Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Pameran Lukisan 9 Perupa di Semarang, Coba Bangkitkan Gairah Ekonomi Kreatif

11 September 2024   12:12 Diperbarui: 11 September 2024   12:16 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjung amati dan apresiasi lukisan (dokpri)

Pameran Lukisan 9 Perupa di Semarang, Coba Bangkitkan Gairah Ekonomi Kreatif

 Oleh: Suyito Basuki

Saya istri dan dua orang anak remaja kami menuruni tangga masuk ke kafe Tan Artspsace, seorang penjaga kafe berkaos hitam berdiri menyambut kami, bertanya,"Untuk berapa orang?"  Mungkin mengira kami akan mengunjungi kafe untuk menikmati kopi dan sup iga yang menjadi menu utama.  Saya segera mengatakan,"Kami akan melihat pameran lukisan." Mataku lurus tertuju pada lukisan-lukisan yang terpajang di dinding kafe.

Kafe itu memiliki tatanan bangunan berbentuk seperti huruf U.  Setelah rumah utama di samping kanan kursi dan meja kafe tertata, baik itu kursi kecil maupun kursi panjang dengan meja-mejanya.  Kemudian bangunan yang menyambung melengkung dengan sudut 90 derajat juga ditata kursi dan meja.  Sama dengan bangunan sebelumnya terdapat kursi kecil dan panjang dengan meja-mejanya beserta sofa-sofa.  Hanya bedanya di dinding itu dipajang lukisan-lukisan yang dipamerkan.  Bangunan berikutnya yang berada di sebelah kiri yang seolah membentuk huruf U di belakang rumah utama terdapat toilet dan dapur yang digunakan ruang memasak sajian kafe.

Ratna Sawitri, Nanang Widjaya,  Ir. Agung Dwieyanto, S. Hartono, Harry Suryo, Tatas Sehono,  bawah: Djoko Susilo . Totok Koi, Ademart (dok: Nanang W)
Ratna Sawitri, Nanang Widjaya,  Ir. Agung Dwieyanto, S. Hartono, Harry Suryo, Tatas Sehono,  bawah: Djoko Susilo . Totok Koi, Ademart (dok: Nanang W)

Small is Beautiful

"Oh inilah yang dimaksud small is beautiful, kecil itu indah", ucapku dalam hati.  Ruang yang ditata dindingnya dengan 18 lukisan itu terhitung kecil, mungkin 3x15 meter atau sekitar 75 meter saja luasnya.  Waktu saya tanya kepada Nanang Widjaya berapa karya yang ia ikut tampilkan bersama 8 pelukis Semarang lainnya lewat pesan WA, dia jawab 2 lukisan.  "Masing-masing perupa memamerkan 2 lukisan juga," demikian penjelasan Nanang Widjaya sebagai koordinator pameran lukisan yang diadakan di Kafe Tan di bilangan Jl. Papandayan no. 11 Semarang ini.

"Memang dalam ruang yang kecil dan peruntukannya untuk orang-orang minum kafe dan makan sup iga ini, 18 lukisan dengan kontribusi 9 orang perupa atau pelukis 2 lukisan cukuplah," demikian pikirku dalam hati.  Sembilan perupa yang berpameran itu adalah: Ade Mart, Djoko Susilo, Harry Suryo, Nana Sawitri, Nanang Widjaya, Shartono, Silvia Zulaika, Tatas Sehono, Totok Koi

Luikisan-lukisan itu tidaklah besar-besar ukurannya.  Rata-rata lukisan berukuran 28x38 cm, seperti lukiisan Makarya karya Ade Mart Setyawan yang sudah terjual pada saat pembukaan pameran  Minggu 8 September 2024 yang lalu.  Harry Suryo dengan lukisannya Sound of Flower dengan water colour di atas kertas berukurarn 31x42 cm.  Ada juga yang lebih besar seperti karya Djoko Susilo dengan lukisannya Hugs dengan acrylic di atas kanvas berukuran 50x50. 

Dalam prakata singkatnya saat pembukaan pameranyang dibuka oleh Ir. Agung Dwieyanto ini, Nanang Widjaya pelukis Jogja yang baru saja menyelesaikan pameran lukis tunggalnya di Jakarta Selatan ini memberi penjelasan bahwa mereka memang sengaja menampilkan lukisan-lukisan yang terjangkau oleh penikmat seni, maka jatuhan pilihannya adalah lukisan yang tidak terlalu besar ukurannya, inilah yang dimaksud "small is beautiful" itu.  Nanang Widjaya nampaknya berusaha menyedot gairah seni lukis bagi di masyakarat yang saat sekarang ini ada keluhan para seniman lukis sendiri ada di masa-masa sulit.  Oleh karena itu, ukuran, harga jual diusahakan ditekan namun kualitas tetap dipertahankan.

Pengunjung amati dan apresiasi lukisan (dokpri)
Pengunjung amati dan apresiasi lukisan (dokpri)

Harga Terjangkau

"Kami para perupa bermaksud ikut memberikan gairah ekonomi kreatif di bidang seni rupa dengan menampilkan karya-karya lukisan yang masing-masing menampilkan karya-karya lukisan yang terjangkau.  Agar bisa lebih familiar dan dapat dikoleksi oleh banyak orang tentunya.  Harga karya lukisan yang kami buat tentunya tidak mengurangi kwalitas dari karya tersebut, justru kami membuat semuanya sebagaimana layaknya karya-karya lukis kami pada umumnya dengan harga bursa seni lukis agar membangkitkan minat dan gairah membeli dengan harga maksimum Rp. 3.500.000 paling mahal.  Hal ini tentunya sangatlah dimungkinkan untuk dikoleksi atau diadopsi oleh para pecinta seni pada umumnya sebagai mana hal dimaksud di atas," demikian ujar Nanang dalam sambutannya.

"Pameran ini diikuti oleh 9 pelukis yang sudah terkemuka di Indonesia dan internasional yang tentunya sudah memiliki harga yang fantastis dan sulit untuk diadopsi atau dikoleksi, maka dengan pameran small is beautiful, dengan harga bursa ini diharapkan dapat menggairahkan ekonomi kreatif khususnya dan menumbuhkembangkan para pecinta Seni Rupa pada umumnya," demikian lanjut Nanang Widjaya yang memiliki NW Galery di Yogyakarta ini.

Pasar Tradisional karya Nanang Widjaya (dokpri) 
Pasar Tradisional karya Nanang Widjaya (dokpri) 

Nikmati Kopi, Nikmati Lukisan

Pameran lukisan di sebuah kafe memang menarik untuk sering-sering diadakan.  Pengunjung bisa menikmati sajian kopi dan menu kafe lainnya sembari melayangkan pandangannya di lukisan-lukisan yang dipajang di dinding.  Kemudian saat tertarik dengan sebuah lukisan, pengunjung bisa membawa pulang lukisan yang harganya ramah di kantong.

Konsep elegan ini memang menarik untuk dikembangkan yang tentunya ada beberapa catatan.  Yang pertama diperlukan sebuah kafe yang memiliki ruang yang lebih luas.  Coba saja yang datang mengunjungi pameran berduyun-duyun, tentunya ruangan seluas kurang lebih 75 hingga 100 meter tidak bisa mewadahi pengunjung dengan baik disebabkan ruangan juga sudah terpakai untuk kursi dan meja yang ditata.

Seorang pengunjung, Yahya Kumarawangi, mahasiswa Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Yogyakarta memberikan kesannya,"Pameran lukisan ini menyajikan suasana pameran seni yg santai karena diadakan di sebuah cafe.  Karya-karya yg dipamerkan berukuran kecil yang keindahannya sangat bisa dinikmati, sesuai judul pameran small is beautiful. Display karya cukup baik, dengan memaksimalkan ruangan cafe yg terdapat meja kursi sehingga pengunjung cafe dapat menikmati pameran sembari duduk sambil makan & minum," demikian Yahya yang menyebut karya Tatas Sehono yang berjudul Vista sebagai lukisan favoritnya di pameran lukis itu.

Amati lukisan Vista karya Tatas Sehono (Dokpri) 
Amati lukisan Vista karya Tatas Sehono (Dokpri) 

Usulan Aktifitas 

Untuk keperluan edukasi dan penjelasan serba-serbi mengenai lukisan yang dipajang berikut latar belakang pelukisnya perlu dibuat katalog yang membantu serta ada petugas stand yang menjaga.  Jika pameran membiarkan pengunjung lalu lalang masuk tanpa pengawasan penjaga stand juga riskan dalam segi keamanan.

Jika didesain pameran lukisan diselenggarakan di malam hari, perlu penerangan yang cukup.  Bukan hanya beberapa lukisan yang mendapat sinar lampu, sementara beberapa lukisan lainnya dibiarkan dalam kegelapan.  Akhirnya nilai lukisan yang berada dalam "kegelapan" lampu tersebut jelas tidak bisa diapresiasi dengan baik oleh para pengunjung.

Lukisan Hugs karya Djoko Susilo (Dokpri) 
Lukisan Hugs karya Djoko Susilo (Dokpri) 

Mungkin perlu juga dirancang supaya pameran bisa ramai pengunjung dengan mengadakan diskusi, work shop sarana edukasi, dan ditampilkan pemusik pop maupun tradisional lokal untuk meramaikannya.

Selain di kafe, mungkin juga perlu menggandeng angkringan-angkringan yang sekarang ini memiliki sementara owner konsep penjualannya up to date.  Di angkringan harga makanan dan minuman rata-rata lebih ramah bagi kantong pengunjung dari pada kafe.  Itu semua jika pameran lukisan benar-benar untuk menumbuhkan ekonomi kreatif bagi semua kalangan. 

Kami meninggalkan kafe tempat pameran lukisan sekitar jam 20.00, melanjutkan perjalanan mampir ke rumah saudara yang tidak jauh dari lokasi pameran.  Dari daftar pengunjung di buku tamu, hingga kami datang baru 25 orang pengunjung.  Pameran masih berlangsung hingga tanggal 20 September 2024.  Semoga pengunjung semakin bertambah dan karya yang dipamerkan banyak yang "sold" atau terjual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun