Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mau Beternak Kalkun atau Tulisan?

17 Desember 2021   06:48 Diperbarui: 17 Desember 2021   07:24 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: bobo.grid.id

Mau Beternak Kalkun atau Tulisan?

Oleh: Suyito Basuki

Seorang sahabat, mempunyai usaha sampingan beternak kalkun di rumahnya. Usahanya lumayan berkembang.  Jumlah semua kalkun yang dipelihara, dihitung dari yang besar hingga yang kecil, mencapai ratusan.  Indukan betina berkisar 15 ekor, sedang kalkun jantan beberapa ekor.  "Lumayan menghasilkan," ujarnya.  Anak kalkun yang baru menetas saja dibeli orang lima puluh ribu rupiah per-ekornya, setidaknya tiga ekor dihargai seratus ribu rupiah.  

Sepasang kalkun yang sudah siap produksi dihargai lima ratus ribu rupiah.  "Penjualannya pun mudah, orang akan datang dan mengambil di rumah."  Makanan kalkun menurutnya juga mudah.  Kalkun suka sayur-sayuran hijau, bahkan enceng gondok pun mereka mau.  Sayuran hijau atau enceng gondok setelah dicacah-cacah kemudian dicampur bekatul akan langsung lahap oleh kalkun-kalkun piaraannya.

Tetapi yang tidak pernah diperhitungkan terjadi, yakni adanya protes warga.  Kalkun-kalkun itu dibuatkan tempat umbaran di belakang rumah.  Kebetulan setelah halaman belakang rumah atau kebonan itu adalah makam umum warga desa.  Kadang-kadang kalkun masuk ke makam dan kotorannya tercecer di batu-batu nisan, sehingga warga masyarakat kemudian protes.  Atau mungkin juga suaranya ya?  

Kalau satu dua kalkun mungkin terdengar unik dan indah; tetapi kalau puluhan bahkan ratusan?  "Sebetulnya bagus kalau punya lahan luas.  Kalkun di tempatkan di lahan itu sehingga tidak mengganggu warga masyarakat," demikian simpulnya.  Setelah protes warga tersebut, alhasil semua kalkunnya dijualnya sampai habis; bahkan bebek-bebek piaraannya pun juga dipindahtangankan. 

Yah, setiap orang yang membangun usaha tentu tak lepas dari dampak yang harus ia tanggung, mosok mau hanya enaknya dan untungnya saja.  Tapi memang kalau sudah berhadapan dengan protes masyarakat, sulit diatasi.  Dulu pernah di depan rumah pastori - rumah pendeta, tempat saya tinggal, berjarak sekitar 200 meter akan dibangun usaha ternak babi, katanya sih usaha penggemukan babi begitu. 

 Oleh karenanya kemudian dibangun septitank-septitank untuk pembuangan kotoran babi nantinya.  Di samping itu juga dibangun tempat-tempat untuk pemeliharaan babi itu.  Luasan tempat itu memadai, tetapi persoalannya dekat dengan rumah warga.  Sehingga terjadi protes warga sampai ada percakapan di tingkat kelurahan.  Meski pengusaha berusaha merajuk, warga tetap tidak mau ditempati peternakan babi itu.  

Bukan masalah agama, tetapi murni masalah dampak yang ditimbulkan, yakni masalah bau atau aroma sampai masalah pencemaran limbah ke sumber air warga sekitar yang kebanyakan menggunakan air sumur.

Akhirnya pengusaha itu mengalah dan lebih memilih menjual lahan yang sudah ada beberapa bangunannya itu.  Sekarang lahan beserta bangunannya tersebut dibeli oleh seorang pengusaha meubel dari Solo.  Lahan itu saat ini dibuat usaha meubelan.  Beberapa bangunan disesuaikan fungsinya dan ada juga penambahan bangunan seperti gudang dan tempat-tempat mengerjakan produksi furniture.  Lumayanlah, warga masyarakat sekitar bisa ikut bekerja, mula dari pekerjaan amplas, servis, produksi, keamanan dan lain-lain. 

Sumber foto: bobo.grid.id
Sumber foto: bobo.grid.id
Bagaimana dengan " beternak tulisan"? Maksudnya adalah kita akan menulis dan menulis sehingga akan banyak melahirkan tulisan demi tulisan.  Itulah yang saya maksudkan dengan beternak tulisan.  Aktivitas itu tentu dengan sebuah tujuan bahwa tulisan yang dilahirkan akan bermanfaat bagi kepentingan, baik bagi diri sendiri maupun masyarakat yang membaca.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun