Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Nyanyi dan Joged Kemerdekaan di Kampungku

17 Agustus 2023   08:38 Diperbarui: 17 Agustus 2023   08:45 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemeriahan Tirakatan (Dokumen Pribadi)

Nyanyi dan Joged Kemerdekaan di Kampungku

Oleh: Suyito Basuki

Di kampung tempat saya tinggal sekarang, Desa Karanggondang RT 01/ RW 01 Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara ini cukup unik, khususnya perihal hiburan.  Mungkin karena masyarakatnya banyak disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari meubelan dan lain-lain atau karena  pengaruh kehidupan pantai, karena kampung kami dekat dengan pantai, hiburan untuk menghilangkan kepenatan adalah sesuatu yang diharapkan.

Oleh karenanya tirakatan menjelang hari kemerdekaan seperti tadi malam dirayakan dengan mendirikan panggung hiburan dengan warganya sebelumnya beriuran secara suka rela.  Kebetulan, di RT kami ada 1 orang warga dan 2 perusahaan meubel dengan omset yang lumayan yang mendukung acara panggung hiburan tersebut.  Seperti sambutan Pak RT semalam, di RT kami ini, dimana Lurah sebelumnya tinggal di wilayah ini, panggung hiburan selalu diadakan setiap tahun malam tirakatan 17-an.  Kata Pak RT, Samuel Muryono, potensi warga menyanyi dan berpentas seni wajib dipertunjukkan.  Beberapa tahun sebelumnya, saya diminta untuk mementaskan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk, waktu itu lakon yang dipilih,"Wisanggeni Lahir."

Nyanyi Joged Bersama

Acara tirakatan di RT kami dimulai dengan doa dan kemudian disambung dengan menyanyi Indonesia Raya.  Setelah itu ada sambutan-sambutan.  Selesai sambutan-sambutan, nyanyi-nyanyi dan joged-joged oleh warga dilakukan.  Semalam mengundang organ tunggal dan dua orang penyanyi, mbak Dian dan mbak Ika yang adalah penyanyi profesional.  Saya tanya kepada Pak RT biaya keseluruhan 1 paket panggung, pemain musik, penyanyi dan sound sistem 2,5 juta.  "Ini khusus harga untuk tirakatan kemerdekaan, kalau untuk acara umum, berkisar 3 juta." Demikian ujar Pak RT yang saat memberikan sambutan terlihat penuh semangat.

Ternyata tidak hanya di wilayah RT kami, RT sebelah pun juga diadakan acara yang sama.  Jadi suara nyanyian dan tabuhan musik itu seperti sebuah pertarungan di udara.  Seolah satu dengan yang lain acara berebut masuk ke telinga. 

MC acara, Pak Slamet, memanggil nama-nama warga untuk naik ke panggung untuk tarik suara.  "Ayo bapak ibu silakan menampilkan suara emasnya, akan ada saweran dari bu Lina," demikian Pak Slamet dengan suara khasnya yang bertenaga.  Bu Lina bersama suaminya, Pak Mulyono Tunggala memiliki usaha meubel yang cukup lancar.  Mereka inilah yang setiap tahunnya memberi dukungan pada acara-acara tirakatan di wilayah RT kami.  Bu Lina ternyata sudah menyiapkan tumpukan uang, baik lembar 2 ribuan, 10 ribuan, 20 ribuan dan 50 ribuan yang akan digunakan sebagai saweran.  Juga saya lihat, mbak Nik penjual ikan laut menyiapkan uang saweran juga. 

Jadilah kemudian warga bersemangat untuk menyanyi dan berjoget riang ria.  Saya pun kemudian dipanggil MC untuk menyanyi.  Saya menyanyi beberapa lagu bersama bu Lina.  Lagunya dipilih antara lain lagu dangdut "Nyeleweng"...ada salah satu liriknya:"aku mau pergi ke tempat Pak Lurah, karena di sana ada rapat kerja/ bang aku tahu bang, kau mau pesta, bersama dengan anak Pak Lurah itu/ Jangan kau menyangka yang bukan-bukan/ Kalau kau nyeleweng kuhaturkan ibu... Waduh!  Menyanyikan lagu itu dan beberapa lagu lainnya, saya menerima banyak saweran.  Saweran itu kemudian saya bagikan kepada anak-anak usia SD yang mengikuti tirakatan dan sesekali ikut berjoget bersama orang tua mereka malam itu.

Membangkitkan Potensi Seni

Manfaat apa saat kita mengadakan pentas seni saat malam tirakatan?  Manfaatnya banyak sekali.  Selain memupuk rasa nasionalisme, karena sebelumnya ada uraian mengapa kita mengadakan tirakatan, karena hal itu terkait dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia, juga memupuk rasa persatuan warga, juga yang tak kalah penitngnya membangkitkan potensi berkesenian warga masyarakat.

Seni adalah suatu keindahan.  Keindahan merupakan kebutuhan jiwa.  Dengan demikian, keindahan dalam wujud suara, yang kita sebut seni suara atau seni musik, keindahan dalam wujud terlihat mata, maka kita sebut seni rupa dan keindahan lainnya menjadi penyeimbang bagi jiwa yang sering penat karena tuntutan pekerjaan dan lain-lain setiap harinya. 

Seni perlu ditumbuhkembangkan, karena ini juga merupakan wujud tanggung jawab kepada Sang Pencipta yang mencipta manusia dengan segala keunikan dan potensinya.  Pengembangan potensi seni ini salah satu bentuk ucapan syukur kepada Sang Pencipta.  Memang tidak semuanya memiliki kualitas mengeksplorasikan potensi seninya dengan keindahan yang luar biasa.  Yang biasa-biasa sajalah tidak mengapa, asal disertai dengan rasa suka cita.  Panggung tirakatan seperti ini, pengeksplorasi berkesenian tanpa beban menemukan segmen peminatnya.

Seni Tradisional Perlu Digali

Mungkin perlu digali potensi berkesenian basis seni tradisional.  Anak-anak usia SD atau SMP dalam konteks masyarakat kami yang hidup di Jepara, Jawa tengah, perlu diajarkan tampil dengan seni Macapat, Kethoprak, Wayang Kulit dan lain-lain.  Berkesenian model seperti ini, selain mereka dapat mengenal budaya Jawa yang sering disebut sebagai budaya adiluhung, juga menyediakan mereka fasilitas belajar bahasa Jawa yang memiliki berbagai tingkatan, Ngoko-Krama Madya-Krama Inggil ini yang kadang menjadikan kesulitan tersendiri.

Oleh karenanya, sangat baik diciptakan panggung-panggung tirakatan seperti tirakatan 17 Agustusan.  Mungkin akan ada tirakatan 21 Aprilan untuk memperringati hari lahir RA Kartini.  Mungkin ada tirakatan 28 Oktoberan untuk memperingati hari Sumpah Pemuda.  Mungkin ada pula tiraktan 10 Novemberan untuk memperingati hari Pahlawan dan lain-lain.  Tentunya dengan acara yang memiliki konsep jelas dan dipersiapkan dengan baik.

Malam Semakin Malam

Tirakatan yang kami adakan semakin beranjak ke waktu hampir tengah malam.  Gaung kemerdekaan masih kami dengar.  Bendera merah putih berkibar di setiap depan rumah warga, meski nyaris di telan malam, bendera itu masih berkibaran tersentuh hembusan angin malam.

Saya didaulat oleh MC untuk menyanyi lagunya mas Didi Kempot "Sewu Kutha".  Wah seperti tidak nyambung nih tema lagunya.  Tetapi begitulah, malam tirakatan di wilayah RT kami memang utamanya mendorong warga untuk bersuka cita di malam menjelang hari kemerdekaan RI yang ke 78 tahun ini.  Merdeka!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun