Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Pameran Lukisan The Master #3, Keindahan Jogja di Kanvas Subroto Sm

12 November 2022   10:37 Diperbarui: 15 November 2022   16:35 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Butet Kartaredjasa saat memberikan sambutan (dokumen Subroto Sm)

Tamansari yang dimaksudkan sebagai tempat peristirahatan dan refreshing kerabat kraton ini di tangan Subroto Sm menjadi sebuah lukisan yang estetis.  Lukisan Taman Sari #2,1969, dengan cat minyak di kanvas, 65x50cm  difokuskan pada kolam atau "segaran" yang menjadi tempat pemandian para putri.  

Di sampingnya terdapat sebuah bangunan yang tinggi, tempat penguasa Jogja mengamati aktivitas para putrinya. Lagi-lagi point ov view lukisan Subroto itu dari atas, seperti layaknya sebuah drone yang terbang mengawasi obyek yang di bawahnya. 

Warna yang digunakan untuk menggambarkan air kolam, hijau kebiru-biruan, demikian dengan warna atas dinding tembok yang mengelilingi kolam itu.  Warna hijau adalah warna khas kraton Yogyakarta.

Ngejaman adalah sebuah tugu yang menjadi ikon kota Yogyakarta.  Menurut catatan dinas kebudayaan Yogyakarta, Tugu Ngejaman atau stadsklok merupakan penanda waktu bagi masyarakat Kota Yogyakarta. 

Tugu jam ini terdiri dari dua bagian yaitu alas berbentuk persegi dan sebuah jam berbentuk bulat yang berada di atasnya. Jam tersebut didirikan pada tahun 1916. Tugu Ngejaman berada di lokasi strategis yaitu di sisi Jalan Margamulya atau tepat berada di depan Gereja GPIB Margamulya. 

Tugu jam tersebut didirikan masyarakat Belanda untuk memperingati satu abad kembalinya Pemerintahan Kolonial Belanda dari Pemerintahan Inggris yang pernah berkuasa di Jawa pada awal abad 19 (1811 -- 1816). 

Tinggi alas jam ini sekitar 1,5 meter, diukur dari permukaan jalan. Diameter jam berukuran 45 cm. Dahulu jam ini bergerak dengan sistem pegas yang harus diputar setiap waktu tertentu. Warga sekitar Ngejaman secara bergantian memutar pegas jam tersebut, agar jam tetap hidup dan bermanfaat bagi masyarakat. (https://kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Ngejaman lukisan Subroto Sm (dokumen: Subroto Sm)
Ngejaman lukisan Subroto Sm (dokumen: Subroto Sm)

Ngejaman yang terletak Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta ini rupanya sangat menarik minat Subroto Sm.  Di tangannya Ngejaman yang menjadi monumen bersejarah ini terasa hidup, walaupun sapuan kuas Subroto Sm sedikit abstrak, tetapi obyek lukisan tersa jelas.  

Ada jalan ke arah Malioboro, dokar, sepeda, mobil, motor, orang-orang yang seolah berlalu lalang.  Beberapa bangunan kuno yang berada di Jalan Panembahyan Senopati juga nampak di sapuan kuas Subroto Sm ini.  Seperti biasa, sapuan kuas warna hijau kebiruan, menghiasi langit,  jalan dan area tertentu.

Selain karya-karya di atas, masih ada karya lain yang dipamerkan yakni: Menyambut Kedatangan-Nya , 1998, cat akrilik di kertas, 54x79 cm, Penyaliban, 2002, cat akrikik di kanvas, 90x70cm. Potret Penari Pendet, 2017, cat akrilik di kanvas, 50x50cm, *Gadis Duduk #2, 2022, cat akrilik di kanvas, 50x50cm,  Eforia #2, 2022 m, cat akrilik di kanvas, 50x60cm,  Rindu Berat, Mudik jadi Obat, 2022, ballpoin di kertas A4 dan lain-lain.  Karya terbaru yang dikerjakan di tahun 2022 ini, seperti "Rindu berat, Mudik jadi Obat," merupakan kampanye juga penggunaan masker dan hidup dengan memperhatikan protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19 yang belum berakhir ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun