Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyembuhkan Kekecewaan "Mark Chapman" Masa Kini

8 Desember 2021   18:17 Diperbarui: 8 Desember 2021   18:30 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menyembuhkan Kekecewaan "Mark Chapman" Masa Kini

Oleh: Suyito Basuki

 

Tgl. 8 Desember 1980, 41 tahun yang lalu terjadi peristiwa pembunuhan di New York terhadap John Lennon, penyanyi legendaris dari grup musik The Beatles.  

Motif pembunuhan John Lennon terungkap.  Mark Chapman kemudian tertangkap dan mengaku, mengapa ia membunuh penyanyi kondang tersebut.  

Katanya," Penembakan itu aku lakukan untuk memperoleh perhatian.  Aku ingin mencuri popularitas John Lennon.  Aku melakukannya karena aku bukanlah siapa-siapa.  Tapi sekarang, karena orang membenciku, aku merasa lebih dikenal."

Lanjutnya, "Semua yang aku lakukan adalah dorongan dari kekosongan hidupku.  Aku bukan siapa-siapa, bukan apa-apa dan hal itu sangat menyiksa.  Akhirnya aku memutuskan untuk melakukan sesuatu yang gila dan hal itu tak bisa kuhentikan."

Motif pembunuhan itu dapat disimpulkan: keinginan cepat populer dan kekosongan hidup.  Kedua hal itu menjadi penyebab adanya rasa kecewa yang mendalam terhadap diri sendiri.  Sangat tragis sekali ketika Mark Chapman berkata,"aku bukan siapa-siapa, bukan apa-apa.." (Suara Merdeka, 18 Oktober 2004)

Dalam kasus Mark Chapman di atas, rasa kecewa atau discouraged disebabkan karena kekosongan dirinya.  Dia tidak menemukan identitas diri yang sebenarnya.  Ada keinginan populer, tetapi dia tidak dapat menemukan melalui jalan yang wajar.  Rasa kecewa dapat juga disebabkan karena kecanduan obat terlarang, sering mabuk, atau orang yang baru melakukan perceraian.  .

Orang yang kecewa dengan diri sendiri atau orang lain, biasanya menunjukkan empat macam respon untuk mengatasi masalah mereka:

  1. Denial.  Mereka menolak dan menyangkal perasaan kecewa mereka.  Mereka bersikap seolah tidak ada apa-apa dalam hidup mereka.  Mereka selalu menjawab "Everything is okey", kepada setiap orang yang bertanya.  Misalnya seorang istri yang selalu mendapat perlakuan kasar dari suaminya, sehingga ia kecewa dengan perkawinannya; tetapi selalu berkata bahwa segala sesuatunya baik-baik saja.  Mungkin ia ingin menutupi harga dirinya atau keluarganya.
  2. Repression.  Mereka menekan dan menutupi perasaan kecewa mereka.  Tetapi hal ini akan menyebabkan perasaan kecewa itu akan meledak suatu saat jika kendali perasaan itu tidak cukup kuat.  Misalnya seorang yang artis yang menjadi idola banyak orang yang terpaksa harus senantiasa tersenyum di hadapan publik, walaupun sebetulnya dia punya masalah yang sangat berat dalam kehidupannya.
  3. Projection.  Mereka melontarkan persoalan yang dihadapinya kepada orang lain.  Seolah-olah orang lainlah yang memiliki masalah, bukan dirinya.  Misalnya seorang anak yang "broken home", yang tentunya punya gaya hidup yang semrawut; selalu menyalahkan kedua orang tuanya, seolah-olah kesalahan hanya pada kedua orang tuanya.
  4. Rationalization.  Mereka membenarkan tingkah lakunya dengan mencari alasan logis untuk rasa kecewa yang tengah merundungnya.  Misalnya seorang yang tengah melakukan usaha perceraian, selalu membenarkan diri sendiri dengan menunjuk kesalahan pasangannya yang menjadi akibat perceraian itu.

Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulihkan kekecewaan seseorang.  Menurut Dun Lundblad, pendeta di Colonial Woods Missionary Church di Port Huron, Michigan, (Lee R. Robertson, Yogyakarta 2003) cara tersebut adalah:

  1. A place to belong.  Rasa kecewa dapat terjadi karena ditolak oleh keluarga.  Misalnya seorang anak yang sejak kelahirannya tidak diharapkan oleh orang tuanya, sehingga sampai remaja pun dia tidak mendapat perhatian yang penuh dari keluarganya, maka keberadaannya perlu "diterima".  Lingkungan keluarga dan masyakarat yang bisa menerima keberadaannya akan menolong membangunan rasa percaya dirinya dan akhirnya menghilangkan rasa kecewanya itu.
  2. A place to be encouraged.  Untuk pemulihan seseorang, perlu tempat yang dapat memberi semangat pemulihan.  Materi yang membahas eksistensi manusia yang dikasihi Allah, yang bernilai di hadapan Allah, yang memiliki tugas mulia bagi Allah, perlu disampaikan di sini.  Misalnya seorang yang merasa gagal dalam pekerjaannya, sehingga ada niat untuk bunuh diri, maka dapat dipulihkan dengan dorongan-dorongan yang menggairahkan kembali semangat dan antusias kerja dan hidupnya.
  • A place to serve and share.  Seseorang yang kecewa, dapat juga dipulihkan dengan pemberian tempat yang layak bagi mereka untuk terlibat dalam pekerjaan dan sharing pengalaman hidup.  Dengan demikian, akan ada penyembuhan secara emosional.  Misalnya seorang pemuda yang frustrasi karena cintanya ditolak, maka dapat dilibatkan dalam penanganan-penanganan atas masalah yang serupa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun