Daerah Bandungan yang kaya dengan bunga-bungaan, menampilkan rangkaian bunga pada arak-arakan mobil mereka. Sesekali bunga ditaburkan dan peserta yang berjalan dengan mengenakan pakaian tradisional kemudian berjoget dengan iringan musik gamelan rekaman.
Lembaga-lembaga yang ada di lingkungan dinas kabupaten Semarang tampil dengan tupoksi mereka masing-masing. Misalnya dari Dinas Pemadam Kebakaran menampilkan mobil pemadam kebakaran dengan peserta yang memakai seragam tugas. Atau, Dinas DPU juga menampilkan mobil yang dihias menyerupai mobil silinder penghalus jalan. Masing-masing Dinas tampil dengan ciri khas mereka masing-masing. Bahkan Dinas Sosial memberi narasi dengan pengeras suara mendeskripsikan tugas-tugas mereka untuk membantu masyarakat.
Memajukan penghasilan UMKM
Usaha Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) seolah menerima berkah dengan adanya karnaval ini. Contoh saja, mbak Sih penjual sate ayam kelilingan, langsung ludes dagangannya saat menggelar dagangan di daerah dekat Kalurahan Tambakboyo. Mbak Sih kemudian menghabiskan sisa waktunya dengan melihat jalannya karnaval sampai petang.Â
Demikian juga dengan Pak Min yang biasa mangkal dekat Klenteng Patoman dengan baksonya. Bakso semangkok seharga 10.000 rupiah itu juga habis, padahal acara karnaval belum selesai. Penulis yang berniat membeli bakso hanya mendapat bakso kosongan tanpa isi bihun atau mi seperti biasanya.
Banyak pelaku usaha UMKM seperti penjual minuman es teh, sosis bakar, rujak atau lotis, penjual balon mainan anak dan usaha UMKM lainnya mendapatkan berkah dengan adanya karnaval ini.
Tidak hanya itu, bahkan tukang parkir pun ketiban rezeki karena adanya karnaval peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79 ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H