Ki Sutejo meminum teh, memegang wayang Cakil, menjelaskan,"Mengulang ke masalah perang cakilan, perang ini adalah jenis cepeng sabet yang tersulit sekaligus terindah dalam khasanah peperangan dalam pedhalangan. Â Oleh karena itu ada yang menyebut perang ini adalah perang kembang. Â Karena jika dhalang dapat memainkan perang ini dengan baik, dapat mengharumkan kepiawaian dhalang. Â Perang ini sebetulnya secara teknik merupakan klimaks perang alus-alus, gagah-gagah yang pernah mas Bagas pelajari."
"Saya masih merasakan kesulitan memainkannya pak," jawab Bagas jujur.
"Percayalah, dengan membiasakan diri di rumah berlatih dan keyakinan penuh bahwa kita akan bisa, pasti kesulitan itu akan dapat diatasi. Â Silakan berlatih sendiri, boleh cakilan atau perang gagah-gagah, terserah. Â Saya akan pergi dulu, Gusti Yuda ngersakke saya matur masalah rencana wayangan di Gembiraloka pekan depan."
 "Inggih pak, matur nuwun," ucap Bagas menyalami Ki Sutejo.  Ki Sutejo bergegas ke belakang, pamit istri.  Bagas melanjutkan latihan sabetan.  Terdengar deru motor, Ki Sutejo sudah keluar halaman rumah.
(Bersambung)
Â