Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Kereta Api Wisata Ambarawa dan Bahaya pada Perlintasannya

23 Mei 2022   07:03 Diperbarui: 23 Mei 2022   07:15 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kereta Api Wisata menabrak mini bus di Losari Ambarawa (Sumber Foto: kiriman WA, dokpri)

Perlintasan Losari tempat terjadinya kecelakaan, Minggu 22 Mei 2022 belum lama ini, sebuah minibus prona, meski sudah diberi peringatan oleh warga, tetap nekat nyelonong di perlintasan kereta.  Sehingga kecelakaan tak terhindarkan.  Perlintasan Losari ini sangat padat kendaraan, apalagi hari-hari weekend.  Kendaraan-kendaraan dari arah Pasar Projo dengan melewati Pasar Gamblok saat mereka akan menuju Banyu Biru atau Bawen atau sebaliknya, melewati perlintasan kereta api Losari ini. 

Perlintasan lain yang tak kalah padatnya kendaraan adalah perlintasan desa Tambakboyo.  Kendaraan dari arah Bawen menuju ke arah Banyu Biru, Muncul, ke arah Palagan Ambarawa atau jalan lingkar dan sebaliknya  akan melewati perlintasan kereta api di Tambakboyo ini.  Bagi para pengendara yang tidak terbiasa dengan jadwal kereta api wisata yang melintas, perlintasan ini sangat berbahaya.

Perlunya Palang Perlintasan

Sebagaimana diketahui, di jalur kereta api umum diberi palang pada setiap perlintasannya.  Hal ini terkait dengan peraturan yang mengharuskan dan juga kecepatan kereta api yang membahayakan jika terjadi kecelakaan.  Palang kereta api seperti yang penulis amati, di daerah Kaligawe Semarang, Gubuk Kabupaten Grobogan dan di Kedung Jati Kabupaten Semarang sangat efektif dalam menjaga keselamatan pengendara di perlintasan. 

Meski untuk perjalanan kereta api wisata, seperti jalur Tuntang-Ambarawa PP ini, tak ada salahnya jika setiap perlintasan diberi palang, meski memakai cara manual.  Memang konsekuensinya pihak museum sebagai pengelola kereta api wisata ini akan menempatkan petugasnya atau masyarakat setempat yang rela menjadi sukarelawan menjaga perlintasan  bertugas siap sedia saat jadwal-jadwal kereta api wisata dioperasikan dan siaga untuk menaikkan dan menurunkan palang saat diperlukan.

Jika hal ini dilakukan oleh pihak pengelola kereta api wisata, maka kepercayaan wisatawan akan semakin besar karena adanya jaminan keselamatan.  Di samping itu juga akan menambah rasa nyaman dan keamanan masyarakat sekitar rel dan tempat-tempat perlintasan kereta api wisata.  Dengan demikian kecelakaan di perlintasan tidak perlu terjadi lagi.

Naik kereta api tut tut tut...siapa hendak turut?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun