Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Tari Gedrug Buto dalam Peringatan 10 Muharram

17 Juli 2024   10:48 Diperbarui: 17 Juli 2024   10:51 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedrug Buto tunjukkan keperkasaannya (dokumen pribadi) 

Tari Gedrug Buto dalam Peringatan 10 Muharram 

Oleh: Suyito Basuki

 

Warga RW 02 Tambaksari Ambarawa Kabupaten Semarang, Selasa 16 Juli 2024 yang baru lalu memperingati hari 10 Muharram dengan menampilkan Seni Kuda Lumping dan tari Gedrug Buto.  Dari tahun ke tahun, mereka selalu memperingati hari 10 Muharram ini. 

Peringatan yang mereka lakukan itu bergantian RT yang menyelenggarakan.  Seni Kuda Lumping yang mereka tampilkan malam itu adalah Seni Kuda Lumping milik perkumpulan RW masyarakat Tambaksari.  Sedangkan Tari Gedrug Buto mereka datangkan dari Bawen, sebuah daerah tetangga kecamatan saja.  Bawen masih wilayah Kabupaten Semarang.

Keyakinan 10 Muharram

Mengapa 10 Muharram ini diperingati?   Pada hari itu diyakini hari penyelamatan Nabi Musa bersama dengan umat Bani Israel yang dipimpinnya keluar darti Tanah Mesir.  Pada hari itulah, segala bala tentara Mesir yang mengejar Bani Israel ditenggelamkan oleh Allah di Laut Teberau.

Saat Nabi Muhammad memasuki kota Medinah dan mengetahui dari orang Yahudi bahwa peringatan 10 Muharram itu dasarnya penyelamatan Allah kepada Bani Israel, dan mereka peringati dengan berpuasa maka Nabi Muhammad sebagaimana yang dikisahkan HR. Bukhari dan Muslim yang dikutip detik.com, memerintahkan pengikutnya untuk memperingati juga dengan melakukan puasa.  (https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6846142/10-muharram-hari-apa-ini-makna-sejarah-dan-keistimewaannya)

 

Tari Gedrug Buto

Tari Gedrug Buto yang ditampilkan dalam peringatan 10 Muharram semalam membuat suasana meriah.  Banyak pengunjung baik orang dewasa maupun anak-anak menyaksikan pertunjukan itu.

Tari Gedrug Buto berasal dari lereng Gunung Merapi Magelang Jawa Tengah.  Tari yang didasari dengan gerak tari kalang kinantang atau gerak wayang gagahan ini dijogetkan dengan komposisi kelompok.  Ada sekitar 12 orang yang menari bersama-sama di panggung.

Sebagaimana namanya "Tari gedrug Buto", para penarinya menggunakan tumit mereka menggedrug atau menghentak panggung.  Kaki-kaki setiap penari yang diberi lonceng krincing, membuat setiap gerak dan hentakan kaki menimbulkan suara berderak dan bergemirincing.

Pakaian yang para penari kenakan didominasi oleh warna kuning keemasan serta rumbai-rumbai dalam pakaian mereka. Dengan demikian, saat sinar lampu panggung menerpa, maka pakaian itu akan terlihat berkilau dan bersinar.

Sesuai dengan kata "buto" yang berarti raksasa yang digunakan sebagai nama tariannya, maka para penari masing-masing mengenakan topeng buto yang memiliki berat sekitar 2.300 gram itu.  Bentuk topengnya seperti kepala binatang singa yang memiliki taring dan mata yang melotot serta rambut yang terurai. 

Mereka menari, dimulai dengan irama 1 dalam tabuhan gendhing lancaran, kemudian berubah menjadi irama 2 yang lebih lamban, menjelang diakhirinya tarian, maka irama akan kembali ke irama 1 dan berakhir dengan irama semakin "sesek" dan diakhiri dengan suwuk gropak.

Peran pengendang sebagai pengendali irama sangat berperan.  Saat dimulainya gendhing lancaran, maka pengendang hanya menggunakan kendang ketipung dan kendang bem (besar).  Namun saat irama 1 mau dijadikan irama lebih dinamis, maka pengendang akan menggunakan kendang batangan dengan model kendangan kebaran, demikian pula saat gendhing lancaran memasuki irama 2 dan saat mengakhirinya.  

Kendangan tidak perlu halus dan menampakkan berbagai dinamika seperti kendangan pada pertunjukan wayang kulit.  Kendangan dilakukan dengan tabuhan keras dan yang penting bisa menjadi kode bagaimana irama itu berjalan pelan dan kembali rancak atau sebaliknya. Dalam hal ini memang dibutuhkan pengendang usia muda dan bertenaga.

Filosofi Tarian

Tari Gedrug Buto ingin menunjukkan raksasa yang sedang marah.  Saat Raksasa marah maka akan terlihat kekuatan dan kekerasan wataknya. Watak raksasa yang keras inilah yang menjadi filosofi tekad kuat yang perlu dimiliki seseorang untuk mencapai sesuatu dalam hidupnya.  (https://solobalapan.jawapos.com/sriwedaren/2303733948/tari-buto-gedruk-tarian-yang-menyimpan-filosofi-tersembunyi-di-balik-seramnya-wajah-raksasa?page=1)

Ratusan lonceng kecil yang bergemerincing yang diikatkan di kaki pada masing-masing penari ini ingin menegaskan watak raksasa atau buto yang keras itu.  Tentunya watak buto yang negatif seperti pemarah, menindas dan menginginkan milik orang lain seperti yang ditunjukkan oleh Rahwana, tidak diakomodir dalam hal ini.

Leluasa dengan Lagu Modern

Penari melepas topeng buto-nya (dokumen pribadi) 
Penari melepas topeng buto-nya (dokumen pribadi) 

Meski gamelan yang digunakan berlaraskan slendro, tetapi lagu-lagu yang dinyanyikan pesindhen bisa lagu pentatonis laras pelog bahkan lagu-lagu diatonis juga.  Akhirnya jika didengarkan secara jeli, lagulah yang menyesuaikan nada gamelan, bukan gamelan yang sepenuhnya mengiringi lagu. 

Oleh karenanya lagu Lintanging Asmoro mengalir dengan penuh dinamika.  Lagu Lintanging Asmoro yang nyamleng didengar dalam irama "nyemek" berubah menjadi dinamis dengan iringan tabuhan lagu hingar bingar mengiringi gerak para penari yang kadang melompat sambil berputar atau menjatuhkan tubuh dengan berguling.

Potongan lagu Lintanging Asmara terdengar samar dihimpit dengan tabuhan yang keras.  Pesindhen pun tidak perlu menyanyikan dengan syahdu dan sesuai dengan lagu masternya:

...

Wong ayu tresnamu kinarya tamba
Susah jroning batinku
Wong bagus antebna rasa atimu
Tresnaku tulus jroning kalbu

Senadyan ngarungi banyu segara
Rasaku rabakal sirna
Senadyan nyawa oncat saka raga
Wis tresna rabisa dipisahna

...

Lagu Taman Jurug mungkin dinamikanya lebih pas mengiringi gerak para penari.  Lagu Taman Jurug memang sejak awal seolah diciptakan dengan nada dan dinamika yang tinggi.

...

Cahyaning bulan nrajang pucuk ing cemara
Angin kang teka sasat nggawa gendhing tresna
Banyu bengawan sinorot cahyaning bulan
Lir sewu dian alerap nggugah kenangan

Ngersakne napa, mung sarwa ana
Ning Taman Jurug taman indah kutha Solo
Papan kreasi, muda lan mudi
Sing tuwa-tuwa welinge aja nganti lali

...

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun