Segera kuberikan nasihat. Â Yang pertama, masalah tugas banyak, itu biasa. Â Kalau sekolah semakin tinggi tatarannya memang begitu, lebih-lebih SMK. Â Kuberi gambaran sedikit, waktu papa dulu sekolah di SPGN Salatiga, juga tinggal di asrama, tugas sekolah juga banyak. Â Yang kedua, soal waktu istirahat kurang, aku sarankan supaya dia bisa ngatur waktu. Â Memang, dia pulang dari Senin sampai Jumat sekitar pukul 3 sore. Â Tapi toh tetap bisa istirahat, sebelum aktivitas di asrama sore hari. Â Sabtu toh libur, sehingga bisa digunakan untuk istirahat. Â Yang ketiga, masalah anak Semarang yang mengejek anak Jepara, kukatakan supaya jangan terlalu menampakkan diri sebagai orang Jepara. Â Musa ini kan termasuk simpatisan Persijap. Â Padahal kan ada permusuhan antara suporter Persijap Jepara dengan suporter PSIS Semarang. Â Aku bilang kepadanya di sekolah jangan sombong dan bilang saja kalau sebenarnya kamu masih mambu-mambu orang Semarang juga, karena papa kan orang Semarang, hehe...Intinya jangan kecil hati...
Kemudian kutambahkan jika dia memaksa untuk keluar dari SMK Bagimu Negeriku, karena tidak kerasan sebab masalah-masalah di atas, kujelaskan bahwa aku harus membayar ganti rugi uang asrama, uang sekolah, termasuk seragam yang telah dia dapatkan dan nikmati selama ini. Â Itu pasti jumlah uang yang tidak sedikit. Â Belum lagi kalau memang keluar; kemudian cari sekolah di Jepara, karena waktunya nanggung, kalau pun toh bisa masuk, pasti harus membayar uang gedung atau apa namanya, yang tidak sedikit pula. Â Kusampaikan, dengan demikian, uang tabungan papa akan berkurang banyak, padahal Musa, setelah lulus SMK minta dibelikan motor satria atau vixion (maunya sih Kawasaki ninja) untuk kuliah. Â Lha kalau uang itu sudah untuk mengganti rugi di SMK Bagiku Negeriku dan mencari sekolah di Jepara, berarti papa tidak punya uang lagi untuk membelikan kamu motor di kemudian hari.
Mendengar penjelasanku, rupanya dia bisa paham.  Aku minta supaya besok kalau ditanya mas Dani, guru SMK Bagimu Negeriku jurusan Tata Bangunan, yang adalah orang Jepara dan warga GITJ Kedungpenjalin, harus jujur jawabannya, agar ada solusi masalah yang tepat.  Memang setelah bicara dengan Musa, aku kemudian telpon mas Dani.  Kusampaikan apa yang dikeluhkan Musa.  Kuminta esok hari dia bisa mendekati Musa dan juga anak Semarang yang mengejek Musa  supaya dinasihati.  Mas Dani yang memberi informasi SMK Bagimu Negeriku dan yang mendukung Musa masuk ke SMK tersebut berjanji esok hari akan menyanggupi.  Bahkan dia akan menyampaikan ke ketua jurusan otomotif supaya ada pembinaan terhadap anak-anak agar tidak saling mengejek dan merendahkan.
Musa kemudian mengirim sms: doakan yha pah, aqhu biar bs kerasan. Â Lalu kujawab: Ya, jgn takut unt meraih masa depan, Â Tuhan menyertai kita mas. Â Lalu dia membalas: Ya.Â
Ya Tuhan, semoga Musa anak kami Kauberikan ketabahan dalam menghadapi tantangan-tantangan dalam kehidupan ini. Â Ajarlah dia untuk menyerahkan segala persoalannya hanya kepada-Mu, Tuhan yang penuh kuasa dan pemegang masa depan anak-anak-Nya.
Ambarawa, 19 Maret 2022
Saat ini Musa bekerja di sebuah klinik kesehatan di kota Ponorogo Jawa Timur. Â Setelah lulus SMK, atas saran omnya, dia mengambil kuliah di Poltekkes Negeri Solo prodi Okupasi Terapi D-IV. Â Om-om dan tantenya banyak mendukung dalam penyelesaian kuliahnya, dalam hal doa, dana dan motivasi-motivasi yang dibutuhkannya. Â Saat ini, dia telah menjadi terapis bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus padahal semula ia ingin menjadi ahli di bidang mekanik, karena di SMK ia mengambil jurusan otomotif. Â Kami bersyukur atas perkembangan kehidupan anak kami sejauh ini. Â Dalam perjalanan waktu, ia mendapatkan sesuatu yang tidak pernah ia duga sebelumnya, dan itu semua adalah kemurahan Tuhan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H