Oleh: Suyito Basuki
Sesuatu yang tak dinyana terjadi.  Adalah seorang pelukis Jepang Hikaru Kawata yang sedang bertandang sebagai turis ke kota Yogyakarta.  Kebetulan sekali,  Hikaru Kawata menginap di home stay milik pelukis Jogja Godod Sutejo yang terletak di Jl. Suryodiningratan Gang Rakhmat  MJ II / 641 Yogyakarta INDONESIA 55141 Telp: +62-274-370213.  Home Stay tersebut memiliki nama yang sama dengan galeri: P@SNYA SENI GODOD. Â
Hiraku Kawata, berdasarkan data dan keterangan yang ia sampaikan, ia lahir 26 Juni 1993, berasal dari Okayama, Honshu Jepang. Â Pendidikan formal yang ia tempuh di Okayama University of Japan dengan meraih Master of Art. Â
Selain itu ia juga mengambil pendidikan informal di bidang seni lukis, selama setahun di  Tradional of Art di Venesia Itali.  Hikaru Kawata memiliki pengalaman menjadi pelukis di lembaga pemerintah selama 5 tahun.  Saat ini ia menjadi pelukis independen dan sedang melakukan tour keliling dunia. Â
Mengundang Jedid
Kedatangan Hikaru Kawata di Home Stay-nya memantik ide Godod Sutejo yang seringkali Home Stay-nya menjadi 'jujugan' turis manca negara ini. Â Godod Sutejo kemudian menghubungi rekan pelukis Jogja yang beberapa saat yang lalu melakukan pameran seni bersama, yang dinamakan Festival Kebudyaan Yogyakarta yang berlangsung di Living Museum Kota Gede Yogyakarta, 17-23 September 2022 yang baru lalu. Â Pameran itu sendiri mengambil tajuk: Gangsar #2 "Gugur Gunung".Â
Dalam pameran tersebut  Jedid melukis seorang tokoh yang memiliki hubungan dekat dengannya, namun sudah meninggal dunia.  Dia sat itu menjelaskan pemicu inspirasi dan asal muasal dia melukisnya  karena dia terkesan dengan tokoh yang dilukisnya serta kenal betul dengan keluarga tokohtersebut.  Ketika tokoh yang dilukisnya itu meninggal, dia tidak bisa layat.  Lukisannya itu merupakan suatu penghormatan kepada tokoh tersebut.
Tentang Godod Sutejo
Godod Sutejo adalah salah seorang pelukis  Yogjakarta yang tak asing lagi.  Lukisan Godod Sutejo, seperti pengakuannya, bertemakan alam sepi.  Oleh karena itu ketika melihat lukisan-lukisan alumni ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) ini, maka akan dijumpai lukisan dengan keluasan yang lebar dengan komposisi warna warni dengan aktivitas manusia yang semuanya digambarkan kecil-kecil, nyaris bagaikan noktah-noktah yang tersebar di alam raya. Â
"Orang yang melihat lukisan saya, akan menjadikan jiwanya tenang dan itu bisa menjadi terapi secara psikologi." Demikian terangnya suatu ketika.
Godod Sutejo yang sempat malang melintang menjadi koordinator FKY (Festival Kesenian Yogyakarta). Â Kelahiran Wonogiri, 12 Januari 1953 ini adalah pendiri dan pernah menjadi ketua Koperasi Seniman Ancol Jakarta juga pendiri SEKATA Yogyakarta. Â
Godod Sutejo sudah malang melintang melakukan pameran selain di Jogja juga di beberapa kota antara lain: Semarang Bandung Jakarta Surabaya Bali Solo Padang Aceh dan beberapa kota di Kalimantan serta di luar negeri, khususnya Swis dan Australia.
Saling Berbagi dan Bertukar Lukisan
Akhirnya terjadilah peristiwa spontanitas dan langka itu. Â Tiga orang pelukis: Hiraku Kawata yang adalah orang Jepang, Godod Sutejo serta Jedid melakukan kegiatan lukis bersama di sanggar galerinya Posnya Seni Godod. Â
Mereka khusuk dengan inspirasi yang memenuhi kepala mereka dan asyik masyuk mengekspresikannya di kanvas, sebagaimana mereka melukis dengan aliran mereka masing-masing. Â
Beberapa saat setelah mereka menyelesaikan lukisan mereka masing-masing, maka mereka saling mengapresiasi dan mereka bertukar lukisan di antara mereka. Â Sebuah momentum yang unik yang bisa menjadi inspirasi barangkali suatu saat perlu dilakukan lukis bersama para perupa lintas negara. Â
Jika ini bisa terjadi, akan menjadi suatu catatan tersendiri, bahwa seni lukis bisa menjadi sarana kesatuan umat manusia di jagad yang penuh dengan konflik antarnegara ini.
Kemanunggalan Alam Semesta dan Ekspresi Seni
Wahyu Nugroho, seorang pengamat seni yang menyaksikan lukis bareng menyampaikan pandangannya: bahwa puncak kesadaran manusia adalah ketika berada di titik kemanunggalan dengan alam semesta.Â
Menurutnya, itulah kesadaran  Kosmos, yang merupakan peleburan mikro dan makro kosmos.  Salah satu ekspresi kemanunggalan menurut pendapatnya adalah ekspresi seni. Tak terkecuali ekspresi seni rupa. Â
Proses-proses yg bermunculan dalam membangun kesadaran ini menurut pendapatnya adalah antara lain timbulnya bentuk-bentuk kerjasama atau kolaborasi seni antar seniman atau perupa. Â Maka dalam kesempatan acara kegiatan temu lukis Indonesia - Jepang di Posnya Seni Godod ini, ia menilai sekaligus membuktikan bahwa proses berkesadaran masih berjalan pada lajurnya.Â
"Perupa Jepang dengan segala latar belakangnya berkolaborasi dengan perupa Yogyakarta, bertemu dalam satu prespektif ekspresi seni tradisional. Hal ini merupakan serpihan mozaik kesadaran manusia dalam kemanusiaan." Â Demikian menurutnya.
Wahyu Nugroho meyakini dan optimis bahwa peristiwa-peristiwa seni ini terus akan terjadi di belahan bumi manapun  Menurutp pandangannya proses-proses kesadaran dan penyadaran terjadi secara natural sekaligus inheren di setiap individu yang fitrahnya adalah indah, adalah 'Nyeni'.Â
"Saya berdoa semoga kegiatan ini berlangsung dengan sukses. Bisa menjadi penyemangat insan seni khususnya seni rupa. Bisa berperan sebagai katalisator bagi terciptanya seni kreatif. Â Sekaligus juga pendorong bagi kesadaran kolektif komunal. Â Salam Seni Semesta." Demikian Wahyu Nugroho.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H