Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenangan Mudik Masa Kanak, dari Bus Esto hingga Sontoloyo

30 April 2022   06:47 Diperbarui: 30 April 2022   06:54 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bus Esto yang unik (Sumber Foto: otosia.com)

Namun meski demikian, bus ini pada masanya sangat berjasa bagi penumpang, khususnya yang akan mudik ke daerah Salatiga dan sekitarnya, termasuk Suruh di dalamnya.

Bertemu Sontoloyo

Setelah Bus Esto ini sampai di Terminal Suruh, maka untuk sampai di daearh yang kami tuju, kami harus naik dokar.  Daripada naik dokar, kami lebih sering berjalan kaki.  Meski perjalanan mencapai 3-4 kilo untuk mencapai desa kami, namun saat itu saya merasakan kesenangan yang luar biasa.

Saya suka sekali dengan hamparan sawah yang membentang di sebelah kiri dan kanan jalan. Bau padi yang harum menembus rongga hidung beraroma sedap.  Udara terasa segar karena masih terbebas dari polusi.  Suasana tenang, sesekali kami dengar suara "ketuplak, ketuplak" kaki kuda yang bersepatu tengah menarik dokar yang kadang meringkik karena disabet cambuk oleh kusirnya.

Sontoloyo, penggembala bebek (Sumber Foto: mitrausahatani.com)
Sontoloyo, penggembala bebek (Sumber Foto: mitrausahatani.com)

Yang tak kalah menarik pada saat perjalanan itu adalah saat saya melihat iring-iringan binatang jenis unggas, yakni bebek.  Puluhan bahkan mungkin ratusan bebek berbaris rapi di pematang, kemudian turun ke lahan sawah yang habis di panen. 

Suara mereka yang berkwak-kwek-kwak-kwek seperti paduan suara dengan jenis suara tenor, sopran, alto dan bass membawakan sebuah lagu nada harmonis ditingkah nada enharmonis dalam irama kadang lambat kadang cepat. 

Di depan, di tengah ataupun di belakang iring-iringan bebek itu ada seseorang yang mengkomando iring-iringan bebek itu untuk menuju ke suatu tempat yang berpotensi untuk bebek-bebek tersebut mendapatkan makanan.  

Orang yang sedang melakukan tugas itu, menurut khasanah budaya Jawa, sebagaimana yang dikutip oleh wikipedia disebut "sontoloyo" yakni menunjuk orang yang menggembalakan itik atau bebek.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata "sontoloyo' berarti sesuatu yang konyol, tidak beres, bodoh.   Dalam keseharian sekarang ini, kata "sontoloyo" kadang digunakan untuk mengumpat seseorang dengan maksud untuk merendahkannya.  Misal orang dewasa mengumpat seorang anak, "Dasar bocah sontoloyo!"

Dhalang Ki Narto Sabdo dalam gendhing dolanannya sepertinya menggunakan kata "sontoloyo" untuk pengertian yang sebagaimana yang disebut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.  Lihatlah cuplikan gendhing dolanan Sontoloyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun