Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Blora, Silaturahmi ke Rumah Susilo Toer, Ngobrol Orang Samin dan Perang Rusia-Ukraina

6 Mei 2022   10:07 Diperbarui: 6 Mei 2022   10:09 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Susilo Toer, tetangga kami sudah berusia 86 tahun (dokumen pribadi)

Di Blora, Silaturahmi ke Rumah Susilo Toer, Ngobrol Orang Samin dan Perang Rusia-Ukraina

Oleh: Suyito Basuki

Tanggal  2-3 Mei 2022 yang baru lalu, saya mudik ke Blora, ke rumah mertua bersama anak-anak.  Saya menyempatkan diri silaturahmi ke rumah Susilo Toer, adik dari mendiang Pramudya Ananta Toer, penulis novel Bumi Manusia itu.  Kebetulan, rumah keluarga Susilo Toer ini satu kelurahan dengan rumah ibu mertua, yakni di desa Jetis Kecamatan Kota Blora.

Dengan diantar anak saya naik motor, tidak sampai 5 menit, saya sudah sampai di rumah Susilo Toer yang berhalaman luas.  Saat saya datang, Susilo Toer sedang duduk santai dengan 'mbloder' alias tanpa mengenakan kaosnya.  Begitu saya tiba di pintu gerbangnya yang tertutup, dia segera mengenakan kaosnya dan memberi aba supaya pintu gerbang digeser supaya terbuka.  Kunjungan silaturahmi saya ini yang kedua kalinya.  Yang pertama 5 tahun yang lalu, di tahun 2017.

Setelah kami dipersilakan duduk, saya memperkenalkan diri kembali serta menyampaikan tujuan saya bersilaturahmi di hari Lebaran ini.  Setelah itu percakapan mengalir lancar, Susilo Toer yang saat ini berusia 86 tahun, masih terdengar suaranya yang jernih dan bersemangat saat menuToerkan, pengalaman dan pandangan-pandangannya.  Hasil dari percakapan ini saya membagikannya di kompasiana menjadi tiga bagian.  Tulisan ini bagian yang pertama. 

Bercerita Saminisme

Susilo Toer mengawali dengan menjelaskan bahwa teori Marx karena revolusi perancis.  Ada 3 pilar revolusi tersebut yakni: kebebasan, persamaan, persaudaraan.  Tiga pilar yang paling jelek menurutnya dalam hal ini adalah kebebasan.  Kebebasan berpendapat, pendidikan bagus.  Yang paling jelek adalah kebebasan berusaha.  Revolusi Perancis melahirkan masyarakat baru dari feodalisme menjadi kapitalisme.

Kapitalisme mengeksploitasi hidupnya dari buruh dan tani.  Penjelasannya lebih lanjut, Belanda yang terpengaruh dengan usaha kapitalisme ini melihat bahwa daerah yang cocok dijadikan budak adalah Jawa Timur.  "Orang dijadikan budak tentu tidak mau.  Orang Jawa Timur mau lari ke timur ada Laut Bali, ke Utara terdapat Laut Jawa, ke selatan ada Laut India, akhirnya larilah ke hutan paling lebat yang ada di Jawa Tengah, yakni hutan ploso, di Randu Blatung," demikian urai Susilo Toer.  Di sana, orang-orang Jawa Timur menurutnya bersembunyi, yang di antaranya adalah orang Kediri.  Oleh karena itu, desa tersebut dinamakan desa Ploso Kediren sampaisekarang ini. 

Belum lama ini ada peringatan pembuatan Gedung Pengayoman.  Di desa Ploso Kediren ini tempat Suro Sentiko ditangkap Belanda 1907.  Menurut Susilo Toer, Suro Sentiko yang adalah pemuka masyarakat Samin,waktu itu bukannya mau berontak kepada Belanda, tetapi mau menolong teman-temannya yang ditangkap oleh Belanda karena dikira akan berontak.  "Padahal mereka sebenarnya mau melakukan acara sedekah desa," demikian penjelasan Susilo Toer tentang penangkapan orang-orang Samin oleh Belanda ini.   Untuk memperingati peristiwa itulah, maka dibuatlah Gedung Pengayoman itu. 

Yang membuat Gedung Pengayoman, menurut Susilo Toer  adalah masyarakat modern Samin di daerah sekitar desa itu.  Pada saat peresmian Gedung Pengayoman tersebut, Susilo Toer diundang oleh Gun Retno tokoh masyarakat Samin saat ini yang bermukim di Pati Selatan.  Susilo Toer dalam kesempatan itu dimintamenjelaskan lahirnya Saminisme di daerah itu.  Belum lama ini menurut Susilo Toer, Gun Retno dan masyarakat Samin mendemo pembuatan pabrik semen di wilayah Pati Selatan.  Mereka demo di Jakarta dengan cara menyemen kakinya.  Ada seorang pendemo, Padmi, seorang wanita yang meninggal. 

Susilo telah membuat buku tentang dunia Samin.  Disusun selama 30 tahun, menceritakan masyarakat Samin.  Folklornya yang baru ditulis, belum teorinya.  Oleh karena itu, Balai Bahasa menganggap karya Susilo Tu itu hanya sebagai novel. Ada teori lain yang menurut Susilo Toer dianggap yang menyebabkan timbulnya masyarakat Samin.  Yakni teori yang berawal dari Pangeran Puger yang marah keapda Belanda.  Ceritanya, meski Blora dekat dengan Solo secara geografis, tetapi akibat perjanjian Tuntang dan Salatiga, Blora dimasukkan ke wilayah Jogja.  Hal inilah yang kemudian membuat Pangeran Puger marah, sehingga mendirikan saminisme.

Menyelesaikan S3 di Rusia

Susilo Toer menyelsaikan studi S3 di bidang ekonomi di Institut Ekonomi Pleikanov Rusia.  Pleikanov itu menurut Susilo Toer, harusnya dihabisi oleh pemerintahan Stalin.  Pleikanov termasuk golongan partai minoritas.  Yang dibunuh oleh Stalin saat itu menurut Susilo Toer kira-kira 300 ribu, termasuk istri Stalin karena saat itu selingkuh dengan ajudannya.  Susilo Toer menyelesaikan studi S1 di Universitas Indonesia 1962 dan S2 di Universitas Patrice Lumumba di Moskow.  Sebelumnya, Universitas Lumumba ini bernama Universitas Asia, Afrika, Amerika Latin yang didirikan Kruschev tahun 1960.  Menurut Susilo Toer, Kruschev pernah berkunjung ke UGM Yogyakarta tahun 1958 dan berbicara akan mendirikan universitas AAA (Asia, Afrika, Amerika Latin) tersebut.

Susilo Toer berangkat mengambil studi S3 tahun 1962 saat peristiwa Trikora.  Susilo Toer menyatakan bahwa dia adalah anggota Trikora, dengan pangkat letnan, sebagai kepala perbekalan batalyon serba guna, anak buahnya mantan Presiden Suharto yang saat itu berpangkat Letnan Kolonel.  "Mangkalnya di Makasar, rumah orang tua Habibie.  Sehingga hubungan Suharto dan Habibie sangat baik.  Habibie pernah menjadi Wakil Presiden.  Bapak dari Habibie itu orang Makasar, ibunya Habibie orang Solo.  Panggilan Habibie masa itu "Fredy"," demikian kisah Susilo Toer.  Akhirnya Susilo Toer  lulus S3 di Universitas Patrice Lumumba tahun 1967.  Karena tidak lulus cum laude, maka ia diharuskan bekerja dulu di supermarket selama 2 tahun.

Perang Rusia-Ukraina

Di depan rumah berhalaman luas (dokumen pribadi)
Di depan rumah berhalaman luas (dokumen pribadi)

Terkait perang Rusia Ukraina, Susilo Toer yang hanya memiliki anak semata wayang yang saat ini bergerak di bidang penerbitan buku, menyatakan bahwa kekuatan Rusia itu luar biasa.  "Meski Rusia tidak ngapa-ngapain, Ukraina akan hancur.  Seluruh negara Eropa itu butuh minyak dan gas dan gula dari Rusia.  Jaringan barat itu tidak bisa hidup tanpa Rusia.  Pipa-pipa Gas Rusia yang dialirkan keluar negeri itu kan besar-besar," demikian jelasnya. Susilo Toer mengaku pernah bekerja di Siberia tiga kali kesempatan.  Di Danau Baikal, danau terbesar di dunia, menurut catatan wikipedia, danau terbesar ketujuh di dunia berdasarkan luas permukaan, dengan luas membentang hingga 31.722 km2 (12.248 sq mi), didirikan pembangkit listrik terbesar di Rusia.  Susilo Toer terakhir bekerja di Rusia saat Rusia akan mendirikan reaktor atom di kutub utara. 

Menjawab mengapa Rusia menginvasi Ukraina, Susilo Toer menjelaskan karena ketakutan Rusia terhadap rencana Amerika akan mendirikan pangkalan militer di Ukraina, karena Ukraina condong kepada NATO.  Padahal dulu, sebelum Uni Soviet runtuh, Ukraina dan Rusia termasuk dalam negara persemakmuran itu. "Ukraina itu hidupnya tergantung pada Rusia.  Bisa saja Ukraina bisa membeli gas, minyak dari Rumania, tapi harganya lebih mahal," demikian keterangan Susilo Toer.  Tentang kekuatan militer Rusia, Susilo Toer yakin sekali tentang kedigdayaannya.  Dia mencontohkan saat perselisihan dengan Israel, Rusia pernah bilang katanya, kalau mau, setengah jam Israel bisa rata dengan tanah, karena Rusia bisa menembakkan roket-roket antarbenuanya ke wilayah Israel.  Tetapi Rusia memperhitungkan siapa-siapa saja yang berdiri di belakang Israel, sehingga niat itu diurungkan.

Menurut Susilo Toer, calon presiden Israel yang pertama adalah Einstein.  Einstein bilang, katanya,"Saya bukan orang politikus, saya ilmuwan, saya ngga mau jadi presiden."  Akhirnya menurut Susilo Toer, Einstein lalu diangkut ke Amerika, sementara itu hasil penelitiannya yang memegang adalah Rusia.  Einstein mati tahun 1955, tetapi teori relativitas dan bom atom itu yang memegang Rusia, sehingga Amerika takut kepada Rusia, demikian Susilo Toer berargumen tentang perseteruan Rusia dan Amerika sampai hari ini. 

Akan Ada Kudeta terhadap Putin?

Soal isu akan adanya kudeta terhadap Putin oleh militer Rusia gara-gara perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan ini, Susilo Toer berpendapat mungkin itu isu yang dibuat oleh Putin.  "Putin itu dulu kan intelejennya KGB.  Dia punya trik-trik itu," demikian Susilo Toer.  Orang Indonesia, menurutnya,  termasuk beruntung karena kakaknya Susilo Toer, Kusalah Soebagyo Toer yang adalah adik kandung persis Pramudya Ananta Toer, menjadi penerjemah terbaik bahasa Rusia dan mendapat hadiah piagam dari Presiden Putin yang diterimakan di hotel Ritz Carlton Moskow.  Di hotel bintang 6 itu Susilo Toer mewakili kakaknya mewakili Kusalah Soebagyto Toer menerima hadiah tersebut. Saat itu,  Susilo Toer ingin berbicara bahasa Rusia, tetapi dilarang karena sudah diatur oleh aturan diplomatik.  

Di hotel megah itu menurut Susilo Toer disajikan makanan para kaisar.  Sebelas tahun di Rusia, belum pernah ia menjumpai makanan seperti itu.  Itu semua menurutnya makanan baru, makanan pilihan.  Susilo Toer menceritakan pengalamannya, sebelum masuk ke hotel tersebut, dia harus melewati alat detektor.  Yang mengoperasikan alat itu adalah wanita-wanita cantik dengan pakaian transparan dan payu dara yang besar-besar menurutnya. 

"Laki-laki mana yang peduli diperiksa, karena yang memeriksa wanita-wanita seperti itu," Susilo Toer menceritakan kisahnya sambil tertawa. Itulah salah satu keahlian Putin menurutnya.  "Presiden Putin itu ahli, walaupun badannya kecil.  Rusia akan menang melawan Ukraina, sekarang ini bekerja sama dengan China kok," demikian ujarnya.   (Selanjutnya akan dibahas radikalisme dan pemilu 2024 di Indonesia)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun