Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Renungan Minggu: Berharga dan Mulia di Mata-Nya

3 November 2024   06:47 Diperbarui: 3 November 2024   07:05 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Jawa Pos

Renungan Minggu: Berharga dan Mulia di mata-Nya

Oleh: Suyito Basuki

Kadang-kadang kita mengalami apa yang disebut sebagai sikap under-estimate.  Yaitu sebuah sikap kurang merasa berharga.  Hal ini terjadi karena kita hanya fokus pada kata orang tentang kekurangan-kekurangan kita.  Mungkin orang berkata, kulit hitam itu tidak bagus, dan kebetulan kita memiliki kulit hitam dan sebagainya.

Dalam kitab Yesaya 43:4 dituliskan firman Tuhan," Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu."

Ungkapan 'berharga' dan 'mulia' (dalam Yesaya 43:4) ini terasa sangat khas dan indah.  Kata berharga dalam bahasa Ibraninya adalah 'yaqar' yang berarti berharga dengan nilai sangat tinggi.  Beberapa alkitab dalam bahasa Inggris menerjemahkan dengan kata 'precious', yang berarti bernilai seperti emas atau logam yang murni.  Sedang kata 'mulia', dalam bahasa Ibrani adalah 'kabad' yang bisa berarti hebat, mulia, kaya.

Tuhan menunjukkan kebanggaan-Nya dan kekaguman-Nya terhadap Israel umat-Nya.Oleh karena itulah Tuhan mengasihi mereka.  Mereka adalah bangsa yang telah diciptakan, ditebus, dipanggil menjadi milik-Nya (ay. 1), disertai semua perjalanannya (ay. 2), dan diberikan-Nya bangsa-bangsa kepada mereka (ay. 3-6).

   

Padahal siapakah Israel? Mereka adalah umat tebusan yang sering kali memberontak kepada Tuhan.  Sehingga Tuhan melalui Yesaya memberi gambaran: "Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya." (1:3).  Hal ini menunjukkan sikap ironis Israel kepada Tuhannya.

Umat Tuhan masa kini pun dipandang 'berharga' dan 'mulia' di hadapan Tuhan. Oleh karena itu Paulus menulis,"Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa" (Roma 5:8).  Gambaran anak yang hilang, yang telah merantau dengan menghambur-hamburkan uang bapanya, tetapi sang bapa tetap menunggu dan menerima anak durhaka yang pulang kembali dengan tangan terbuka adalah ekspresi hati Tuhan kepada umatnya yang berdosa (Lukas 15:32).

Seorang penginjil India, Sundar Singh, menulis tentang kebakaran hutan di pegunungan Himalaya yang ia saksikan ketika sedang melakukan perjalanan. Dia melihat seekor induk burung yang gelisah menyaksikan anak-anak burung yang masih di dalam sarang sebuah pohon yang terbakar.  Induk itu tidak meninggalkan sarangnya, melainkan kemudian menukik ke arah sarang tersebut, mungkin bermaksud menolong anak-anaknya.  Alih-alih induk itu dapat menyelamatkan anaknya, melainkan induk itu ikut hangus terbakar bersama dengan anak-anaknya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun