Adalah sebuah Ekspedisi Indonesia Baru 2022 mengadakan audisi relawan untuk sebuah proyek keliling Indonesia demi membuat konten keindahan Indonesia dan persoalan di dalamnya.
Menurut Dandy Laksono, penggagas ide ini, relawan akan melakukan pekerjaan selama satu tahun dan tidak akan mendapat gaji, selain biaya logistik dan akomodasi. Terhadap rencana ini, banyak netizen yang kemudian menuduhnya melakukan "perbudakan modern." (Infosemarangraya.com, Rabu, 2 Februari 2022).
Relawan tidak menerima gaji? Ya memang begitulah. Kata "relawan" sebenarnya kata yang dipendekkan dari kata asal "sukarelawan" yang adalah kata benda yang berarti orang yang melakukan sesuatu dengan suka rela (tidak karena diwajibkan atau dipaksakan) Sedang kata "suka rela" sendiri berarti dengan kemauan sendiri, dengan rela hati. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 864)
Berdasar UU No. 11 Tahun 2009 Kesejahteraan Sosial, Relawan Sosial adalah seseorang dan/atau kelompok masyarakat tetapi melaksanakan kegiatan penyelenggaraan di bidang sosial bukan di instansi sosial pemerintah atas kehendak sendiri dengan atau tanpa imbalan. Kata "tanpa imbalan" perlu digarisbwahi untuk memperjelas arti dari relawan (sosial) yang dimaksud.
Relawan Bencana Alam
Gempa bumi Yogyakarta tahun 2006 menghancurkan banyak bangunan rumah dan gedung-gedung perkantoran. Gempa bumi itu terjadi begitu hebat di daerah Bantul Yogyakarta dan Klaten wilayah Jawa Tengah. Saya menyaksikan sendiri luluh lantaknya bangunan rumah terutama di daerah Kecamatan Wedi dan Gantiwarno Klaten.
Untuk itulah maka MCC (Mennonite Central Commite) lembaga NGO yang berkantor di Salatiga saat itu, berkoordinasi dengan sinode gereja-gereja yang mendukungnya, yakni GITJ (Gereja Injili di Indonesia), GKMI (Gereja Kristen Muria Indonesia) dan JKI (Jemaat Kristen Indonesia) untuk bekerja sama membantu korban bencana. Oleh karena itulah kemudian diberangkatkan volunteer atau relawan dari sinode-sinode gereja tersebut di atas.
Dari gereja kami sendiri, GITJ Kedungpenjalin Jepara mengirim warga yang banyak berprofesi sebagai tukang bangunan untuk kepentingan tersebut.
Bersama-sama dengan rekan dari gereja yang lain yang dihimpun oleh MCC, mereka membantu warga dalam membangun rumah di daerah Pundong Bantul Yogyakarta. Mereka selama beberapa minggu bekerja, tanpa gajian. MCC dan gereja mensuport kebutuhan logistik dan transportasi mereka.
Relawan Bahasa dan Loper Koran
Saat berkunjung ke Belanda tahun 2015 yang lalu, di kota Harleem ada sebuah lembaga yang menerbitkan sebuah surat kabar. Untuk mendistribusikan koran-koran tersebut, maka dibutuhkanlah relawan yang mendistibusikan ke beberapa tempat tujuan. Maka terdapatlah beberapa orang emigran yang bersedia untuk pekerjaan itu.
Para relawan yang kalau di Indonesia disebut tukang loper koran tersebut, mendapat makan siang dan mendapat kursus pelajaran bahasa Belanda secara gratis.
Para pengajarnya bukanlah pengajar profesional yang digaji, melainkan juga para relawan! Usia pengajar rata-rata sudah usia pensiunan. Saat aku bertanya, maka ada yang berkata,"Ssstt...jangan tanya soal umur di sini ya, tapi buat kamu tak bilangin, umurku..." Aku baru mengerti bahwa usia bagi orang Belanda tidak penting untuk diketahui, mungkin yang paling penting semangatnya ya?
Relawan Traveling
Masih di Belanda, kami diajak ke proyek sosial gereja mennonit Almere "drop-in centre de ruimte". Proyek sosial ini secara khusus membantu menangani para pengungsi dari Syria yang masuk ke Belanda. Prinsip equality bahwa semua manusia memiliki derajat yang sama ditekankan di proyek sosial ini. Ada sekitar 7000 orang tahun lalu mendatangi kantor proyek sosial ini dengan berbagai macam keperluan.
Siang hari kami diajak ke pusat kota Almere. Almere adalah kota terbaru di Belanda. Di peta sebelumnya, daerah ini adalah daerah rawa. Kota baru ini ditata dengan baik. Kalau di Amsterdam, bus, mobil, motor, kereta api listrik dan para pengendara sepeda di jalan yang sama, di Almere, kendaraan bis, mobil, dibedakan jalannya dengan kendaraan sepeda motor dan juga sepeda.
Di pusat perbelanjaan, aku menemukan saron, kenong, dan gong alat musik kerawitan Jawa, di toko barang-barang antik. Saron dijual 300 euro, kenong 450 euro, sedang gong 999 euro. Asal tahu saja, 1 euro saat itu seharga 16 ribu rupiah, sehingga 1 buah gong harganya Rp. 15.984.000!!
Kami diantar oleh Elvin Leuhery yang menjadi tenaga volunteer di proyek sosial itu ke pusat perbelanjaan tersebut. Kami tidak memberi tips uang atau kenangan apa-apa, karena pengantar kami adalah relawan, bukan karyawan biro jasa wisata!
Jika Jadi Relawan
Meski pekerjaan relawan mulia, tetapi tidaklah mudah. Seorang relawan tidak akan pernah memikirkan penghasilan dari apa yang dikerjakannya. Dia pun harus mencari sesuatu alasan bagi aktivitas yang dilakukannya sehingga tetap semangat melakukan pekerjaannya dalam kurun waktu tertentu.
Sehingga dalam hal ini sangat ideal kalau seorang relawan adalah seorang pensiunan yang memiliki uang pensiun memadai untuk penopang kehidupannya sehari-hari. Tanpa bekerja pun, mereka sudah terpelihara hidupnya. Mereka tidak lagi pusing memikirkan kehidupan keluarga.
Seorang relawan juga memiliki kesehatan yang memadai. Jangan sampai, karena pekerjaannya sebagai relawan, justru mengganggu kesehatannya. Karena jika sakit, siapa yang akan menanggung pengobatannya?
Seorang relawan selain, dia mengutus dirinya sendiri, idealnya dia juga diutus oleh keluarganya untuk aktivitasnya sebagai relawan. Dengan demikian, keluarganyalah yang terutama akan menjadi pendukung logistik, akomodasi dan sumber spiritnya.
Tanggung Jawab Lembaga
Meski lembaga yang meminta seorang relawan bergabung tidak menyediakan gaji, tetapi hendaknya bertanggung jawab untuk logistik, akomodasi dan sarana perkantorannya. Jangka waktu bagi relawan bekerja, jangan terlalu panjang. Model pemberian komitmen ulang perlu diberikan dalam jangka tertentu.
Jangan sampai niatan baik dari seorang relawan kemudian dieksploitasi untuk kepentingan lembaga atau perorangan tertentu. Kalau yang terjadi seperti itu, mungkin bisa disebut sebagai perbudakan modern, mengkerangkeng sebuah kebebasan atau mereduksi sebuah niatan kebajikan?
Oleh: Suyito Basuki
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI