Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Sularso Sopater, Benarkah Menyumbang Emas ke Presiden Soeharto?

10 Mei 2022   03:52 Diperbarui: 10 Mei 2022   04:06 1153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Biografi Sularso Sopater (Desain Cover: Pratomo Hanindito)

Sesudah doa dinaikkan,  Drs. Titus Kurniadi,  warga jemaat dari lingkungan pengusaha, menyerahkan logam mulia emas seberat 2 kg dan uang sejumlah Rp. 5.115.000,00, sebagai wujud dukungan masyarakat Kristen kepada pemerintah dalam menghadapi krisis moneter tersebut.  Drs. Titus Kurniadi adalah bendahara PBSI tatkala Rudy Hartono menjuarai All England berturut-turut sampai 8 kali.  Ia merasa dekat dengan kondisi bangsa Indonesia saat itu dan rasa nasionalismenya tergugah,  sehingga melakukan tindakan solidaritas tersebut. 

Close Up TVRI

Buku Biografi Sularso Sopater (Desain Cover: Pratomo Hanindito)
Buku Biografi Sularso Sopater (Desain Cover: Pratomo Hanindito)

TVRI menurut Sularso Sopater menayangkan rekaman mengenai kedatangan rombongan pimpinan gereja-gereja muncul, Sularso Sopater sebagai Ketua Umum PGI di close up gambarnya, kemudian diikuti dengan gambar penyerahan emas dari wakil umat Krisen yang dalam tayangan itu tidak jelas orangnya, kepada Presiden.  Sehingga kesan secara umum Sularso Sopaterlah yang menyerahkan emas kepada Presiden Soeharto, dan itulah yang terekam di ingatan publik.

Hal itulah yang kemudian mengundang berbagai reaksi pihak pro dan kontra.  Pihak yang kontra melihat bahwa uang itu akhirnya tidak akan jelas penggunaannya dan tidak ada pertanggungjawabannya dari  penerimanya. Saat itu disadari bahwa pemerintah benar-benar tengah dalam situasi fully corrupted.  Peristiwa itu kemudian dibicarakan dalam MPH PGI, Sularso Sopater sebagai Ketua Umum menjelaskan secara keseluruhan dan kemudian menyerahkan kepada sidang untuk menilai dan mengambil keputusan.  Meski dalam tubuh internal PGI terjadi perbedaan pendapat, ia sebagai Ketua Umum dipersilakan melanjutkan tugasnya sampai akhir masa bakti.

Dalam gerakan solidaritas sehingga terjadi penyerahan emas tersebut, Sularso Sopater memperkirakan adanya manipulasi tayangan media dalam rangka propaganda yang kemudian  di-blow-up untuk menunjukkan penggalangan solidaritas yang berhasil.  PGI yang dianggap representasi umat Kristen terbesar di Indonesia, dikesankan telah ikut serta dalam penggalangan dana.  Dengan demikian, akhirnya publik mendapat kesan bahwa PGI merespon positif ajakan untuk menggalang dana untuk mengatasi krisis keuangan negara.  Dan publik yang belum turut serta, akan menyusul dengan partisipasinya.

Dalam Sidang Raya PGI XIII  tahun 2000 di Palangkaraya  masih ada juga peserta sidang yang bertanya mengenai peristiwa tersebut.  Hal itu disebabkan tidak cukup luas pemberitaan tentang tindak lanjut PGI pasca penyerahan emas itu.Sularso Sopater sebagai Ketua Umum menjelaskan seperti yang dilaporkannya sambil meminta peserta sidang raya memeriksa, apakah ada uang PGI yang diambil untuk diserahkan kepada Presiden Soeharto? Setelah dilakukan pengecekan pada laporan keuangan, ternyata tidak ada uang PGI yang digunakan.

Hidup Berguna

Sularso Sopater menikah dengan Claudia Kustinah, 6 April 1960.  Dari pernikahan mereka lahir anak-anak mereka: Paula Setyawati 22 Februari 1961, Setelah si sulung Paula Setyowati, lahirlah  anak laki-laki mereka: Bambang Setyanto pada 15 Desember 1964. Kemudian lahir pula dari pasangan yang berbahagia ini, seorang putri bungsu: Woro Setyanti pada 15 Nopember 1967. Di kemudian hari Paula Setyawati menikah dengan Abi Sanyoto, mempunyai 1 orang anak: Pratomo Hanindito. Bambang Setyanto menikah dengan S.Diana, mempunyai 2 orang anak: Daniel Adi Nugroho Putro Pratomo dan Stella Putri Indah Nugraheni. Sedang si bungsu, Woro Setyanti menikah dengan Ir. Mahendro, MM, mempunyai 3 orang anak: Imanuel Syamastyo Putroaji, Natanael Samastyo Aji Nugroho, dan Tirza Othniela Syamastyanti.

Claudia Kustinah meninggal Hari Minggu siang tanggal 1 Desember 2002.  Claudia Kustinah meninggal karena sejak lama menderita rheumatik dan akhirnya gagal ginjal.  Delapan belas tahun kemudian, Sularso Sopater menyusul sang istri, ia meninggal dunia tanggal 26 Juni 2020.  Pdt. Dr. Sularso Sopater telah meninggal,  namun jejak-jejak semangat bekerja dan melayani Tuhan serta pengabdiannya kepada negara sangat nyata.  Hal ini bisa dibuktikannya dengan jabatan pelayanan gereja dan pemerintahan yang ia terima.  Ia menerima penghargaan pemerintah yakni Tanda kehormatan bintang dan tanda jasa yang diperolehnya: 1994 : Satyalancana Pembangunan (1994) dan  Bintang Mahaputera Utama (1999).  Semoga ada anak bangsa yang mengikuti jejaknya, sehingga memiliki hidup yang berguna untuk diri sendiri, keluarga, bangsa dan negara NKRI tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun