Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Di Deltapark Neeltjes Jans Belanda, Ada Film yang Bisa Teteskan Air Mata

14 Maret 2022   08:20 Diperbarui: 14 Maret 2022   13:34 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lumba-lumba in action (Dok.Pri)

Di Deltapark Neeltje Jans Belanda, Ada Film yang Bisa Teteskan Air Mata

Oleh: Suyito Basuki

Dari kota Ouddorp, dengan dipandu oleh Gerlof Born dan Alle Hokema, pengurus Algemene Doopgezinde Society (ADS) sinode gereja mennonit Belanda yang membawahi pelayanan di Asia,  kami  rombongan bertujuh dari Indonesia yang sedang kunjungan anjangsana ke gereja-gereja mennonite Belanda diajak berwisata di Deltapark Neeltje Jans.  

Sebenarnya jarak Ouddorp dengan Delpark Neeltje Jans hanya berkisar 30 kilometer dan itu bisa kami tempuh dalam waktu 30 menit.  Tetapi karena kami mampir ke Deltawerken dan foto-foto juga di sana, sehingga waktu yang kami butuhkan menuju ke Deltapark Neeltje Jans mungkin menjadi sekitar 60 menit. 

Deltapark Neeltje Jans adalah sebuah taman hiburan di Belanda yang terletak di bekas pulau buatan Neeltje Jans di daerah Oosterschelde.  Dari kota Haamstede kami berkendara mobil dengan Gerlof Born dan Alle Hokema yang menjadi sopirnya. 

Sebelum sampai di Deltapark Neeltje Jans sebagaimana kami sebutkan di atas, kami mampir dulu ke Deltawerken.   Deltawerken adalah sebuah bendungan yang memisahkan laut dan danau.  

Sekitar 70 tahun yang lalu masyarakat Ouddorp terserang angin topan dan banjir memenuhi perkampungan yang menyebabkan 1835 orang meninggal.  

Oleh karena itulah, maka dibangun bendungan tersebut.  Di bendungan Deltawerken terdapat museum yang memperlihatkan foto-foto menyedihkan yang disebabkan oleh bencana itu.

Tidak berapa lama kami berada di Deltawerken, kami melanjutkan perjalanan ke Deltapark Neeltje Jans.  Di lingkungan Deltawerken itu terdapat Delta Park.  

Deltapark Neeltje Jans dibuat dari pusat informasi publik atas prakarsa Rijkwaterstaat, serta didirikan pada tahun 1986, diresmikan oleh Ratu Beatrix tanggal 4 Oktober 1986 dengan nama awal "Delta Expo".  

Delta Expo beroperasi di bawah yayasan mandiri hingga 1997. Nama Delta Expo  diubah menjadi Waterland Neeltje Jans.  Sepuluh tahun kemudian nama Waterland Neeltje Jans diubah menjadi  Deltapark Neeltje Jans hingga sekarang.

Deltapark Neeltje Jans menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh para wisatawan.  Terdapat swalayan besar di tengah taman hiburan tersebut.  

Selain itu ada hiburan atraksi lumba-lumba.  Banyak orang tua yang mengajak anak-anak mereka menyaksikan atraksi lumba-lumba yang unik.  Kami juga diajak menyaksikan pertunjukan anjing laut tersebut.  

Kepintaran lumba-lumba itu membuat penonton kagum.  Kepintaran itu dipertontonkan seperti lompat ke dalam lobang besi yang telah dipersiapkan, bermain bola dan lain-lain.  Saya pikir kepintaran anjing laut itu hampir sama kepintaran anjing laut yang dipertontonkan sirkus-sirkus di Indonesia.

Lumba-lumba in action (Dok.Pri)
Lumba-lumba in action (Dok.Pri)

Kami kemudian melakukan perjalanan dengan perahu di Taman Nasional Oosterschelde.  Perjalanan perahu ini dilakukan selama kuang lebih satu jam.  Perahu yang berkapasitas 600 orang tersebut bernaung di perusahaan kapal Breejen.  

Sejak Mei 2005 pihak Deltapark Neeltje Jans telah memiliki hak atas perusahaan kapal Breejen tersebut.  Saya mengenakan jaket selama menaiki perahu.  

Beberapa teman selain memakai jaket juga menggunakan syal di leher mereka karena terpaan angin dingin dari laut yang dilalui perahu.  Ada pemandu perahu yang menerangkan tentang Taman Nasional Oosterschelde dan laut yang tengah kami nikmati keindahannya.

Setelah selesai menikmati wahana perahu di laut, maka kami masuk ke lokasi swalayan yang di dalamnya tersedia wahana film 3 dimensi.  

Di dalamnya dapat disaksikan film 3 dimensi yang menceritakan betapa dahsyatnya bencana angin topan dan banjir itu.  Saya betul-betul menangis melihat film yang berdurasi tidak lebih 15 menit itu. 

Film itu menceritakan bencana yang menimpa penduduk di kota Ouddorp, sebagaimana yang dikisahkan di dalam museum Deltaweerken yang baru saja kami kunjungi.  

Sebagaimana yang telah saya informasikan di atas bahwa Tanggal 31 Januari 1953 yang lalu masyarakat Ouddorp terserang angin topan dan banjir memenuhi perkampungan yang menyebabkan 1835 orang meninggal.

Selain itu, kami juga diajak masuk kesebuah tempat yang dapat merasakan hembusan angin kencang pada masa bencana itu.  Terdapat  sebuah mesin yang dinamakan mesin badai hasil produk pabrikan Swiss. Mesin yang berbentuk kepompong ini memiliki panjang 15 meter dan lebar 7 meter yang di dalamnya dipasang kipas angin besar.  

Dalam hitungan 10 detik, mesin ini akan menghembuskan angin dari tenang menjadi 133 kilometer perjam.  Kami berkelompok sekitar 12 orang menghadapi baling-baling yang semakin lama semakin kuat dan kencang tekanan anginnya.  

Kami harus memakai sebuah kaca mata plastik penahan angin untuk mata kami serta disediakan pegangan untuk tangan, supaya kalau oleng oleh karena tekanan angin, kami bisa berpegangan dan tidak jatuh. 

Bersama jemaat gereja mennonite di Ouddorp (Dok.Pri)
Bersama jemaat gereja mennonite di Ouddorp (Dok.Pri)

Dari Deltapark Neeltje Jans kami menuju kota Ouddorp kembali.  Sore harinya bertemu dan makan bersama dengan para pemuda remaja gereja Mennonite di Ouddorp tersebut.  

Jumlah mereka tidak begitu banyak, tetapi dibanding dengan gereja-gereja mennonit di Belanda, jumlah mereka termasuk lumayan.  Kami sharing tukar pengalaman pelayanan remaja sambil minum kopi bersama beberapa remaja yang disertai orangtua mereka.

Kami kemudian kembali ke host family di kota Ouddorp.  Saya tinggal di rumah Tom & Elma.  Setelah sampai di Indonesia, melalui email saya baru tahu kalau Elma pernah operasi kanker payudara.  

Tom & Elma memiliki tiga orang anak putri.  Seorang yang sudah lulus SMA bernama Sara, sedang Hana masih di Junior School dan Yaire sekolah di SD.  Rumah Tom & Elma di Aodenhil, tidak jauh dari gereja mennonit Ouddorp.  

Saya berjalan-jalan ditemani Elma.  Kebetulan hujan rintik-rintik dan muncul pelangi di langit entah sebelah barat entah sebelah timur karena mendung menggelayut.  

Pelangi itu nampak indah, melengkung melingkupi Elma yang sedang berdiri di sebuah jalan kecil samping kebun yang ditumbuhi tanaman semacam ilalang.  Indahnya pelangi, lalu ceklick-ceklick tustel pun bersuara mengabadikannya.  

Malam hari saat saya tidur, tiba-tiba terjaga tengah malam dan tubuh menggigil luar biasa.  Suhu udara kota Ouddorp 19 drajat celcius dan saya lihat jendela sedikit terbuka.  Segera saya tutup jendela rapat dan kemudian saya tutupi seluruh tubuh dengan selimut tebal. Arrggghhh....

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun