Ibu Bagas mengulurkan uang,"Ya, hati-hati nak, Ini uang saku untuk naik angkutan."
Bagas menerima uang itu,"Permisi, ibu, terima kasih," Bagas meninggalkan rumah sederhana itu. Â Ibunya mengikutinya sampai ke halaman depan.
Bagas tersadar dari lamunan, Teman-teman sekolah Bagas sudah meninggalkan sekolah. Â Monica mendekatanya,""Ayo Gas, jangan ngelamun..."
Bagas kaget,"Eh, iya Monica, sendirian...?"
"Ayo sama aku," Monica mengajak Bagas pulang bersamanya. Â Monica menyodorkan sepedanya, Bagas kemudian duduk di depan. Â Monica membonceng.
Monica berkata dengan suara keras, agar Bagas mendengar,"Dari pada kamu jalan, bisalah sama aku setiap hari."
Bagas sambil mengMonicah menjawab,"Iya, tapi merepotkan kamu nanti."
Monica masih berkata,"Tidak apa...Eh, berapa lama jika kamu jalan sampai ke rumah kakekmu?"
Bagas menjawab, jalanan agak naikm Bagas terengah,"Sekitar satu  jam."
Monica merasa kasihan,"Wah, jauh juga ya."
Sebuah rumah kampung sederhana dari papan, itu rumah kakek Bagas. Terletak di pinggir desa, suasana sepi, di siang hari. Bagas datang dari sekolah. Â Duduk di kursi rotan. Â Melepas sepatu. Â Kakeknya datang dari ladang.