Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Keelokan Berbahasa Bilingual

14 Januari 2022   08:09 Diperbarui: 14 Januari 2022   08:15 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Najwa    : (tertawa)

Kata-kata bahasa Inggris yang kemudian dipakai oleh keduanya di sela-sela percakapan mereka (maaf saya bisa saja salah menulis, karena berbagai keterbatasan):  line a world, live, I chat something like see you soon, oh my God, a beatuiful of social media, we actualy ask them dan lain-lain.  Kata-kata bahasa Inggris itu diucapkan baik oleh Najwa Shihab maupun juga oleh Agnes Mo...Seru memang percakapan mereka.

Lain Dulu Lain Sekarang?

Dulu saat belajar di kampus Universitas Sebelas Maret Surakarta, FKIP Prodi Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia dan saat baru lulus tahun 1989, segar-segarnya menjadi sarjana dan dosen muda part time di sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta, kalau berbahasa Indonesia, baik tulisan maupun lisan ya diusahakan 100 persen menggunakan kata-kata bahasa Indonesia.  

Lebih-lebih kalau situasinya formal, maka kata-kata yang digunakan atau diksinya harus menggunakan kata-kata baku yang bermakna denotatif, bukan konotatif.

Memang sesekali menggunakan kata asing dalam percakapan, tetapi itu dilakukan bukan karena untuk menunjukkan kepandaian berbahasa asing, tetapi lebih kepada kesopanan karena tidak mau menyinggung seseorang atau konsep kata asing tersebut tidak ada yang sepadan dengan kata yang ada dalam bahasa Indonesia.  

Ambil  contoh, saat menggunakan kata untuk menyebut penyakit kejang-kejang yang mengarah gangguan kejiwaan atau gila, maka digunakan kata "epilepsi".  Daripada menyebut penyakit "tedhun" atau saluran kecing yang melorot, maka digunakanlah kata "hernia".  Dari pada menyebut penyakit tekanan darah tinggi, maka dipakailah kata "hipertensi" dan sebagainya. 

Oleh karena itulah, pada saat itu saran dari Pusat Bahasa banyak memberikan padanan-padanan kata bahasa asing ke bahasa Indonesia.  Misalnya kata complicated atau sophisticated itu padanan katanya kata "rumit". 

Sampai-sampai Anton Moeliono Kepala Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa saat itu menerbitkan buku Santun Bahasa (Penerbit PT Gramedia, Jakarta, 1984) dan Yus Badudu, seorang pakar bahasa Indonesia mengasuh rubrik "Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar" di sebuah majalah bulanan dan penyiar acara Siaran Pembinaan Bahasa Indonesia di TVRI Pusat Jakarta (1977---1979). 

Tujuannya semua itu adalah untuk para pengguna bahasa Indonesia agar dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, sehingga tercapailah efektifitas dalam berkomunikasi.

Kalau memang kata asing tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia, maka kata asing itu diserap dengan ketentuan dan penulisan yang diatur oleh Ejaan yang Disempurnakan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun