Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mudik Saatnya Bikin Silsilah Keluarga

4 Mei 2022   09:38 Diperbarui: 4 Mei 2022   10:12 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi dan Sri Sultan HB X bersilaturahmi (Sumber Foto: Tribunnewswiki.com)

Generasi milenial yang kemudian dikenal juga adanya gen-Z saat ini, terlalu banyak mengidolakan tokoh-tokoh yang tidak membumi. Generasi kita saat ini sering ingin segera berhasil seperti para crazy rich yang tiba-tiba saja melambung populer namanya berikut daftar kekayaannya.  Mereka juga ingin seperti crazy rich mendapat sebutan sultan.  

Pemahaman terhadap perjuangan kakek-nenek memberi imbangan bagaimana mereka bisa menghargai dan menekuni proses kehidupan hingga akhirnya tercapai apa yang mereka cita-citakan bukan dengan cara instan.

Daftar silsilah yang dibuat juga akan memberi kesadaran bahwa mereka ini hidup tidak sendiri di dunia ini. Adanya banyak anggota keluarga, bisa menyadarkan pentingnya komunikasi dan hidup saling menopang satu sama lain.  Dengan demikian dapat menghindarkan hidup individualis dan perasaan teralineasi di dalam kehidupan kemajuan teknologi ini.

Membuat Silsilah

Kita mengenal tingkatan dalam kekeluargaan. Jika dimulai dengan kakek, maka akan ada kakek-nenek, ayah-ibu, paman-tante, anak-anak, cucu, dan cicit.  

Dalam masyarakat Jawa terdapat tataran silsilah keluarga: simbah, anak, putu, buyut, canggah, wareng, udheg-udheg dan gantung siwur.  Misal mengambil contoh dunia pewayangan, jika diambil silsilah dari Abiyasa-Ambalika, maka akan terdapat keturunan Pandhudewanata dan Destarastra. 

Pandhudewanata-Kunthi-Madrim menurunkan Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Destrastra yang adalah paman kelima putra Pandhudewanata memiliki 100 putra, yakni Jakapitana, Dursasana dan adik-adiknya. 

Mengambil keturunan Arjuna saja, Arjuna-Sembadra memiliki anak Abimanyu, Abimanyu memiliki putra Parikesit yang menjadi raja Hastina. Sehingga Parikesit ini "canggah" dari Abiyasa atau "buyut" Pandhudewanata.

Keluarga besar yang berhasil membuat silsilah, kemudian akan membentuk keluarga besar.  Kalau di masyarakat Jawa keluarga besar yang sudah dibentuk itu akan disebut "trah".  

Nama trah ini akan mengambil nama pokok dari alur silsilah ini dibuat. Misal pokok silsilah dari nama Martowiyoto, maka nama trahnya adalah Martowiyatan dan sebagainya.

Di dalam masyarakat Jawa, pertemuan antarkerabat atau silaturahmi disebut sebagai "ngumpulke balung pisah" yang arti literalnya mengumpulkan tulang yang terpisah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun