Komentar Pembaca, Semoga "Dilah Kasukman" Semakin Mempesona
Oleh: Suyito Basuki
Berbahagia sekali ketika mendapati berita dari rekan bahwa Dilah Kasukman, renungan harian berbahasa Jawa terbitan Lembaga Pekabaran Injil Sinode (LPIS) Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ) edisi September 2024 sudah terbit bahkan telah beredar di pelanggan, jemaat gereja-gereja kami. Â Kali ini covernya mengambil gambar GITJ Puring Jepara serta Gembala Jemaatnya Pemb. Pdt. Eko Nugroho Susanto, S.Th.dan majelis gereja.
Dibilang jumlah terbit ideal sebenarnya belum juga.  Kami redaksi hanya bisa menerbitkan maksimal 1000 eksemplar tiap bulannya, sementara jumlah jemaat gereja kami yang awal pertumbuhannya dari budaya Jawa ini sekarang berkisar 50.000 jemaat yang terdapat di sekitar Gunung Muria  yakni di daerah Pati, Kudus, Jepara, dan Semarang.  Sementara itu juga ada jemaat yang tersebar di Sumatra, wilayah Lampung dan Palembang.  Jemaat di perkotaan besar, beberapa ada di Salatiga dan Yogyakarta.
Â
Masih Minim
Mengapa penerbitan jumlah eksemplarnya masih sangat minim? Â Saya pernah ungkapkan di tulisan bulan-bulan sebelumnya bahwa masalah dana dan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi masalah utama yang masih terus diurai. Â Sebagai pemimpin redaksi dan editor, saya terus berusaha mencari orang-orang berpengaruh dan mencintai budaya dan bahasa Jawa untuk ikut memikirkan perkembangan penerbitan renungan harian rutin setiap bulan dengan bahasa Jawa populer yang menurut pengamatan, satu-satunya di Indonesia bahkan di dunia, hehehe...
Untuk menjangkau pembaca yang tidak sempat berlangganan karena lokasi yang jauh dan dorongan untuk menjadi berkat bagi mereka, maka saya sudah 6 tahun berjalan, seiring usia penerbitan, saya membuat akun Dilah Kasukman di Facebook dan juga membuat group WA-nya. Â Setiap hari saya mengunggah artikel-artikel renungan itu. Â Rata-rata 10-15 orang menjadi komentator di Grup Facebook. Â Jumlah akun Facebook yang menjadi anggota sih 900 orang lebih. Â Mantap kan?
Sengaja saya minta pembaca Dilah Kasukman lewat Facebook saya mintai komentarnya terhadap penerbitan ini. Â Hal ini untuk umpan balik perbaikan penulisan, kemasan buku, pendistribusiannya dan lain-lain. Â Semoga semakin ke depan akan semakin baik, semakin mempesona dan memberi manfaat kepada pembaca baik dari sisi rohani maupun dari segi bahasa Jawa.
Komentar-komentar yang Memberi Semangat
Komentar-komentar yang ditulis singkat dari  Janaka, katanya,"Sangat nembantu sekali dalam memperdalam.keimanan dan menguatkan dalam pendalaman Firman."  Kemudian Andreas Sudiyani pembaca dari Klaten memberi komentar singkat juga"Lanjut pak sangat memberkati."  Yofela Timothy juga memberi komentar singkatnya,"Sangat memberkati."
Berikut saya sampaikan komentar-komentar mereka, saya tulis sesuai dengan tulisan mereka, tidak ditambah dan dikurangi hehehe...Hanya sedikit disesuaikan ejaannya. Â Ada satu komentar yang ditulis Dedy Kristiawan yang membikin kaos yang saya pakai tiba-tiba jadi "sesak" kata orang Jawa hehehe...
- Endah Kusdiningsih pembaca dari Demak Jawa Tengah
"Ini pak komentar saya untuk Dilah Kasukman, manfaatnya
1. Sebagai sarana pembelajaran pendidikan agama dalam keluarga
2. Membantu bertumbuh secara rohani
3. Sebagai sarana untuk instrospeksi diri
4. Sebagai bekal menguatkan iman menghadapi masalah
Harapannya semoga Dilah Kasukman semakin eksis, selalu menginspirasi, memotivasi dan menjadi bahan introspeksi diri."
- Hastuti Suryandari pembaca dari Pati Jawa Tengah
"Dilah Kasukman sangat memberkati, terlebih bagi saya pribadi yang kurang pandai dalam berbahasa Jawa kalau dalam menyampaikan firman, sehingga dengan adanya Dilah Kasukman sangat membantu sebagai referensi dalam perbendaharaan kata.
Trimakasih Bapak Pdt. Suyito Basuki beserta team penulis Dilah Kasukman...kiranya dipakai lebih lagi oleh Tuhan untuk kemuliaan nama-Nya."
- Darsono Soewito penulis dan pembaca  dari Jepara Jawa Tengah
"Dilah Kasukman adalah salah satu renungan dengan bahasa pengantar bahasa Jawa, isinya kadangkala biasa-biasa saja, tetapi suatu saat membuat seseorang bisa terkejut, karena renungan yang sangat menyentuh hati dan inspiratif, itu sebenarnya yang ditunggu banyak orang, tidak sekedar bahasanya yang njawani (krama) yang kadangkala sulit dipahami oleh kalangan muda, tetapi mungkin ke depan bisa dikemas dengan ilustrasi dan cerita yang menggelitik dan menyenangkan.Â
Mohon maaf sekiranya masukan ini kurang berkenan, yang jelas walaupun dhang thek ikut nguri-uri renungan bulanan ini, matur nuwun, tetap bersemangat."
- Dedy Kristiawan pembaca dari Jepara Jawa Tengah
"Bapak Pdt. Suyito Basuki merupakan salah satu Pendeta GITJ yang bagi saya pribadi, beliau sudah banyak makan asam garam dunia ini. Dan tentu saja melalui banyak tempaan selama beliau melayani. Dan artikel-artikel yang beliau tulis tentu saja lahir dari buah pikiran yang tidak hanya berbasis teks...Â
Tapi saya yakin ini adalah pemikiran-pemikiran yg sudah teruji di "kawah candradimuka" selama ini. Tulisan-tulisan beliau sudah memberkati dan tentu saja menjadi penerang bagi banyak orang selama ini. Dan uniknya, karya beliau disampaikan dalam versi bahasa Jawa yang saya sendiri percayai bahwa ini adalah salah satu upaya beliau untuk tetap menjaga salah satu budaya di tanah Jawa."
"Terimakasih Dilah Kasukman dan Tim Penulis, terutama Bapak Pdt. Suyito Basuki. Sehat selalu dan semoga dipakai Tuhan dengan semakin luar biasa lagi. Amin."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H