Akale saya wasis, pranyata wasis dadi kembanging kidung
Eee, hake, negarane kancil nyata jembar laladane
(Kancil-kancil itu,
Akalnya semakin cerdik, sungguh cerdik menjadi utamanya lagu
Eee, hake, negaranya kancil sungguh luas wilayahnya)
Cuplikan syair di atas adalah cuplikan dari tembang atau lagu yang dinyanyikan dalam gendhing srepeg Wayang Kancil dalam nada pelog pathet nem.
Setelah wayang-wayang dalam bentuk binatang atau dalam bentuk orang dihadirkan lengkap dalam adegan jejer maka irama srepeg diperlambat, dan saat itulah dhalang mendeskripsikan adegan pertama itu, siapa saja yang hadir, bagaimana suasana dan gambaran lain secukupnya.
Setelah gendhing srepeg kembali mengalir dalam irama dan tempo semula maka kemudian oleh dhalang, para pengrawit akan diberi tanda berupa tanda berupa dhodhogan (ketukan) pada kotak wayang penanda suara gamelan diminta berhenti. Setelah itu iringan gamelan akan melambat dan benar-benar berhenti.
Saat itulah dalang akan melagukan suluk dengan memakai kerangka tembang macapat, bisa bentuk Pocung, Gambuh atau bentuk lainnya yang dikuasai atau dipersiapkan oleh ki dalang.
Saya pernah memainkan Wayang Kancil di kampus Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta. Saat itu ada sebuah Yayasan Pengembangan Anak yang dalam sebuah event mengadakan pagelaran tradisional, yakni Wayang Kancil.