Mengenal Kewarasan dan Tantangannya
Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti pernah mendengar kata "waras". Penggunaan kata "kewarasan" dalam artikel ini berasal dari kata "waras" yang artinya sehat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata waras dartikan sebagai sembuh jasmani.Â
Sementara dalam pandangan penulis, kata "waras" dapat dimaknai secara filosofi yang berarti kembali pada keadaan semestinya. Kata mesti menujukkan keadaan ideal, di mana individu dapat beraktivitas tanpa terhambat oleh penyakit jasmani atau rohani apapun.
Keadaan awal individu sebagai manusia menginginkan situasi normal, sehingga ketika terserang penyakit harus segera disembuhkan karena dianggap tidak normal. Inilah yang dimaksud kembali pada keadaan semestinya, di mana waras dipahami sebagai kembalinya individu sebagai manusia yang sehat sesuai fitrahnya.
Lalu bagaimana jika konsep di atas diterapkan kepada individu sebagai sarjana? Tentu yang harus pertama dipahami adalah fitrahnya seorang sarjana, bahwa setelah menyelesaikan pendidikan tinggi seorang sarjana harus bisa mengamalkan ilmunya di tengah-tengah masyarakat. Mengamalkan artinya dapat memberikan pengaruh secara signifikan khususnya terhadap bidang yang ia tekuni selama pendidikan.
Namun tidak jarang setelah selesai mengenyam pendidikan tinggi, seorang sarjana akan mudah "tenggelam" dalam lingkungan yang dinamis sehingga ilmunya dapat luntur karena terkena penyakit malas. Penyakit malas ini dapat dipicu karena transisi lingkungan akademik ke lingkungan masyarakat, dimana terdapat perbedaan tuntutan.Â
Maksudnya ketika masih di lingkungan akademik, individu cenderung dituntut untuk aktif membaca, menulis, dan berdiskusi, sementara di lingkungan masyarakat terdapat tantangan untuk melakukan semua itu seperti kesibukan dan terjebak dalam zona nyaman.Â
Kedua hal ini dapat mengakibatkan sarjana terkena penyakit malas, yaitu malas membaca, malas menulis, dan malas berdiskusi. Penyakit malas memang bisa menyerang siapa saja, namun bagi seorang sarjana, penyakit malas akan berdampak buruk pada budaya akademiknya.
Lingkungan Pedesaan
Lingkungan pedesaan identik dengan keadaan seadanya mulai dari pendidikan belum merata, kultur masyarakat yang awam terhadap budaya akademik, sampai masih kurangnya minat baca.