Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Angkringan Sego Bakar Kebul-Kebul Kopitemen Kopeng, Berawal dari Hobi Ngopi

20 Juli 2024   13:44 Diperbarui: 20 Juli 2024   16:14 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikmati Sego bakar dan kopi merbabu (Dokumen Pribadi)

Angkringan Sego Bakar Kebul-Kebul & Kopitemen Kopeng, Berawal dari Hobi  Ngopi 

Oleh: Suyito Basuki

Dika pemilik Angkringan Sego Bakar Kebul Kebul & Kopitemen Kopeng, adalah lulusan D3 Bahasa Inggris Fakultas Sastra Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang tahun 2006.  Saat SMP Dika mengenang masih suka belajar, tetapi saat SMA mulai malas belajar, itulah yang menjadi  alasannya ia mengambil jurusan bahasa Inggris yang ia rasa di jurusan itu ia paling gampang lulus.  Baginya D3 studi bahasa Inggris yang penting bisa paham mendengarkan dan  dapat berbicara.  Sementara kuliah-kuliah lain menurutnya  perlu hafalan dan teori-teori terlalu banyak.

Meski bapak dan ibunya seorang guru, saat SMP Dika ingin jadi arsitek, setelah SMA keinginan itu bergeser.  Dipengaruhi kondisi kesehatan ibunya yang tidak baik, sebabkan Dika berkeinginan lakukan studi dekat rumah.  Dulunya ia pengin kuliah di Institut Teknologi Bogor (ITB) tetapi sejak SMA keinginan itu menjadi berbeda. 

Dari Sticker hingga Film

Pekerjaan yang ditekuni Dika sampai sekarang malah tidak ada hubungannya dengan bahasa Inggris yang pernah digelutinya semasa kuliah.  Pekerjaan fotografinya dimulai dari hobi di tahun 2013.  Ada pengalihan trend, usaha sticker pada waktu itu tidak terlalu baik.  Bisnis fotografi agak naik, menurutnya bisa mengurangi stres.  Tahun 2017 ia mulai pekerjaan film.  Di tahun 2024 ini masih ada pekerjaan film tetapi tidak seintens tahun-tahun sebelumnya.  Puncak-puncaknya kerja di film di tahun 2017-2019.  Pekerjaan film dimulai dengan mengerjakan foto-foto di balik layarnya, kemudian terlibat di productionnya dengan terlibat menjadi kameramen selama beberapa tahun.  Dua tahun terakhir ini terlibat juga dalam penulisan script film panjang dan kemudian membuat film pendek sendiri, itu semua berawal dari hobinya.

Dika dan Novi, mengapit anak-anak mereka, Gea dan Rana (Foto: Dika) 
Dika dan Novi, mengapit anak-anak mereka, Gea dan Rana (Foto: Dika) 

Film Istri Orang, dimana ia turut membantu, menjadi pemenang Piala Maya serta Dirmawan Hatta menjadi penulis skenario adaptasi terpilih tahun 2019. Film Istri Orang  juga sempat menjadi  nominasi Piala Citra.  Film itu adalah film independen yang mengunggah isu tentang eksploitasi perempuan dan pernikahan dini di Pula Kangean.   Dirmawan Hatta sebagai sutradara film itu yang sekarang ini menulis Film Vina Sebelum 7 Hari yang viral itu.   

Film mempunyai dampak bermacam-macam di Kopeng.  Saat teman kakaknya Dika, Tata, melakukan pembuatan film di tahun 2013, memiliki dampak kemajuan bagi Kopeng sebagai tempat wisata.  "Dulu Kopeng ini kan imejnya dunia malam.  Sekarang imej Kopeng tidak seperti itu lagi, itu dampak dari pembuatan-pembuatan film yang berlokasi di Kopeng ini.  Lokasi pembuatan film itu dijadikan spot  selfie pertama yang kemudian berkembang sampai sekarang ini menjadi wisata yang mandiri," demikian jelas Dika.

Awal Usaha Angkringan

Angkringan Sego Bakar Kebul Kebul & Kopitemennya dimulai tahun 2017.  Usaha kuliner menurut Dika, kalau dilakukan berkualitas akan bisa bertahan lama.  Pekerjaan kulineran itu disambi kerja film ke sana ke sini.  Saat  berkesempatan ke Aceh, Dika melihat kedai-kedai kopi di sana sederhana tetapi kopinya enak-enak.  Kemudian Dika terinspirasi pengin mengangkat tema kopi Merbabu agar dikenal oleh masyarakat.  Caranya ia membuat angkringan itu, sehingga orang bisa menikmati kopi asli dari Merbabu dinikmati di daerah Merbabu serta dapat dinikmati masyarakat dari klas menengah ke bawah.

Angkringannya  dikunjungi ramai saat liburan, karena segmen pasarnya anak-anak SMA.  Cuaca juga berpengaruh.  Kalau cuaca bagus, pengunjungnya juga bagus.  Saat weekend  banyak pekerja-pekerja nongkrong.  Segmennya berbeda dengan resto-resto, segmennya masyarakat menengah ke bawah  dan orang lokalan. 

Ada pengunjung juga dari luar kota katanya.   Sejak 2019 ada pengunjung yang terus menjadi pelanggan.  Ada om-om chinese  yang laju dari Yogya ke Semarang.  Setiap kali lewat mampir.  Ada hotel  di sebelah angkringan, sehingga  setiap ada sales yang menginap mesti mampir ke angkringannya.

Berawal angkringan gerobak biasa, Dika sudah menentukan segmen pasar pembeli usia muda.  Sementara angkringan yang lain di tahun itu kesannya remang-remang dan lesehan yang tidak cocok dengan anak muda.  Dari tahun ke tahun angkringan Dika berbenah, sehingga angkringannya , tidak ada persaingan dengan angkringan yang lain karena memang segmennya berbeda.

 

Sebuah Obsesi 

Menikmati Sego bakar dan kopi merbabu (Dokumen Pribadi)
Menikmati Sego bakar dan kopi merbabu (Dokumen Pribadi)

Daripada membuka usaha membuka cabang di luar daerah, meski ada penawaran, Dika masih mau fokus mengembangkan usaha yang di Kopeng lebih dulu.  Saat ini, Dika lagi kenceng niatnya di usaha  kopi.  Dia bekerja sama dengan petani  dan menanam kopi juga di lahan warisan keluarga.  Menurutnya ada 15 pohon yang sudah ia panen.  Dika mengaku belajar ke petani, sekaligus mulai menanam. "Saya ngepul,  ya memproses dan menjual juga," demikian katanya.

"Daerah ketinggian Kopeng sangat bagus, saya punya keyakinan berdasarkan riset yang dilakukan orang Belanda yang membuat tempat wisata di Kopeng berikut juga dengan kopinya.  Saya yakin kopi Kopeng  bisa menjadi oleh-oleh khas Kopeng," tutur Dika.

Bermula Hobi atau Suka Hati

Dika yang memiliki nama lengkap Okta Puspitacandra Surya Andika (38) berumah tangga dengan Novi, mempunyai 2 orang anak, Gea (11) dan Rana (5).  Gea yang memiliki nama lengkap  Cahaya Gea, lahir di tahun 2013.  Saat itu Dika pertama kali mengenal  dunia film.  Saat itu ada tokoh utama bernama  Cahaya.  "Saya ambil nama itu untuk anak karena pas shoting film itu anak saya lahir," demikian jelas Dika.  Sedang  Rana lahir di tahun 2019. "Nama Rana diambil dari nama bagian dari kamera yang berkaitan dengan cahaya.  Jadi itu kayak menyempurnakan cahaya.  Tahun 2019 itu belum  ada covid, rasa-rasanya masa depan ada di film.  Ternyata setelah ada covid, pekerjaan film turun," kenang Dika menjelaskan arti 'rana' dan pengharapan di dalamnya.

Pada dasarnya bisnis itu bagi Dika dimulai dengan rasa senang yang kemudian  ditekuni.  "Nanti saat dapat profit bisa tambah seneng, "  terang Dika.  Dika menjalani usaha apa yang ia suka.  Bisnis pertama adalah cutting sticker di tahun 2009.  Saat itu sering banget ia gonta-ganti sticker di motor.  Pekerjaan di film itu juga dimulai karena Dika awalnya suka pada fotografi.  Usaha kopi dilakukan karena Dika suka ngopi. 

Target ke depan Dika akan mengcampaignkan atau mempopulerkan kopi Merbabu.  Di tahun 2024 Dika berharap kopi Kopeng asli, dapat menjadi oleh-oleh daerah Kopeng .  Dika sedang mengurus  ijin-ijinnya untuk itu.  Outlet penjualan nanti  menurutnya ada di pasar.  Semua pekerjaan itu dilakukannya dengan dasar hobi atau suka hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun