Mohon tunggu...
Suyadi Tjhin
Suyadi Tjhin Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa

Who Moved My Cheese?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Signifikansi Epistemologi Pendidikan dalam Jemaat

4 Februari 2019   12:10 Diperbarui: 4 Februari 2019   12:34 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber adalah satu hal yang penting, kita dapat menilai apakah sumber tersebut kredibel atau tidak, kemudian metode yang dipakai termasuk logikanya bagaimana, metode induksi-deduksi, dan seterusnya, kemudian lihat apa yang menjadi standarisasi atau ukurannya.

Berkaitan denga epistemologi pendidikan dalam jemaat, maka saya mengusulkan memakai epistemologi John M. Frame dengan prinsip triperspektif yakni perspektif normatif, perspektif situasional, dan perspektif eksistensial. Pertama, perspektif normatif adalah hukum Allah atau wahyu khusus Allah (Alkitab).  

Berkaitan dengan perspektif normatif yakni hukum Allah atau Alkitab, untuk itu eksegesis dan hermeneutik sangat diperlukan untuk menghasilkan teologi yang baik.  E

ksegesis dan hermeneutik atau semua studi tentang Alkitab bukan untuk memberikan hukum atau arti baru terhadap objek pengetahuan, karena Firman Allah sendiri sudah memberikan arti pada semua ciptaan-Nya bahkan pada diri-Nya sendiri.  

Studi Alkitab hanya untuk menemukan arti atau aplikasi Firman Tuhan ke dalam area kehidupan manusia. Untuk itu jika ada hal yang tidak sesuai, maka kita harus kembali menyesuaikannya dengan Firman Tuhan karena Firman Tuhan itu punya otoritas yang tertinggi. 

Kedua, perspektif situasional. Perspektif situasional adalah fakta-fakta yang ada dalam dunia, diantaranya logika, bahasa, sejarah [gereja], filsafat, science [ilmu pengetahuan], dan budaya. Sekalipun kadang-kadang hal-hal tersebut di atas ada yang bertentangan dengan Alkitab, namun banyak fakta dari area ini menunjuk kepada kebenaran (Alkitab). Hal-hal yang bertentangan dengan Alkitab bukan karena Alkitab salah, hal itu lebih disebabkan karena kesalahan manusia dan penolakan manusia terhadap Allah.  

Ketiga, perspektif eksistensial yakni orang yang berteologi, mencakup karakter, hati, kapasitas, rasio, emosi, perasaan, intuisi, persepsi, dan lain-lain.  Manusia adalah ciptaan Tuhan dan seluruh apa yang ada dalam diri manusia bukan hanya sekedar unik tetapi juga punya fungsi dan kemampuan untuk berinteraksi dengan ciptaan lainnya dan dengan Tuhan.  

Perspektif ini adalah sebagai subjek dalam arti yang menentukan dan merumuskan sebuah pengetahuan.  Walaupun manusia sebagai subjek namun manusia tetap harus tunduk di bawah otoritas Firman Tuhan, Alkitab yang tanpa salah (inerrancy).  

Ketiga perspektif ini mesti berjalan secara bersamaan di dalam merumuskan maupun menjustifikasi sebuah pengetahuan, namun perspektif normatif (hukum, Alkitab) harus menjadi landasan dari perspektif situasional dan eksistensial karena normatif dalam hal ini Firman Allah adalah pencipta, dan semua yang diciptakan Allah sudah diberikan arti masing-masing oleh Allah, selain itu firman Allah berotoritas dan tanpa salah.  

Situasional dan eksistensial yakni dunia dan manusia adalah termasuk ciptaan Allah, telah jatuh dalam dosa serta memiliki keterbatasan. Namun demikian di dalam situasional dan eksistensial Allah masih bekerja, sejarah menyatakan Allah, banyak fakta-fakta di dalam dunia menyatakan Allah, dan banyak pengetahuan selaras dengan Firman Allah. Untuk itu di dalam epistemologi perspektif situasional dan eksistensial patut dipertimbangkan di dalam epistemologi. 

Penjelasan ketiga perspektif tersebut di atas memang lebih diperuntukkan untuk prolegomena teologi, dan sebagai prolegomena dalam pendidikan jemaat, jemaat cukup mengetahu bahwa sebuah berita atau ajaran yang kita bangun atau menjustifikasi sebuah ajaran mesti dilihat dari beberapa perspektif atau tiga perspektif secara bersamaan tadi, dan perspektif normatif atau Alkitab tetaplah menjadi standar yang paling tinggi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun