"Ikaisyo tidak punya AD/ART, tidak ada kartu anggota, namun bisa eksis dan berkembang mantap sampai dengan usianya yang ke-40. Â Seiring berjalannya waktu, alih generasi pun terjadi. Ada anggota-anggota baru berasal dari putra-putri para perupa anggota yang sudah meninggal, dan ada yang baru sama sekali yang berusia muda, bukan putra/putri perupa Ikaisyo," demikian Subroto Sm menerangkan.
Subroto Sm sebagai pengamat Ikasiyo dari awal berdirinya hingga Ikaisyo berusia 40 tahun ini memberikan kesimpulan. Menurutnya:  "Rasa kekeluargaan yang terbangun berkesinambungan antar anggotanya melalui beberapa aktivitas yang diadakan berjalan secara luwes, cair dan dinamis, walau tidak harus dalam organisasi yang formal,  telah menjadi fondasi dan perekat kuat dalam menjalin silaturahmi dan mengembangkan jati dirinya," begitu urai Subroto Sm.  Menurut Subroto Sm lebih lanjut, diyakini bahwa spirit para maestro atau legenda seni rupa Indonesia sebagai  pendamping suami, para isteri perupa telah menginspirasi dan memacu semangat para anggota yang lebih muda untuk kreatif, produktif dan aktif berpameran atau bersosialisasi.
Hymne Ikaisyo
Sejak tahun 2018, Ikaisyo memiliki Hymne. Â Lirik Hymne yang dicipta oleh Subroto Sm dan lagu oleh Santi ini menunjukkan jati diri dan semangat Ikaisyo dalam berkarya seni dan berjuang untuk keharuman bangsa negara Indonesia tercinta ini.
Cermati saja saja liriknya:
Inilah kami para wanita,
satukan cita, satu wahana.
Ikatan istri senirupawan Yogyakarta.
Kekeluargaan azasnya, 'tuk pacu smangat mencipta.
IKAISYO slalu berkarya, untuk Indonesia.