UKSW yang digagas pendiriannya di ujung tahun 1954 oleh Ds Basoeki Probowinoto dan Ds Tan Ik Hay serta beberapa pendidik Kristen awal mula sebagai  Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Kristen ini adalah salah satu universitas swasta tertua di Indonesia.  UKSW terletak di Salatiga Jawa Tengah.  Istilah "satya wacana" berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti "setia kepada sabda atau firman Tuhan".
UKSW dikenal sebagai "Kampus Indonesia Mini" karena mahasiswa, dosen, staf non dosennya berasal dari seluruh penjuru Indonesia, dengan ragam suku, budaya dan juga agamanya. Â Beraneka ragam suku, adat dan budaya Indonesia ada di UKSW, bersatu mengembangkan serta memajukan dunia pendidikan.
UKSW adalah potret terwujudnya semboyan Bhineka Tunggal Ika karena di kampus ini toleransi terimplementasi dalam interaksi sehari-hari. Â Meskipun dikelola oleh Yayasan Kristen namun UKSW tidak pernah membatasi, apalagi mendiskriminasi civitas akademika yang berasal dari agama lain karena UKSW menghargai dan memelihara keberagaman.
Melalui kampus Indonesia Mini, mahasiswa dilatih bersama dengan dosen untuk terus memiliki kepekaan terhadap perubahan dan bingkai keberagaman. Â Mahasiswa dibina untuk berpikir kritis, kreatif, bersikap toleran dan terbuka.
Berbagai kegiatan yang mengangkat keberagaman budaya Indonesia juga sering diselenggarakan di kampus ini. Â Di antaranya pernah diadakan pawai budaya, karnaval OMB dengan kostum nusantara, Â IICF (Indonesian International Culture Festival)Â yang bertujuan mengangkat kekhasan berbagai budaya Indonesia dan menjadi wadah berkreasi bagi berbagai komunitas etnis yang ada.
UKSW juga menjunjung semboyan Progressive and Outstanding, kalimat inilah yang terus memotivasi kinerja untuk segala pencapaian di tengah-tengah perubahan zaman yang begitu pesat. Â UKSW hadir untuk menghasilkan calon pemimpin yang mampu bersinergi, patuh, harmonis, memiliki teladan dan berintegritas.
Strategi Hadapi Kesulitan
Seorang winisuda progam S2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Rexy Andalangi Maatul yang lahir 1999 berasal dari Melonguane  Kabupaten Kepulauan Talaud ini menceritakan kesulitan yang ia hadapi dalam penyelesaian studi.  "Saya sulit membagi konsentrasi pemikiran dan waktu mengingat di momen saat saya menempuh studi, saya juga mengikuti berbagai kegiatan di luar yang sangat menyita waktu dan konsentrasi, apalagi S2 lebih banyak mengeksplorasi secara mandiri terkait ilmu yang ditekuni," demikian urai Rexy tentang kesulitannya itu. Â
Dengan berkonsentrasi dan berdoa untuk setiap hal yang kecil, fokus pada tanggung jawab dan saat mengerjakan tugas di lakukan secara semaksimal mungkin akhirnya membawa keberhasilannya menyelesaikan studi S2-nya. Â Rexy lulus dengan prestasi lulusan terbaik S2 di fakultasnya dengan meraih Indeks Prestasi Kumulatif 3,95. Â Rexy berencana bekerja di wilayah Jawa dan akan melanjutkan studi ke jenjang doktoral.