Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kanal Kreativitas Seniman, Wawancara dengan Godod Sutejo

17 Januari 2022   10:02 Diperbarui: 18 Januari 2022   02:09 1239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Godod Sutejo, pelukis Jogja (Dok. Pri)

Masa pandemi corona, selama 2 tahun meluluh lantakkan hampir semua aspek perekonomian, termasuk perekonomian seniman. Ketiadaan dan pembatalan kemudian berlanjut pembatasan jam pertunjukan dan pengunjung.

Sebagai dalang wayang kulit, saya pun pernah mangalami pembatalan pentas wayang. Rencana pentas wayang yang akan diadakan dalam rangka paskah di sebuah gereja di daerah Keling Jepara di tahun 2020, menjelang pementasan tiba-tiba dibatalkan karena alasan mulai menggejalanya corona, di mana tidak diizinkan pertunjukan-pertunjukan yang berpotensi menimbulkan kerumunan. 

Akibat dari kesulitan perekonomian, para seniman pontang-panting dalam mempertahankan kehidupan dan kreativitasnya.

Menurut kesaksian Godod Sutejo, pelukis Jogja kelahiran Wonogiri di tahun 1953 lulusan ASRI dan ISI Yogyakarta ini, banyak seniman terpaksa menjual aset-asetnya, seperti wayang kulit, gamelan, tanah yang dimilikinya.

Godod Sutejo sendiri terpaksa merelakan barang-barang antik yang menjadi koleksinya, Motor harley yang dulu dipajang di ruang tamu dan sejumlah lampu petromaks, seterika lawasan dengan berbagai model, radio transistor kuno dengan aneka rupa bentuk sekarang ini tidak bisa dijumpai lagi di kediamannya di daerah Sosrodiningratan Yogyakarta.

"Semua dijual mas untuk memenuhi kebutuhan keluarga," ujarnya.

Kreativitas Muncul di Tengah Kesulitan

Namun di balik seniman mengalami kesulitan hidup, justru saat ini muncul ide-ide baru dalam rangka mereka menjaga kreativitas dalam berkarya sekaligus upaya mempertahankan hidup keluarga.

Di Yogyakarta sendiri, menurut pelukis dengan aliran melukis alam sepi ini, banyak yang membuka kafe-kafe.

Ada para seniman lukis sejumlah sekitar 50 orang, yang patungan menyewa lahan "kas desa" seluas 1,5 hektare untuk dibuat kafe dan tempat melukis bersama.

Lahan tersebut meski luas, tetapi karena milik desa, maka bisa disewa dengan harga yang lumayan murah, berkisar 1.5 juta-4 juta permeter.

Mereka kemudian mengundang rekan-rekan seniman dan melakukan aktivitas bersama khususnya melukis.

Mereka juga mengundang para apresian sehinga terjalin komunikasi, dengan demikian ada kemungkinan lukisan terjual dan kreativitas seniman tetap terjaga dan sedikit demi sedikit mulai berkembang.

"Masyarakat Jogja, saat ini banyak meminati kafe-kafe untuk ajang berkumpul. Nah para seniman, khususnya lukis, kemudian membuka cafe dengan memajang lukisan mereka di cafe-cafe. Selain itu kafe-kafe itu juga menjadi ajang mereka melukis bersama. Dan itulah contoh kanal-kanal yang mereka ciptakan," tutur Godod Sutejo yang tanggal 11 Desember kemarin berulang tahun yang ke-69.

Sekadar catatan tambahan saja, bahwa di hari ulang tahunnya itu diselenggarakan sarasehan keris kontemporer yang disiarkan secara streaming melalui channel You Tube.

Bagai Harimau Keluar dari Sarangnya

Menjelang akhir tahun 2021 dan awal tahun 2022 ini, Godod melihat kegiatan seni lukis mulai menggeliat bahkan seperti menjadi fenomena yang tidak terkendali. 

Pameran seni lukis dibuka di mana-mana, di Jogja, Magelang, Semarang, Surabaya dan kota-kota lainnya.

Dalam kurun satu minggu terdapat 2-3 x pameran seni lukis dibuka. Tentu tetap dengan protokol kesehatan, misalnya pelaku seni dan pengunjung memaki masker dan jaga jarak.

Akhir tahun 2021 yang lalu, menurut Godod, sebuah pameran yang diadakan di Jember Jawa Timur dihadiri banyak penikmat seni. Godod melukiskan suasana pameran seperti harimau keluar dari sarangnya. Bahkan di dalam pameran itu terjual sebuah lukisan karya Awiki, seorang pelukis chinesse dari Semarang yang tinggal di Bali, seharga Rp 2,5 miliar!

Selain itu juga banyak sekali karya pelukis yang laku. Pembelinya adalah pejabat-pejabat dan poengusaha-pengusaha setempat.

Hal ini menurut Godod menunjukkan apresiasi seni yang luar biasa dan ada kerinduan baik para seniman maupun para apresian terhadap karya seni setelah terkungkung di masa pandemi.

Saat wawancara dilakukan, Godod baru saja melihat sebuah pameran lukis di Taman Budaya Yogyakarta yang diikuti oleh 120 pelukis, ada sekitar 200 lebih lukisan.

Pameran itu dibuka oleh seorang dokter apresian dan kolektor lukisan dari Magelang. Dokter itu bernama Oi Hong Djian.

Menurut Godod, dokter ini sedang laris diminta membuka pameran-pameran seni rupa di berbagai kota. 

Rencana Pameran ke Depan

Godod sendiri, setelah mengikuti pameran bersama Yenny Wahid dengan label Srawung Rasa di Peace Village, desa Sinduharja Ngaglik Sleman, Yogyakarta, sejak tanggal 20-26 Desember 2021, berencana akan mengikuti pameran seni rupa yang diselenggarakan oleh Joglo Campus Sari Mas Tejo di TVRI Jogja tangga 7 Februari 2022 selama sebulan dalam rangka perayaan Tahun Baru Imlek.

Bagaimana dengan rencana pameran keris kontemporer?

Godod Sutejo yang saat ini memang tengah menyiapkan desain-desain keris kontemporer dalam upaya menarik minat generasi muda terhadap keris, bahwa kemungkinan tahun 2023 akan mengadakan pameran keris kontemporer tersebut.

Saat ini, desain-desainnya sedang dipesankan supaya digarap oleh para empu pembuat keris baik yang ada di Jawa maupun di Madura.

Saat pameran bersama Yenny Wahid di Ngaglik, Sinduharjo Yogyakarta (DOk.Pri)
Saat pameran bersama Yenny Wahid di Ngaglik, Sinduharjo Yogyakarta (DOk.Pri)

Pameran lukisan secara online juga telah Godod lakukan. Dengan berkolaborasi dengan rekan yang berada di daerah Borobudur Magelang, berusaha memasarkan secara online dalam usaha menerobos kebekuan pandemi saat ini.

Tetapi memang harus jujur diakui, banyak kendala, sehingga usaha pameran dan penjualannya secara online ini masih belum menggembirakan hasilnya, seperti yang semula diharapkan.

Menunggu Endorse Pemerintah dan Ciptakan Kanal

Bagaimana peran pemerintah terhadap terciptanya kanal bagi kreativitas seniman?

Menurut Godod, meski para seniman secara mandiri telah berusaha mencipatakan kanal-kanal mereka sendiri, tetapi pemerintah diharapkan bisa menciptakan kanal-kanal bagi berkembangnya kreativitas seniman.

Terus terang menurut Godod, pemerintahlah yang punya uang. Misalnya, pertunjukan wayang kulit, dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini, pertunjukan wayang kulit dan seni tradisional lainnya dengan bertumpu pada "tanggapan" masyarakat, sangat sulit. Pemerintahlah yang sesungguhnya mampu memberikan order untuk melakukan pertunjukan itu.

Optimisme nampaknya sudah mulai bangkit di kalangan seniman. Tinggal bagaimana pemerintah memberikan endorse dan masyarakat memberikan apresiasinya.

Semua ini bertumpu pada pemahaman yang sama, bahwa seniman dan karya seninya bermanfaat bagi masyarakat dalam mengembangkan pengetahuan, olah rasa sehingga melahirkan hikmat bijaksana dan mengembangkan kultur dengan berbagai corak seninya yang memperkaya kekuatan nusantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun