Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Narasumber dalam Pembelajaran Jarak Jauh

9 Maret 2022   06:38 Diperbarui: 9 Maret 2022   09:57 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshoot saat PJJ (Dokumen Pribadi)

Saat sebelum Pandhudewanata meninggal, kerajaan Astina yang dipimpinnya dititipkan kepada kakaknya Adipati Destarastra dengan pesan jika para padhawa sudah dewasa maka kerajaan hendaknya diberikan kepada kelima anaknya.  Destarastra sendiri memiliki anak yang berjumlah 100 orang yang disebut Kurawa.  Saat Kurawa sudah mulai tumbuh dewasa, mereka membujuk ayah mereka supaya negara tidak dikembalikan kepada Pandhawa.  Akhirnya terjadilah perang Baratayuda yang mengisahkan peperangan antara Pandhawa melawan Kurawa dalam rangka memperebutkan kerajaan Astina yang akhirnya dimenangkan Pandhawa dan Astina kembali ke tangan para Pandhawa yang memang ahli waris kerajaan itu.

Selain kitab Mahabarata, kisah wayang kulit juga bersumber dari buku Ramayana.  Dari buku Ramayana, muncul kisah peperangan antara Prabu Rama melawan Prabu Dasamuka atau sering disebut Rahwana.  Ceritanya bermula saat Prabu Rama beserta istrinya yang bernama Dewi Sinta berada di sebuah hutan yang bernama Dandaka.  Prabu Rama yang ditemani adiknya, Lesmana Widagda kaget karena Sinta ternyata diculik oleh Rahwana yang menginginkan Sinta menjadi istri Rahwana karena menurut Rahwana, Sinta adalah titisan dari Bethari Widowati, makhluk kahyangan yang dia selalu impikan.  Terjadilah kemudian peperangan antara wadyabala Pancawati kerajaan Prabu Rama melawan pasukan dari Alengka kerajaan Rahwana.  Muncul tokoh dari kerajaan Pancawati seperti Sugriwa, Gunawan Wibisana Anoman, Anggada dan lain-lain.  Sementara itu dari Alengka, muncul tokoh-tokoh seperti Kumbakarna, Indrajit disamping Prabu Rahwana sendiri.  Akhirnya peperangan dimenangkan oleh wadya bala Prabu Rama.  Sinta kemudian diboyong pulang ke kerajaan Pancawati.  Sedangkan Rahwana yang dikisahkan tidak bisa mati karena memiliki ajian Pancasona, ditimbun hidup-hidup oleh Anoman di Gunung Pangrantunan.

Saat Melagukan dan Menjelaskan Serat Tri Pama

Sebelumnya saya juga menshare bahan yang telah saya tulis di Kompasiana sebelumnya kepada para murid peserta kelas melalui guru mereka.  Setelah itu dalam waktu sekitar 40 menit saya melagukan dan menjelaskan Serat Tri Pama ciptaan KGPAA Mangkunegoro IV.  Serat Tri Pama itu terdiri dari 7 bait atau pupuh dan dikemas dalam tembang macapat dhandhanggula.  Dua bait pertama menceritakan kisah Patih Suwanda sebagai panglima perang Kerajaan Maespati..  Bait ketiga dan keempat menceritakan kepahlawanan Kumbakarna panglima perang kerajaan Alengka.  Bait kelima dan keenam mengisahkan Adipati Karna senapati Astina.

Patih Suwanda atau Sumantri berjasa kepada negara karena berhasil melaksanakan perintah Raja Arjuna Sastrabahu dengan memboyong Dewi Citrawati dan dipersembahkan kepada Raja Maespati tersebut.  Saat kerajaan Maespati diserang oleh kerajaan Alengka yang dipimpin Rahwana, maka Patih Suwandalah yang menjadi panglima perang kerajaan Maespati.  Namun malang, Patih Suwanda mati di tangan Rahwana.  Kepahlawanan Patih Suwanda terletak bagaimana dia sebagai kstaria selalu taat dan setia kepada perintah raja.

Kumbakarna yang adalah adik Rahwana sebenarnya tidak menyetujui sikap kakaknya yang menculik Dewi Sinta.  Oleh karena itu dia kemudian minggat bertapa dengan cara tidur berbulan-bulan.  Saat Alengka diserang musuh, maka Kumbakarna dibangunkan dan diminta menjadi panglima perang.  Meski dalam lubuk hati Kumbakarna tidak sepakat dengan kakaknya, namun demi bangsa negaranya, maka dia mau bertempur dengan musuh.  Hingga akhirnya Kumbakarna tewas di tangan kstaria dari Pancawati.  Kepahlawanan Kumbakarna terletak pada kesetiaannya pada negara dan bangsanya.  "Right or wrong is my country" begitu semboyannya.

Adipati Karna meski masih bersaudara dengan Pandhawa, tetapi terpaksa berperang melawan Pandhawa dalam peperangan memperebutkan kerajaan Astina.  Adipati Karna sebenarnya adalah anak dari Dewi Kunthi.  Dewi Kunthi itu istri dari Prabu Pandhudewanata yang memperanakkan Yudistira, Bima dan Arjuna.  Sebelum menikah dengan Pandhudewanata, Kunthi sudah memiliki anak yang bernama Surya Putra yang nantinya disebut Adipati Karna, hasil hubungan dengan Bathara Surya, dewanya matahari.

Pada akhirnya Adipati Karna gugur di medan laga saat berperang melawan Arjuna yang adalah adiknya.  Kepahlawanan Adipati Karna ini terletak pada kesetiaannya pada perintah raja dan negaranya.  Hampir sama dengan semboyannya  Kumbakarna: "right or wrong is my country".

Pupuh atau bait sekar macapat Tri Pama ditutup dengan 1 bait yang menceritakan kepahlawanan ketiga kstaria: Patih Suwanda, Kumbakarna dan Adipati Karna yang patut diteladani.  Dalam tanya jawab hanya dua orang siswa yang bertanya.  Satu orang siswa mengaku sering melihat pentas wayang Ki Seno Nugroho almarhum di you tube.  Lumayanlah ada satu-dua siswa yang masih nyangkut dengan cerita wayang dan tembang Jawa di tengah hembusan tafsir wayang haram bagi pemeluk agama tertentu.

Akhirnya harus diakui, menjadi narasumber PJJ bagi siswa itu mengasyikkan.  Banyak hal yang bisa dipelajari oleh narasumber juga, yakni soal pemanfaatan teknologi dan komunikasi yang semakin hari semakin canggih.  Jika materi yang disampaikan narasumber adalah materi yang menjadi hobi atau bahkan keahlian, maka akan menyenangkan dan mudah diterima oleh siswa dalam kelas PJJ-nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun