Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Narasumber dalam Pembelajaran Jarak Jauh

9 Maret 2022   06:38 Diperbarui: 9 Maret 2022   09:57 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshoot saat PJJ (Dokumen Pribadi)

Menjadi Narasumber dalam Pembelajaran Jarak Jauh

Oleh: Suyito Basuki

Pembelajaran siswa saat ini dikenal dengan cara Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).  Jika kondisi suatu daerah menunjuk pandemi pada level  3 maka pembelajaran dilakukan PJJ tetapi ada kelas yang siswanya masuk 2-3 hari, diselang-seling harinya.  Jika kondisi naik ke level  4, maka aturan PJJ berubah lagi bagi siswa.  Mereka akan sepenuhnya melakukan PJJ.  Hal ini dilakukan oleh pihak sekolah dalam rangka mencegah penyebaran virus Covid-19 di lingkungan sekolah.  Bagi siswa yang tubuhnya kurang enak badan, demam, flu disarankan tidak masuk sekolah pada saat PTM.

Baik PTM maupun PJJ memberi guru sekolah untuk mencari narasumber yang dianggap berkompeten membantu proses pembelajaran.  Jika yang dilakukan PTM maka narasumber haruslah didatangkan ke lokasi sekolah.  Namun jika yang dilakukan PJJ maka narasumber dapat diminta masuk ke link google meet atau zoom meeting yang telah tersedia.  Dengan demikian, narasumber tidak terbatas pada jauh dekatnya dengan lokasi sekolah.  Di samping itu terasa lebih ekonomis karena narasumber hanya berada di lokasi rumah tanpa harus pergi ke mana-mana, sehingga tidak diperlukan biaya transport.

Berawal dari Bus Wisata

Suatu ketika saya mengikuti tour yang diadakan sekolah SMA tempat istri mengajar.  Hampir dua tahun, keluarga besar karyawan-guru SMA tersebut tidak mengadakan tour karena pandemi yang berkepanjangan.  Saat level pandemi menurun, maka keluarga besar karyawan-guru tersebut mengadakan tour ke Pacitan Jawa Timur, sekaligus perpisahan dengan kepala sekolah mereka yang lama yang mendapat penugasan di tempat yang baru.

Biasalah di dalam bus, suasana keceriaan dibangun dengan menyanyikan lagu-lagu karaoke.  Lagu-lagu karaoke yang dinyanyikan pun silih berganti dari lagu pop, dangdut, langgam campur sari dan lain-lain.  Para guru dan karyawan pun silih berganti menyanyikan lagu pilihan mereka dengan kekhasan suara mereka masing-masing.  Saat itu saya pun ikut menyanyi.  Pilihan saya pertama kali adalah lagu langgam campur sari "Nyidham Sari" ciptaan almarhum Manthous.  Saya tidak sadar saat nyanyi ada guru yang merekam video dari belakang kemudian menshare di grup WA sekolah.  Kemudian menurut istri saya kemudian, ambyarlah berbagai komentar terhadap rekaman video tersebut.

Namun inilah berkahnya.  Melalui istri saya kemudian hari diberi tahu bahwa guru pengajar bahasa daerah (Jawa) meminta kesediaan saya untuk menjadi narasumber kelas PJJ yang akan dilakukan.  Topik pembahasannya tentang Wayang Purwa.  Wah ini topik yang tidak perlu terlalu banyak persiapannya.  Pengalaman sekolah di Habirandha, sebuah sekolah pedalangan di lingkungan Kraton Yogyakarta, serta pengalaman mendhalang beberapa kali sejak tahun 2000 memberi bekal cukup bagi saya untuk menerima tawaran menjadi narasumber tersebut.  Setelah ikut mengisi kelas X yang mengupas topik Wayang Purwa kemudian saya juga diberi tugas di kelas XII melagukan dan mengupas Serat Tri Pama di minggu depannya.

Saat Menjelaskan tentang Wayang Purwa

Sebelumnya saya menshare kepada siswa melalui guru, tulisan yang saya buat di Kompasiana perihal Wayang Purwa dan Wayang Wahyu sebagai bahan pembelajaran.  Dalam pertemuan sekitar 45 menit saya menjelaskan bahwa cerita wayang kulit itu pada umumnya bersumber dari kitab Mahabarata dan Ramayana.  Dari kitab Mahabarata timbul kisah para Pandhawa dan Kurawa.  Pandhawa itu kestria keturunan Prabu Pandhudewanata.  Mereka adalah: Yudistira/ Puntadewa, Bima/ Werkudara, Arjuna/ Janaka, Nakula dan Sadewa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun