Saat berkunjung ke Belanda tahun 2015 yang lalu, di kota Harleem ada sebuah lembaga yang menerbitkan sebuah surat kabar. Â Untuk mendistribusikan koran-koran tersebut, maka dibutuhkanlah relawan yang mendistibusikan ke beberapa tempat tujuan. Â Maka terdapatlah beberapa orang emigran yang bersedia untuk pekerjaan itu.
Para relawan yang kalau di Indonesia disebut tukang loper koran tersebut, mendapat makan siang dan mendapat kursus pelajaran bahasa Belanda secara gratis. Â
Para pengajarnya bukanlah pengajar profesional yang digaji, melainkan juga para relawan! Â Usia pengajar rata-rata sudah usia pensiunan. Saat aku bertanya, maka ada yang berkata,"Ssstt...jangan tanya soal umur di sini ya, tapi buat kamu tak bilangin, umurku..." Â Aku baru mengerti bahwa usia bagi orang Belanda tidak penting untuk diketahui, mungkin yang paling penting semangatnya ya?
Relawan Traveling
Masih di Belanda, kami diajak ke  proyek sosial gereja mennonit Almere "drop-in centre de ruimte". Proyek sosial ini secara khusus membantu menangani para pengungsi dari Syria yang masuk ke Belanda. Prinsip equality bahwa semua manusia memiliki derajat yang sama ditekankan di proyek sosial ini. Ada sekitar 7000 orang tahun lalu mendatangi kantor proyek sosial ini dengan berbagai macam keperluan.
Siang hari kami diajak ke pusat kota Almere. Almere adalah kota terbaru di Belanda. Di peta sebelumnya, daerah ini adalah daerah rawa. Kota baru ini ditata dengan baik. Kalau di Amsterdam, bus, mobil, motor, kereta api listrik dan para pengendara sepeda di jalan yang sama, di Almere, kendaraan bis, mobil, dibedakan jalannya dengan kendaraan sepeda motor dan juga sepeda.Â
Di pusat perbelanjaan, aku menemukan saron, kenong, dan gong alat musik kerawitan Jawa, di toko barang-barang antik. Saron dijual 300 euro, kenong 450 euro, sedang gong 999 euro. Asal tahu saja, 1 euro saat itu seharga 16 ribu rupiah, sehingga 1 buah gong harganya Rp. 15.984.000!!
Kami diantar oleh Elvin Leuhery yang menjadi tenaga volunteer di proyek sosial itu ke pusat perbelanjaan tersebut. Â Kami tidak memberi tips uang atau kenangan apa-apa, karena pengantar kami adalah relawan, bukan karyawan biro jasa wisata!
Jika Jadi Relawan
Meski pekerjaan relawan mulia, tetapi tidaklah mudah. Â Seorang relawan tidak akan pernah memikirkan penghasilan dari apa yang dikerjakannya. Â Dia pun harus mencari sesuatu alasan bagi aktivitas yang dilakukannya sehingga tetap semangat melakukan pekerjaannya dalam kurun waktu tertentu.
Sehingga dalam hal ini sangat ideal kalau seorang relawan adalah seorang pensiunan yang memiliki uang pensiun memadai untuk penopang kehidupannya sehari-hari. Â Tanpa bekerja pun, mereka sudah terpelihara hidupnya. Â Mereka tidak lagi pusing memikirkan kehidupan keluarga.