Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Ibadah Emeritasi dan Penahbisan Pendeta GKJTU Salatiga, Harapan Gereja Rangkul Kemajemukan

17 Oktober 2024   08:01 Diperbarui: 17 Oktober 2024   08:10 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibadah Emeritasi dan Penahbisan Pendeta GKJTU Salatiga, Harapan Gereja Rangkul Kemajemukan

Oleh: Suyito Basuki

Gereja Kristen Jawa Tengah Utara (GKJTU) Salatiga, Rabu 16 Oktober 2024 yang baru lalu mengadakan dua acara sekaligus yakni ibadah Emeritasi dan penahbisan pendeta jemaat.  Selain jemaat GKJTU Salatiga, pendeta-pendeta se Sinode GKJTU juga beberapa pendeta gereja denominasi lain nampak hadir.  Hadir juga Pj Walikota Salatiga dan pejabat pemerintahan yang tergabung dalam Forkopindo, pengurus FKUB Salatiga dan beberapa dosen Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Emeritasi dilakukan terhadap 2 orang pendeta,  Pdt. Drs. Heru Purwanta, S.Si., M.Hum dan Pdt. Daniel Herry Iswanto, M.Min., M.Th. Sedangkan  ibadah penahbisan diperuntukkan Vikaris Andre Brian Sarese, S.Si-Teol.

Pemimpin Hamba yang Melayani

Mengutip pernyataan Presiden Amerika Serikat ke-16 Abraham Lincoln yang pernah mengatakan' Bila kau ingin mengetahui karakter seseorang, berilah dia kekuasaan', Pdt. Drs. Heru Purwanta, S.Si., M.Hum. menyampaikan dalam khotbah emeritasi atas dirinya bahwa kekuasaan adalah merupakan batu ujian besar bagi seseorang untuk tetap menunjukkan karakter baik atau justru menjadikan karakter buruk.

"Faktanya, begitu banyak banyak orang yang karakternya menjadi buruk setelah mempunyai kekuasaan," demikian ujar Pdt. Heru Purwanta pria kelahiran Salatiga 19 Oktober 1962 dari pasangan Rasid dan Sri Wahyuni ini. 

Selanjutnya Pdt. Heru Purwanta yang beristrikan Sri Sugiarti sejak 16 Desember 1989 yang kemudian memiliki 3 orang anak: Abednego Eka Praba Anindita, Betanika Nila Nirbita, dan Gracia Cita Cinantya ini menyampaikan bahwa seseorang yang memiliki kekuasaan jika tidak berhati-hati akan mengalami berbagai perubahan gaya hidup dan gaya bahasa.

"Semula berjalan agak menunduk dan kepala merunduk, berubah menjadi berjalan tegap dan mendongak.  Semula murah senyum dengan tatapan mata yang ramah, berubah menjadi dingin dan melotot.  Semula biasa saja duduk di belakang, tetapi kemudian bisa mudah tersinggung dan marah ketika orang lupa atau tidak sengaja mendudukkan di tengah atau di belakang.  Semula suka menggunakan kata-kata 'saya mohon, saya harap, jika berkenan' tetapi kemudian berubah suka menggunakan kata 'harus, wajib, perintah'" urai Pdt. Heru Purwanta yang di lingkup pelayanan Sinode GKJTU pernah menjadi Ketua Umum MPH GKJTU 2013-108 ini memberikan menjelaskan.

Pdt. Heru Purwanta yang ditahbiskan menjadi pendeta di GKJTU Salatiga 22 Oktober 2004 yang sebelumnya di tahun 1983 mengajar di SMP Negeri 1 Banyudono Boyolali menyatakan bahwa sebenarnya hakikat pemimpin dalam bidang apa pun adalah hamba yang melayani.  Agar seseorang yang menjadi pemimpin bisa menjadi hamba yang melayani sebagaimana nas alkitab yang ia ambil dari Markus 10:44, maka hendaknya seorang pemimpin menyadari bahwa dirinya adalah hamba Tuhan dan hamba sesama, serta menyadari pula hakikat seorang pemimpin adalah kinerja pelayanannya, bukan kedudukan dan jabatannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun