Truk tronton dengan muatan menjulang melebihi kapasitas seharusnya, berjalan pelan.  Truk dengan 10 ban dengan  3 sumbu dengan posisi ban 2-4-4 itu seolah tidak mau didahului oleh kendaraan lain.  Jalannya agak ke tengah.  Hal ini menyebabkan kendaraan mobil dan motor seperti ular panjang di belakangnya.Â
Pemandangan seperti  ini sudah menjadi suguhan sehari-hari.  Jepara yang terkenal dengan julukan sebagai kota ukir, menghasilkan barang-barang yang berupa meubel rumah tangga dan karya ukiran yang didistribusikan ke luar kota bahkan sampai ke luar negeri. Â
Alat transportasi untuk mendistribusikan hasil kerajinan meubel dan ukir itu selain truk tronton, juga truk jenis fuso, colt diesel engkel, truk pick up bahkan sampai truk trailer yang di daerah kami disebut truk kontainer karena membopong kontainer atau peti kemas.
Truk tronton yang memuat barang hingga 10 ton itu terbilang wajar, karena memang  kapasitas muatan bisa ditolerir hingga 10 ton.  Tetapi persoalannya kalau muatannya melebihi kapasitas, misal ditumpangi dengan barang hingga 15 ton misalnya, bukankah ini menjadi masalah? Â
Barangkali inilah truk yang disebut truk ODOL, yakni truk yang memilki over load dan over dimension. Â Secara ekonomis memang truk ODOL menguntungkan bagi produsen dan mungkin konsumen. Â Bagaimana tidak menguntungkan?Â
Misal truk tronton dengan kapasitas 10 ton tadi diberi muatan hingga 15 ton, bukankah ada kelebihan muatan 5 ton yang boleh dikata diangkut dengan cuma-cuma? Â
Taruhlah misal harga sewa truk tronton rute Jabodetabek ke Denpasar dengan jarak 473 Km dipatok Rp. 11.800.000. (deliveree.com)Â Jika muatan truk tronton menjadi 15 ton, maka jelas sudah bisa berhemat 50 prosen dari harga sewa kendaraan. Â
Pengusaha bisa berhemat Rp. 5.900.00,- untuk sekali jalan, di luar biaya operasional yang dikeluarkan untuk sopir dan crew. Â Lumayan bukan?
Tetapi yang tidak dipikirkan oleh pengusaha itu adalah dampak negatif yang dihasilkan dari truk ODOL-nya. Â Truk yang melebihi kapasitas muatan, cenderung sulit dikendalikan ketika berjalan di tikungan. Â
Manuver yang sering dilakukan truk dengan kelebihan muatan ini adalah, di jalan tikungan, truk tidak berani berjalan di tepian jalan. Â Truk akan bermanuver di tengah jalan, sehingga ini yang menyebabkan kendaraan di belakangnya menjadi seperti ular yang panjang. Â
Selain itu, truk ODOL yang over dimension, yang mana muatan menjulang atau melebar ke kanan atau ke kiri bak truk, akan mengganggu pemandangan baik kendaraan yang di depannya maupun kendaraan yang ada di belakangnya. Â Truk pengangkut batang padi yang sudah mengering (bahasa Jawa: dami) atau hasil panenan kapuk kapas atau kayu sering kali penampakan bak truknya over dimension seperti ini.
Truk ODOL juga berbahaya, terutama pada jalan menanjak atau menurun. Â Pedal rem dirancang berfungsi jika muatan sesuai kapasitas. Â
Tetapi manakala muatan over load, maka rem akan sulit berfungsi karena dorongan gerak melebihi batas kemampuan untuk ditahan. Â
Dengan demikian, terjadinya banyak kecelakaan karena kemungkinan besar masalah ini. Â Sopir akan dengan mudahnya mengatakan bahwa remnya blong dan lain-lain, padahal penyebab utamanya adalah kelebihan muatan.
Yang jelas, truk ODOL memang menyebabkan kerusakan jalan, bikin jalan jebol.  Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Danang Parikesit mengatakan masalah kerusakan jalan, khususnya jalan tol akibat truk ODOL ini  dalam webinar Infrastruktur untuk Indonesia.  Menurutnya  truk over load over dimension (ODOL) menyebabkan negara mengalami kerugian sebesar Rp 1 triliun per tahun karena harus memperbaiki permukaan jalan tol yang rusak. (Kompas.com 4 Maret 2022)
Jika jalan tol saja yang pembuatannya dengan rancangan khusus dan kekuatan istimewa bisa jebol, apalagi jalanan umum yang sering dilalui oleh truk ODOL ini. Â Sebagai gambaran saja bahwa jalan pantura yang menghubungkan Demak-Semarang seringkali diperbaiki karena kerusakan jalan yang dilalui berbagai jenis kendaraan besar kecil, truk ODOL dan tidak ODOL. Â Jika terjadi perbaikan jalan, maka biasanya timbul kemacetan yang luar biasa, sehingga pengendara mobil dari arah Demak misalnya akan mencari jalan alternatif lewat Karangawen atau Mranggen untuk ke Semarang. Â Sekedar tahu saja, jalan raya di depan terminal Terboyo, untuk mengatasi jalan rusak yang berlubang, jalan ke arah Kaligawe hanya dikeruk, diratakan saja, sampai sekarang belum ada pengaspalan dan perbaikan yang sempurna.
Di RT kampung saya, ada tiga orang pengusaha meubel.  Dua orang melakukan usaha perorangan, sedangkan satu  orang melakukan pekerjaannya dengan bendera sebuah PT.Â
Dalam usaha mengangkut meubel mereka ke luar kota atau dimaksudkan juga ke luar negeri, mereka mendatangkan truk-truk trailer untuk mengangkut hasil produk mereka.  Sewaktu rapat RT, ada keputusan bahwa setiap truk trailer yang didatangkan, mereka wajib mengisi uang kas RT sesuai kesepakatan warga.  Lumayanlah, hasil dari "retribusi" itu bisa untuk pemeliharaan jalan aspal di kampung kami.  Tetapi bagaimana dengan jalan menuju ke kecamatan dan ke kota pusat; bagaimana jika ada kerusakan akibat truk-truk  trailer yang mungkin juga melebihi kapasitas itu diperbaiki, tentunya harus melihat jalan itu masuk kategori jalan kabupaten, propinsi atau nasional.  Proposal perbaikan jalan akan dibuat dan ditujukan kepada penguasa jalan tersebut.  Mungkin pengajuan proposal tahun ini, pengerjaannya baru tahun depan.  Sementara, masyarakat akan "menikmati" kerusakan jalan itu, sebelum jalan tersebut diperbaiki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H