Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menanam Mangrove, Melawan Abrasi, Merawat Masa Depan

21 September 2023   22:03 Diperbarui: 22 September 2023   05:45 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para punggawa sebelum berangkat ke pantai tunaikan tugas (Foto: Erna Widyaningsih) 

Menanam Mangrove, Melawan Abrasi, Merawat Masa Depan

Oleh: Suyito Basuki

Mangrove adalah tanaman yang tumbuh di tepi pantai atau di tambak-tambak.  Tanaman ini memiliki daun yang kecil tetapi padat.  Menurut catatan artikel Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara (UMSU), mangrove adalah pohon tropis yang tumbuh subur dalam kondisi yang tidak dapat ditoleransi.  Sebagian besar kayunya bersifat asin tumbuh di pesisir dengan perairan yang pasang surut. Mangrove dapat menyimpan karbon.  Berkat kemampuannya menyimpan karbon dalam jumlah besar, maka mangrove atau sering disebut bakau adalah senjata utama dalam perang melawan perubahan iklim.  Meski demikian mangrove, kehidupannya terancam di seluruh dunia. (https://faperta.umsu.ac.id/)

Dengan melindungi hutan bakau, kita dapat membantu melindungi masa depan planet kita?  Mengapa demikian? Karena hutan mangrove memiliki berbagai fungsi.  Masih menurut catatan artikel Faperta UMSU, hutan mangrove berfungsi: melindungi garis pantai, habitat bagi tumbuhan dan hewan, penyimpanan karbon, sumber makanan dan bahan bakar, penyerap polutan, dan penghasilan ekonomi.

Abrasi Pantai Kropak

Mendengar penjelasan strategi penanaman mangrove di balai KPKI (foto: Erna Widyaningsih) 
Mendengar penjelasan strategi penanaman mangrove di balai KPKI (foto: Erna Widyaningsih) 

Pantai Kropak adalah sebuah pantai yang berada di desa Bondo Dukuh Margokerto Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara.  Dinamakan Pantai Kropak karena konon di pantai itu, dulu banyak tumbuh tanaman kropak.  Daun kropak ini oleh masyarakat digunakan untuk bahan dasar pembuatan caping, atau alat penutup kepala berbentuk topi yang bulat.

Menurut penuturan Sudi Siswanto, Ketua Komunitas Pantai Kropak Indah (KPKI), pernah terjadi Bulan Juli 2022 ada rob besar, pantai dengan ketinggian 150-200 meter jebol dan air masuk ke kampung, menyebabkan  100 hektar tanaman padi puso.  

Menurut Sudi Siswanto yang juga adalah Ketua RT setempat menuturkan bahwa para petani kemudian bekumpul dengan pemangku kepentingan desa dan  berbincang dengan petinggi.  

Petinggi atau Lurah memberikan dorongan dan dipertemukanlah perusahaan-perusahaan yang ada di lingkungan PLTU Tanjung Jati Jepara.  Kemudian didukung oleh  pemerintah kabupaten Jepara dalam hal ini Pj Bupati, akhirnya dipertemukanlah  dengan pihak perusahaan PLTU.  Kesepakatan yang diambil kemudian, menurut penuturan Sudi Siswanto, penanganan abrasi Pantai Kropak dilakukan bersama-sama.  Kemudian, menurut kisah Sudi Siswanto, didatangkanlah alat berat dari dinas PUPR Jepara. 

Bergiat bersama, lelah sirna dalam canda (foto: Erna Widyaningsih) 
Bergiat bersama, lelah sirna dalam canda (foto: Erna Widyaningsih) 
"Saat itu secara operasional dibantu PLTU yakni PT PLN, BJP, sedangkan penanganannya diserahkan ke kami selaku masyarakat dan petani.  Akhirnya dibuatlah tanggul dengan dek bambu dan diberi urugan dari alat berat," ujar Sudi Siswanto.  Usaha menjaga pantai dari terjangan abrasi itu kemudian dilanjutkan dengan terbentuknya komunitas lingkungan hidup Pantai Kropak Indah Margokerto.  Menurut Sudi Siswanto, yang adalah ketua komunitas ini mengatakan bahwa sejak komunitas pecinta alam ini terben, sutuk, sudah ditanam 90 % hidup 8000 bibit mangrove.  Komunitas ini juga menanam mangrove dari bibit mangrove yang ditangkar sendiri.

LDS Sinode GITJ

 Sebuah lembaga yang berada di bawah naungan sinode Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ) yang bergerak dalam menangani masalah bencana alam adalah Lembaga Diakonia Sinode (LDS).  Lembaga ini sudah berkiprah dalam penanganan bantuan kepada masyarakat yang terdampak gempa bumi, banjir, kekeringan akibat kemarau panjang dan lain-lain.

Mangrove ditanam, hadirkan kebahagiaan anak cucu di masa depan (dokpri)
Mangrove ditanam, hadirkan kebahagiaan anak cucu di masa depan (dokpri)

Terhadap sebuah pantai yang terkena abrasi, kemudian LDS ini mengadakan aksi sosial untuk membantu. Menurut Kuswidagdo, salah satu pengurus LDS, bahwa kerja sama dengan masyarakat Margokerto Jepara pada Sabtu tgl 16 September 2023 ini baru pertama kali.  "Baru pertama kali LDS bekerja sama di Margokerto ini, dalam penanaman mangrove pemulihan alam, dengan harapan semoga alam yang semakin baik akan dinikmati oleh anak-anak dan cucu." Demikian Kuswidagdo yang menjadi pendeta jemaat di GITJ Welahan Kabupaten Jepara ini menyampaikan harapan.

Sementara itu, seorang pengurus LDS yang lain memberi tambahan keterangan. "LDS sebagai  penggagas dan yang memiliki program bekerja sama dengan komunitas KPKI dan juga DLH, Wapalhi dan mahasiwa UNISNU Jepara sebagai penyedia bibit mangrove."  Karena Pantai Kropak ini berada dalam lingkup Klasis Barat GITJ, maka Pentakostafani melibatkan pemuda Klasis Barat GITJ.  Sekedar diketahui saja bahwa Sinode GITJ yang kantornya berpusat di kota Pati Jawa Tengah ini terdiri dari klasis Timur, Utara, Tengah, Selatan dan Sumatra selain Klasis Barat.  Klasis Barat meliputi daerah Kabupaten Jepara. "Harapannya supaya pemuda peduli dengan lingkungan dan eksistensi pemuda di Klasis Barat ini menjadi nyata," demikian Pentakostafani.  "Sinode GITJ memiliki gereja-gereja yang berada di tepi pantai, oleh karena itu sinode kami peduli dengan pantai yang terkena abrasi untuk kemudian melakukan pencegahan alam seperti di Pantai Kropak ini," imbuh Pentakostafani yang adalah seorang pendeta di Pepanthan Kaliaman GITJ Margokerto.

Ngreksa Bumi

Para punggawa sebelum berangkat ke pantai tunaikan tugas (Foto: Erna Widyaningsih) 
Para punggawa sebelum berangkat ke pantai tunaikan tugas (Foto: Erna Widyaningsih) 

Ngadiranto salah seorang peserta penanaman tanaman mangrove memberikan komentarnya," Dengan menanam mangrove dipesisir pantai yang mengalami abrasi sebenarnya wujud bagaimana kita ini mengasihi Tuhan yang menciptakan bumi ini. Dengan menanam mangrove yang diikuti oleh berbagai komunitas juga menjadi moment dimana kita bisa membangun tali persaudaraan."

"Biarlah dengan penanaman mangrove ini bisa berdampak baik untuk bumi, petani tambak, petani sawah dan bagi kita semua. Mari bersama ngreksa bumi." Demikian ajak Ngadiranto yang adalah pendeta di sebuah jemaat GITJ Ploso Ngipik Jepara ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun