Pameran IKASSRI, Semangat Lepas dari Epigon dan Plagiasi
Oleh: Suyito Basuki
Bertempat di Pendapa Art Space yang terletak di Jl. Prof. Wirjono Projodikoro (Ring Road Selatan) Tegal Krapyak, Sewon, Bantul, Yogyakarta, 1-7 Juni 2024 diadakan pameran seni rupa. Â Pameran seni rupa yang bertajuk Volume 7 ini diadakan oleh Ikatan Alumni Sekolah Seni Rupa Indonesia (IKASSRI) Yogyakarta.Â
Yaksa Agus dalam buku katalog menyebutkan bahwa Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI) adalah metamorfosa bentukan dari Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) yang kemudian menjadi Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) hingga menjadi Sekolah Menengah Kesenian Negeri (SMKN) 3 Kasihan Bantul, Yogyakarta.
Keragaman Karya
Subroto Sm pelukis senior Yogyakarta didaulat membuka pameran. Â Pada kata pengantarnya, Subroto Sm yang juga tetap melukis setelah purna dari tugas mengajar di STSRI "ASRI"/FSR ISI, lebih dahulu menyebutkan bahwa definisi seni yang paling sederhana, mengutip pendapat Fuad Hassan adalah karya manusia yang mengubah sesuatu yang biasa menjadi luar biasa.
Adapun karya seni rupa yang berbobot atau berkualitas, menurut hemat Subroto Sm ialah, "Karya yang memiliki misi dan gagasan jelas, berbentuk artistik dan unik, mampu membaca tanda-tanda zaman, yang hasilnya mampu menggetarkan perasaan dan memperkaya batin penikmatnya."
"Dari melihat sekilas foto-foto karya yang dipamerkan dan yang masuk dalam nominasi Award via PDF, saya mengapresiasi akan keberagaman ide, tema, gaya, kekuatan artistik, pun beragamnya medium dan teknik yg ditampilkan," demikian ujar Subroto Sm. Â Meski demikian, ada sebuah pertanyaan yang dilontarkan Subroto Sm, mengapa dalam pameran tersebut tidak ada karya lukis abstrak? Â Subroto Sm sendiri adalah pelukis yang dikenal sebagai pelukis yang condong pada aliran ekspresionistis.
Tantangan Teknologi AI
Dunadi, Ketua IKASSRI dalam kesempatan memberikan pandangannya, sebagaimana yang tertulis dalam buku katalog menyebutkan adanya teknologi Artifificial Intelegence (AI) memang memudahkan seseorang untuk melukis. Â "Hadirnya AI (artificial Inteligent) membuat seseorang dengan mudahnya bisa menghasilkan karya seni tanpa pengetahuan Sejarah seni rupa itu sendiri. Namun, dilain pihak, tantangan industri sekarang pun telah menggempur kekuatan seni rupa kita yang sarat dengan budaya kita yang manual," demikian Dunadi.
Di tengah derasnya pengaruh AI pada lukisan sehingga bisa mengaburkan sejarah seni, Dunadi bertanya, bagaimana dengan seni murni. Â Katanya."Dalam hal ini sebagai alumni, saya pribadi, juga ingin menanyakan kemana arah dunia seni ini akan berjalan, jika para seniman mulai mengesampingkan asal muasal apa itu seni, bagaimana seni murni itu? "
Padahal menurut pandangan Yaksa Agus, lulusan 1995 menyebutkan seorang pelukis yang baik perlu juga mengetahui sejarah seni rupa, oleh karena itulah menurut Yaksa Agus pendidikan seni rupa sangat diperlukan. Â Seorang pelukis tidak sekedar melukis lukisan saja, menurutnya. Â "Jika tidak, maka lukisan-lukisan yang dihasilkan hanya akan sekadar peniruan-peniruan, praktek plagiasi dan epigon," demikian Yaksa Agus.
Yaksa Agus lebih lanjut mengatakan bahwa pameran bertajuk Volume 7 ini memiliki daya gugah, penyadaran kepada lembaga pendidikan yang pernah membimbing para peserta pameran, alumni yang pernah dan sedang digembleng di  SSRI / SMSR / SMK N 3 Kasihan.
Ombyokan tetapi Apik
Menurut Godod Sutejo pelukis senior Yogyakarta yang sering disebut pelukis perdamaian memberikan komentarnya setelah berkeliling melihat pameran. Â Godod Sutejo yang lahir di Wonogiri 1953 lulusan ASRI dan ISI Yogyakarta ini dan sangat lekat dengan dunia seni rupa Yogyakarta ini mengatakan bahwa pameran ini apik. Â "Walaupun pameran ini ombyokan tetapi kelihatan apik dan terseleksi secara umum," demikian Godod Sutejo.
Godod Sutejo menyatakan kekagumannya karena ternyata alumni SMSR ada banyak yang  sudah menjadi seniman top.  Godod Sutejo menyebut nama-nama pelukis alumni SMSR itu, yakni  antara lain Lusia Hartini , Dede Eri Supria, Ledek Sukadi, Nanang Wijaya, Nasirun, Subandi Gianto, Warlih , Hery Meizul, dan Dunadi.  "Sebenarnya masih saabrek seniman kondang di Indonesia alumni SMSR," demikian Godod Sutejo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H