Mohon tunggu...
Dimas Suyatno
Dimas Suyatno Mohon Tunggu... Wiraswasta - Suka jalan-jalan di akhir pekan

Suka trevelling, tinggal di Solo | @dimassuyatno Bisa dihubungi via email thezatno@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Akankah Kompas TV Jadi Kendaraan Politik?

8 September 2011   16:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:08 2590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_133694" align="alignnone" width="666" caption="Jakop Oetama, pendiri Kompas Gramedia Group (foto : kompas.com)"][/caption] Jum'at besok  (9/9) merupakan Grand Launching Kompas TV. Sebelumnya Kompas Gramedia Group pernah mencoba peruntungan di bisnis pertelevisian melalui  TV 7, sebelum akhirnya sahamnya dikuasai salah satu pengusaha nasional, Khairul Tanjung melalui PT Para Inti Investindo. TV 7 akhirnya secara resmi dirubah menjadi Trans 7 pada 15 Desember 2001 dan masih eksis hingga sekarang. Setelah sekian lama tidak mengelola media televisi, Kompas Group sepertinya mendapatkan wangsit untuk terjun kembali di bisnis pertelevisian. Ini tentu akan mengukuhkan kompas sebagai group media terbesar di Indonesia. Tentu sebagian kita bertanya-tanya, ada apa kompas kembali mendirikan TV ? Adakah muatan politis dibalik pendirian TV ini. Pertanyaan ini sangat wajar kita lontarkan, mengingat beberapa televisi di Indonesia dikuasai oleh tokoh politik. Apalagi belakangan ini, disalah satu TV swasta memblow up habis-habisan pemberitaan pengunduran diri sang pemilik TV tersebut dari salah satu parpol besar di Indonesia. Kalau muaranya bukan ke politis, kemana lagi ? Anggapan bahwa media adalah kendaraan politik sangat lekat di negara kita (khususnya televisi). Sampai-sampai beberapa televisi mendapat julukan : TV merah, TV biru  yang menggambarkan orientasi politik pemilik saham TV tersebut. Kalau sudah begini televisi bukan lagi sebagai media pemberitaan yang netral dan berimbang lagi. Masyarakat akan mendapatkan informasi sesuai keinganan tokoh politik tertentu. Ini sudah terbukti saat pemberitaan gonjang-ganjing PSSI yang oleh masyarakat dianggap pertarungan politik antara jaket kuning dan jaket merah. Namun bila kita melihat latar belakang sang pendiri Kompas Group, Jakob Oetama. Kita sedikit lega, mengingat beliau tidak memiliki track record di bidang politik (apalagi parpol). Beliau adalah jurnalis yang memiliki dedikasi tinggi dalam pengelolaan media massa. Mengutip biografi beliau di Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Jakob_Oetama), Jakob Oetama mengawali karir sebagai wartawan dan pendiri majalah Intisari bersama P. K. Ojong pada tahun 1963. Kemudian pada tahun 1965, masih bersama P. K. Ojong, Jacob mendirikan harian Kompas, dikelolanya hingga kini dan berkembang dengan berbagai anak media mulai dari majalah, tabloid hingga harian daerah serta mendirikan kampus dan beberapa bisnis lainnya. Kita tentu berharap, munculnya media TV baru dapat menjadi media informasi dan pendidikan yang membawa kebaikan. Bukan malah membuat blok baru dan memperuncing masalah yang sudah ada. Semoga sang pendiri tidak akan membawa Kompas TV ke ranah politik, yang saya rasa justru akan membawa Kompas TV kepada keterpurukan dan perpecahan di masyarakat. Saya sangat suka dengan tagline Kompas TV, Inspirasi Indonesia. Saya membayangkan Kompas TV akan menyajikan berbagai acara bernuansa budaya yang penuh warna dan inspirasi. Semoga sajian Kompas TV menjadi inspirasi masyarakat Indonesia untuk berbuat yang lebih baik. Selamat atas grand launching Kompas TV !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun