Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lagumu Dinyanyikan Judika, Dik...

3 Maret 2022   15:02 Diperbarui: 3 Maret 2022   16:54 5736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyanyi Judika (Sumber Foto: sonora.id)

Lagumu Dinyanyikan Judika Dik...

Oleh: Suyito Basuki

"Lagumu dinyanyikan Judika dik", demikian chat WA yang aku kirimkan kepada Yayun, karib mendiang istriku semasa dulu mereka kuliah.  Aku mengirimkan chat tersebut karena di grup WA alumni kampus kami kuliah dulu ada yang memposting sebuah video yang memperlihatkan artis Judika menyanyikan sebuah lagu di sebuah pesta pernikahan.  Liriknya dan lagunya aku hapal benar:

Satu dalam ikatan                               

Bersatu dalam janji

sehidup dan semati bersama

Membagi suka duka 

menangis dan tertawa

meniti hari esok nan bahagia

Tuhan tlah satukan dua hati anak manusia

dalam pernikahan yg kudus

yang diberkati 2x

Salam kami

doa kami

selalu bahagia

selamanya

Chating WA segera dibalas oleh Yayun,"Oh ya mas, aku sudah tahu, sudah diberi tahu sama suamiku." Demikian jawabnya dengan singkat.  Syukurlah, aku bernapas lega.  Saat aku dengar lagunya dinyanyikan Judika, aku surprise luar biasa.  Meski dengan Yayun sudah lama tidak ketemu, tetapi mendengar lagunya dinyanyikan oleh artis terkenal di tanah air, hatiku ikut melambung bangga.

Rupanya Yayun sudah menikah dengan seorang pendeta.  Suaminya merintis dan menggembalakan sebuah gereja kharismatik di kota Solo.  Suatu saat saya mampir dengan rombongan teman-teman dan aku melihat sebuah gereja yang masih berbentuk rumah didekat terminal Tirtonadi Solo.  Kursi-kursi yang digunakan untuk ibadah jemaatnya belum permanen dari kayu, melainkan dari kursi yang bisa diangkat dan dirapikan saat ruangan tidak digunakan.  Yayun dan suaminya kelihatan hidup damai dan tenteram dengan suasana itu.  Dalam perkembangannya, aku dengar suami dan jemaat yang mereka gembalakan membangun sebuah gereja di daerah Gading Solo, puji Tuhan!

Yayun pada saat 35 tahunan yang lalu memang kreatif mencipta lagu.  Saya tidak begitu perhatikan betul, tapi katanya sudah puluhan lagu ia ciptakan.  Yang aku tahu saat itu Yayun bercerita kepada Tutik sahabatnya, bahwa dia menderita penyakit hepatitis.  Saya tahunya dia menderita sakit kuning.  Makanya pembawaan Yayun itu mukanya muram, matanya tidak ada sinar gairah hidup yang tampak.  Wajahnya kurus.  Mungkin dalam kondisi seperti itu ya, orang dalam keadaan seolah hampir mendekati masa akhir hidup, maka kreativitasnya menyala luar biasa.  Oleh karenanya Yayun kemudian banyak mencipta lagu sebagai wujud syukur dan pengharapannya pada Tuhan.  Dan Yayun adalah termasuk mahasiswa yang aktif sekali mengadakan persekutuan di kampus.  Mungkin dia memang banyak berdoa untuk pergumulan masalah penyakitnya itu.

Setelah aku menikah dengan Tutik, aku tidak lagi banyak mendengar kabar tentang Yayun.  Tetapi yang jelas Yayun semakin sehat dan kami mendengar pernikahan Yayun.  Tidak berapa lama setelah berita itu, aku harus fokus pada penyakit yang diderita Tutik istriku.  Setelah diketahui penyakit Tutik adalah tumor colon, maka dilakukanlah operasi untuk memotong usus besar yang terdapat tumornya itu untuk kemudian setelah disambung, sementara dibuatkan saluran kolostomi di perut bawah untuk saluran pembuangan kotoran.  Setahun Tutik menjalani proses kemoterapy, namun pada akhirnya Tutik dipanggil Tuhan.

Beberapa tahun tidak berkomunikasi dengan Yayun, tiba-tiba aku melihat ada video dimana Judika menyanyikan lagunya Yayun. "Segera diurus saja hak cipta lagunya dik, biar nanti dapat pengakuan dan royalti dari hasil lagu yang dinyanyikan." Demikian tulis chat saya selanjutnya padanya. 

Lalu aku jelaskan dari referensi yang aku baca dari koran Tempo bahwa Pak Gesang sebelum meninggalnya juga sudah mendaftarkan 44 lagu ciptaannya dan sudah dapat lisensi bahwa lagu-lagunya, termasuk Bengawan Solo yang pernah diklaim  orang Malaysia itu menjadi lagu resmi ciptaan Gesang  yang diakui oleh Direktorat Jendral  Hak atas Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. 

"Gesang dapat royalti sebesar Rp 32,8 juta royalti dari periode Januari-Juli 2009 di dalam negeri dan Juli-Desember 2008 untuk penggunaan lagu di luar negeri lho," demikian infoku supaya Yayun mau segera mengurus hak cipta untuk lagunya.  "Sekarang mudah kok, pendaftaran hak cipta lagu bisa melalui online dan cukup murah biayanya, 400-500 ribu." Demikian imbuhku.  Dengan nada humor kukatakan," Ayo Yayun, aku dukung kamu, segera daftarkan lagu-lagu ciptaanmu.  Agar kalau artis Judika mau nyanyikan lagumu lebih dahulu datang atau telpon minta ijin dulu sama kamu!"

Eh Yayun tidak menjawab serius, melainkan dengan nada humor, katanya," Ya mas...aku wae sing telpon Judika..... 'Jud.... tak kasih ijin dirimu menyanyikan laguku di setiap kondangan.... biar semakin viral'...."  Waduh gimana anak ini?  Kujawab saja chat Wanya begini: "Lha bagaimana Judika tahu kalau itu lagumu, piye jal dik?" Meskipun jawabnya humor dan bernada ogah-ogahan, harapanku semoga Yayun dan siapa pun pencipta lagu di Indonesia ini paham bahwa mendaftarkan hak cipta untuk lagunya itu sangat penting baik untuk kepentingan moral dan ekonomi serta untuk untuk kepentingan masa kini dan masa yang akan datang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun