Bramastho tiba-tiba mengeluarkan sebuah senjata, pistol soft gun,"Bagaimana kalau kupaksa dengan ini?" Bramastho mengacungkannya ke Joko. Â Joko tidak berkutik.
Bramastho dan Gembrot masuk, sementara kapuk mengamankan Joko dengan menodongkan pisau belatinya. Â Baik Fitri maupun bagas kaget melihat kedatangan Bramastho dan teman-temannya.
 Bramastho tiba-tiba tertawa,"Ha...ha...ha...inilah drama yang sangat menarik.  Fitri, kamu sekarang tidak dapat mengingkari bahwa Bagaslah yang menjadi penyebab hubungan kita menjadi hancur."
Fitri menghardik,"Bram, kau mau apa datang kemari? Â Kamu telah menganiaya Bagas. Â Ternyata kamu lebih jahat dari yang aku bayangkan. Â Tidak berperikemanusiaan!"
Bramastho mengelus-elus pistolnya,"Cukup. Â Kepadamu aku sangat berperikemanusiaan bahkan sangat sayang, tetapi kepada manusia di sampingmu itu aku tidak bisa. Â Keputusanku sudah bulat, kekasih barumu itu akan kubuat cacat atau bahkan akan kuhabisi sama sekali!"
Fitri berteriak panik,"Bramastho! Â Gila kau!"
Bramastho maju ke arah Bagas,"Ha...ha...ha, jangan marah sayang. Â Aku hanya akan sedikit memberi pelajaran pada pak dhalang kita." Mendekati Fitri, mengelus rambut Fitri, tetapi Fitri menepis dengan tangannya. Â Kemudian Bramastho mendekati Bagas sambil menodongkan pistolnya."Kakimu akan kulumpuhkan," kata Bramastho kalem, tapi terdengar sadis.
"Kenapa hanya kakiku saja, bukan sekalian jantungku?" Bagas berkata tidak ada rasa takut.
"Hei, kamu tidak takut pada kematian?" Bramastho bertanya dengan nada heran.
"Bagiku, kematian adalah awal dari suatu kehidupan yang lebih kekal. Â Aku tahu kemana aku akan pergi. Â Lakukanlah sesuai dengan kehendakmu." Bagas tenang menjawab.
Fitri melihat Bagas, sangat cemas,"Mas Bagas."