan jumlah umat Muslim.  Desa Karanggondang menjadi daerah percontohan desa toleransi kehidupan beragama  di Jepara.
Kehidupan toleransi itu nyata sekali. Â Jika ada umat Kristen sedang berkesusahan, maka umat Muslim akan datang ikut membantu dan takziah, demikian pula sebaliknya. Â Kepala desa dan aparat desa akan hadir jika diundang dalam acara-acara keagamaan yang diadakan oleh umat Kristen dan umat Muslim.